TAKKUT

zainab najmia
Chapter #16

TAKKUT 15

Arenara

Aku menatap langit dengan perasaan kesal. Sepertinya hanya aku yang menderita karena hujan.

Atau mungkin tidak.

Kulihat Samudra melambaikan tangannya kearahku lalu menghampiriku dengan rambut basah dan acak-acakan.

Aku membuang wajahku enggan menatap manusia yang satu itu.

Aku terus menatap langit,

hujan sudah sangat deras. Aku tak tau lagi bagaimana cara agar aku bisa pulang.

"Sampai kapan kau akan menunggu disini?"

Aku mendengus, "hujan pergi."

Samudra kembali membuka suara, "Yakin? Tak mau menerobos hujan saja?"

"Tentu saja aku yakin,lagipula untuk apa menerobos huj-" mAku berpikir sejenak, jika dipikir-pikir lebih baik aku menerobos hujan. Aku sudah sangat lelah menunggu, bagaimana pun juga menunggu yang tak pasti itu sangatlah melelahkan.

Tanpa basa-basi aku berlari untuk menerobos hujan deras ini, aku menutupi kepalaku dengan kedua tanganku dan terus berlari untuk menuju kerumahku.

"Arenara! Tunggu!" Samudra membalapku dengan cepat, tentu saja! Langkahku sangat kecil berbeda dengan dirinya yang berkaki panjang seperti pensil.

"Kenapa kau meninggalkanku?" Tanya Samudra dengan napas yang memburu.

"Kenapa aku harus menunggumu?"

Samudra diam sepertinya ia enggan membalas ucapanku.

Baju seragamku sudah basah kuyup karena hujan yang sangat deras.

Aku tak tau lagi bagaimana nasibku nanti saat sampai dirumah, mungkin ibu akan mencincangku lalu memutilasi diriku. Aku hanya bisa berharap aku tidak mati ditangan ibuku hari ini.

Aku terkejut ketika Samudra mengangkat tubuhku lalu berputar–putar seperti orang tak punya akal sehat. Gila, Samudra sangat gila!

"Turunkan aku Sam!" Teriakku sambil memberontak.

"Tidak mau." Samudra tersenyum miring.

"Lepaskan aku keparat!" Teriakku lagi.

"Shut up Arenara, gadis kecil sepertimu tidak boleh berbicara kasar."

Aku mencubit pinggang Samudra dengan sekuat tenaga agar Samudra menurunkanku.

Spontan Samudra menjatuhkanku begitu saja lalu mengelus pinggangnya sambil meringis. SIALAN! 

Aku mengusap bokongku, "kenapa kau menjatuhkanku!?"

"Mengapa kau mencubit pinggangku Ra?!"

Teriak kami secara bersamaan.

Lihat selengkapnya