Angin malam terasa berhembus sangat kencang memasuki ruangan kamar melalui jendela yang terbuka, jendela terombang-ambing bersamaan dengan hembusan angin kencang membentuk suara yang cukup mengganggu pendengaran.
Krekk, Krekk.
Rara yang sedang berusaha fokus menulis di meja belajar merasa bising dengan suara itu, ia pun berdiri mendekat ke jendela lalu menutup jendela itu. Rara pun berjalan kembali menuju meja belajarnya melanjutkan kegiatannya tadi.
"Aaaaaa Rara bingunggg." Teriak Rara kesal.
Rara pun mengambil handphone nya yang berada di sampingnya, ia membuka aplikasi chat dan menulis sebuah pesan, "Kak ke kamar Rara dong." Tulisnya lalu ia menekan tombol send, mengirimkan pesan itu ke Zidan.
Baru beberapa detik Rara mengirimkan pesan itu Zidan langsung menghampiri Rara, ia berdiri di depan pintu kamar Rara yang terbuka sambil memegang handphone nya. "Ada apa?"
"Sini Kak masuk Rara mau cerita,"
Zidan pun duduk di kasur. "Cerita apa, El yaa?"
"Bukanlah, Rara lagi bingung,"
"Bingung kenapa?"
"Kalo kuliah nanti Rara mau ambil jurusan apa ya kak,"
"Ya kamu sukanya apa? minatnya kemana?"
"Aduh gimana sih, kenapa jadi saling tanya. Gini aja Rara mau tanya-tanya Kakak buat cari pencerahan, Kakak cukup jawab pertanyaan Rara saja,"
"Okee." Kata Zidan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kakak kan katanya mau jadi insinyur itu berarti ngambil jurusan apa?" Rara mulai memberikan pertanyaan ke Zidan.
"Jurusan arsitektur lah,"
"Ohh, emang kakak mau kuliah di mana?"
"Di ITB btw doain ya biar keterima,"
"ITB? Institut Teknologi Bandung? Bandung?!"
"Iya, kenapa? ohh kamu sedih ya bakal jauh dari kakak,"
Rara dengan gengsinya yang sudah mendarah daging pun menjawab. "Enggalah biasa aja, malah Rara sedikit lega akhirnya engga ada lagi orang yang masuk-masuk kamar Rara tanpa permisi lagi."
"Halahh bohong kamu, pasti gengsi aja mau ngomong jujur kan,"
"Iya bener sih, Rara pasti sedih kalo Kakak di Bandung nanti Rara gak ada yang anter jemput lagi,"
"Kamu ini yaa." Zidan mengacak-acak rambut Rara.
"Jangan ngacak-ngacak rambut ihh rambut Rara jadi acakan nanti," kata Rara sambil menepis tangan Zidan dan merapihkan rambutnya.
"Lagian ngeselin sih, mau tanya apa lagi buruan Kakak mau lanjut ngegame ini,"
"Ahh udahlah kapan-kapan lagi aja tanya nya Rara bingung soalnya mau tanya apalagi."
"Dih labil banget."
"Biarin."
"Intinya yang perlu kamu inget kuliah itu gak sehari dua hari tapi bertahun-tahun dan kuliah itu mahal bukan seribu dua ribu tapi puluhan juta, jadi kamu harus pikirin bener-bener ikutin kata hati kamu jangan ikutin orang lain karena yang jalananin kedepan nya itu kamu bukan mereka."
"Oke oke nasehatnya diterima, makasih Kak Zidan, ya udah sana lanjut main game lagi."