Pagi hari ini udara begitu sejuk menambah semangat pagi menjadi lebih membara, ditambah lagi di meja makan ada nasi goreng sarapan kesukaan Rara dan pagi ini juga Rara sarapan dengan full satu keluarga ini merupakan hal yang amat sangat jarang ditemui.
Biasanya hanya ada mama, Rara, dan Zidan. Papa selalu berangkat lebih awal dan pulang paling larut, hingga terkadang moment untuk mengobrol atau hanya sekedar bertemu bertatap muka dengan anak-anaknya adalah hal yang sangat sulit padahal mereka tinggal satu atap.
“Wahh asyik ada nasi gorengg.” Ujar Rara yang berjalan dengan menyeret kaki kirinya mendekat ke meja makan.
“Kaki kamu kenapa itu? kok jalannya kaya gitu?” tanya Papa yang sudah duduk di kursi kepada Rara.
“Ini Pa kemaren itu Rara salah kaki pas mendarat abis masukin bola jadinya jatoh keseleo deh,” Jelas Rara.
“Ohh pasti gara-gara kebanyakan gaya sih kamu,”
“Ihh apa kali Papa masa orang jatoh dibilang banyak gaya,”
“Pagi semuaa.” Ucap Zidan yang baru datang dan langsung duduk di sebelah Rara.
“Pagi juga Kakk.” Jawab Rara.
“Zidan gimana kamu udah mulai proses pendaftaran kuliah, jadinya kamu ngambil apa?” tanya Papa kepada Zidan.
“Ya ampun Pa baru juga masuk sekolah berapa hari udah ditanya daftar kuliah aja, sekarang masih penentuan fix nya mau ngambil jurusan apa dulu,” ujar Zidan.
“Ohh gitu terus kamu ngambil apa jadinya?” Papa kembali bertanya.”
“Ya itu masih sama arsitektur.” Jawab Zidan.
“Ohh oke okee, kalo Rara gimana udah kepikiran mau ngambil jurusan apa?” Papa beralih bertanya kepada Rara.
“Ya ampun Pa Rara baru jadi anak kelas 11 beberapa hari udah ditanyain kuliah aja.” Ucap Rara.
“Heh kenapa ikut-ikutan jawabnya.” Kata Zidan sambil menyenggol Rara.
“Tapi bener kan.” Ucap Rara.
“Kan gak ada salahnya kalo dipikirin jauh-jauh hari biar makin mateng pilihnya.” Kata Papa.
“Iya sih Pa, Rara juga kemaren udah diminta buat nentuin mau ngambil jurusan apa, Rara tertariknya sih ke psikolog atau gak jurnalistik.” Tutur Rara.
“Ooo berarti itu lintas jurusan ya, kamu ipa kan.” Ujar Papa.
“Iya Pa.” Jawab Rara lirih.
“Kalo lintas jurusan kenapa gak sekalian ngambil perpajakan aja, nerusin kerjaan Papa dan udah pasti dapet kerjanya,” kata Papa. “Tapi ya itu terserah kamu sih kan kamu yang jalanin Papa cuma ngasih saran saja.” Tambahnya.
Rara pun langsung dilanda dilema mendengar ucapan Papanya dan hanya bisa terdiam karena bingung harus menjawab apa.
“udah nanti lagi ya ngobrolnya, sekarang sarapan dulu,” kata Mama yang datang dari dapur membawa piring dan bekal untuk Papa. “Ini bekel sarapan buat Papa.” Tambah mama sambil memberikan bekal untuk papa.
“Oke makasih Mama, kalo gitu Papa berangkat dulu ya.” Ucap papa sambil bersiap-siap untuk pergi ke tempat kerjanya.
Sebelum Papa berangkat, dengan bergantian mulai dari Mama hingga Rara mereka menyalimi Papa. Di akhir sebelum berangkat setelah Rara menyalimi Papa, dengan mengelus kepala Rara dengan lembut Papa pun berkata “Di pertimbangin lagi ya pilihannya.” Perkataan papa tadi makin membuat Rara semakin tenggelam dalam dilema.
***
Tak terasa hari sudah hampir sore, sebelum pulang Rara diminta Zidan untuk menunggunya di taman sekolah karena dia harus menemui guru BK terlebih dahulu untuk konsultasi jurusan.