Matahari siang ini begitu terik, terasa sangat menyengat tapi bisa dibilang cuaca yang sangat pas untuk bermain basket.
Rara yang baru saja selesai mengganti pakaian nya langsung menuju lapangan, tiba-tiba dari arah belakangan ada seseorang yang menyentuh pundaknya.
“Raraa...” Kata orang itu.
Rara membalikkan badannya untuk melihat siapakah orang itu. “Ehh, Lanang ternyata,” ucap Rara.
“Hehe iya gue ngagetin ya sorry sorry,” ujar Lanang.
“Engga kok gak pa-pa Rara cuma kaget dikit doang,”
“Tapi intinya tetap kaget kan, btw ini lo ikut basket lagi bukannya udah keluar ya?”
“Ya ampun Rara cape tau dikira keluar dari basket terus, padahal kan Rara cuma engga pernah ikut latihan gabungan aja,”
“Ohh lagian dapet motivasi dari mana lo sampe gak pernah ikut latihan gabungan,”
“Ya cuma gak pengen aja, yaudah kita ke lapangan aja yuk.”
“Okee.” Ucap Lanang dan mereka pun menuju lapangaan.
Lanang dinandra, itu nama lengkapnya. Ia adalah teman satu smp Rara, mereka bisa saling kenal karena dulu saat masa orientasi siswa waktu SMP mereka sama-sama telat dan sama-sama dihukum pada waktu itu.
Sejak masuk SMA, Lanang terkadang sering bersikap lemah lembut kepada Rara, tiba-tiba memanggil Rara dengan sebutan kamu dan beberapa perhatian manis yang ia sering berikan kepada Rara, tapi sepertinya ada yang salah. Kesalahannya ternyata Lanang tidak memberikan semua perilaku itu kepada Rara saja melainkan ke semua perempuan, atau istilah sekarangnya bisa dibilang friendly.
Lanang friendly, Rara sangat menyadari itu. Sepertinya Rara sangat belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, maka dari itu semua perilaku manis Lanang yang diberikan kepadanya tak pernah ia ambil hati karena pasti akhirmya tak akan jauh berbeda dari yang sebelumnya.
Ternyata di lapangan basket sudah banyak anak basket yang berkumpul, di sana juga ada Zidan dan El lalu ada Naila, Keisya, Ayura yang sudah ada sedari tadi ada di sana.
Setelah selesai pemanasan permainan basket pun tak berselang lama dimulai, diawali dengan pertandingan antara basket putra terlebih dahulu.
“Ra liat itu si El jago banget mainnya damage apalagi aur-auran banget.” Kata Naila yang duduk di sebelah Rara mereka duduk di kursi penonton melihat pertandingan itu sembari menunggu giliran.
“Iyaa iyaa mainnya jago banget emang, tapi kalo damagenya itu dilihat dari mana sih Rara kadang masih bingung cara ngelihat damage yang aur-auran itu darimana ya,” ujar Rara dengan polos.
“Astaghirullah Raraa.” Ucap Keisya yang duduk di depan Rara sambil menoleh ke arah Rara.
“Kenapa nyebut Kei, Rara kan cuma nanya,”
“Engga Ra gak pa-pa lagi pengen nyebut aja, mending lo tanya sama mbah google deh apa itu damage.”
“Okee.” Ucap Rara lalu langsung membuka handphone melaksanakan apa yang diperintahkan Keisya tadi.
“Aduh Rara makin bingung baca penjelasannya di google,” keluh Rara.
“Ya Allah dicari beneran Ra?” Tanya Keisya yang gemas dengan Rara.
“Iyaa.” Jawab Rara dengan polosnya.
“Gini Ra, duh gimana ya besok deh gue jelasin kalo gak lupa gue rangkai dulu kata-katanya sekarang kita nonton aja okee.” Ujar Ayura berusaha menyudahi semua itu.
“Okee.” Jawab Rara.
Tak terasa waktu pertandingan basket sudah selesai, tim El lah yang menjadi pemenangannya. Kemampuan El bermain basket memang sudah tidak perlu diragukan lagi.
Kini waktunya basket putri lah yang akan bertanding, yang terbagi menjadi dua kubu. Rara dan Naila satu tim sedangkan Keisya dan Ayura berada di tim lawan.
Di saat pertandingan sedang berlangsung dengan sengit skor menunjukkan 1-1, di saat itu pula Rara sedang berusaha merebut bola dari tangan lawan.
Setelah perebutan yang sengit Rara akhirnya bisa merebut bola itu dan langsung berlari menuju ring lawan untuk mencetak poin baru.
Bola pun dilambungkan kedalam ring dan untungnya bola itu masuk tepat sasaran yang menghasilkan poin baru, tapi sayang saat Rara meloncat untuk memasukan bola ke ring ia mendarat dengan salah yang mengakibatkan cedera engkel yang membuat pergelangan kakinya sangat amat terasa sakit.
Rara terjatuh sembari memegang pergelangan kaki sebelah kirinya merintih kesakitan, di waktu yang berbarengan tiga orang lelaki langsung berlari menghampiri Rara.
Zidan, El, dan juga Lanang berlari panik menghampiri Rara. Zidan yang mengetahui bahwa El dan Lanang yang ikut menghampiri Rara langsung menghalang mereka dengan tangannya, mengisyaratkan bahwa mereka tak perlu ikut menghampiri Rara cukup dirinya saja.
“Sakit Kak.” Rintih Rara kepada Zidan yang langsung berlutut melihat kondisi kaki Rara.
“Iya Ra, tahan ya sekarang kita ke UKS ya biar kakinya di obatin di sana.” Ucap Zidan dengan lembut.
Rara pun menjawabnya dengan anggukan, Zidan pun langsung membopong Rara keluar dari lapangan menuju UKS.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya kaki Rara selesai di periksa. Zidan duduk di sebelah ranjang yang diduduki Rara.