TAKSA

aksarabercerita
Chapter #9

9. Tarik Ulur

Rara diselimuti rasa bahagia karena kakinya yang kian hari kian membaik, tapi sayang sepertinya cuaca hari ini tak mendukung kebahagiaan Rara. Cuaca pagi ini yang diselimuti dengan awan yang sangat hitam pekat, rasanya hujan sebentar lagi akan turun dengan derasnya ditambah lagi angin yang sangat kencang.

“Ra ayo buruan takut keburu hujan.” Zidan menyuruh Rara untuk sedikit lebih cepat memakai sepatunya.

“Iya Kak sabar dong bentar lagi selesai nih,” ucap Rara yang sibuk mengenakan sepatu.

“Yuk berangkatt.” Rara berdiri mengajak Zidan.

Zidan dan Rara pun berangkat ke sekolah. Zidan mengendarai motornya dengan sangat cepat karena takut hujan datang mendahului mereka. Untungnya mereka berhasil sampai sekolah sebelum hujan turun.

“Langsung ke kelas ya Ra, gelap banget ini takut keburu hujan.” Suruh Zidan kepada Rara sesampainya mereka di sekolah.

“Siap Kak.” Jawab Rara.

Rara segera berlari menuju kelasnya, tapi sayang hujan datang mendahuluinya. Rara pun menutupi kepalanya dengan tangannya sembari terus berlari menuju kelasnya. Tiba-tiba ada payung yang sudah menutupi kepala Rara yang berasal dari arah belakang, Rara pun membalikkan badannya melihat siapa orang yang sudah mau berbaik hati memberikannya tumpangan payung.

Deg!

Jantung Rara berdegup kencang melihat El yang kini ada di hadapannya, di tambah lagi jaraknya dengan El yang terpaut dekat membuat jantung Rara semakin berdegup tak karuan.

“Nih pegang,” El memberikan payungnya kepada Rara.

Rara yang berusaha untuk tetap terlihat tenang dan biasa saja pun langsung mengambil payung dari El. “Terus kamu gimana El?” tanya Rara tersadar jika ia menggunakan payung El berarti El yang akan kehujanan.

“Gampang.” Ujar El.

“Kalo engga bareng aja, ini payungnya kan besar.” Usul Rara.

“Pengen banget kayanya satu payung berdua sama gue, biar satu sekolahan ngeliat kita sweet gitu,” cetus El yang membuat Rara sedikit terkegut dengan jawabannya seolah Rara yang berharap kepada El padahal dia sendiri yang mengawalinya. “Gak usah aneh-aneh pakai aja payungnya, btw gak usah lari, pelan-pelan aja jalannya itu kaki baru sembuhkan, gak usah sok kuat.” Lanjutnya lalu El pergi berlari meninggalkan Rara.

Melihat El yang mulai menjauh dari pandangnya pun membuat sebuah tanya muncul di benak Rara, apa maksud sikap dan perkataan El tadi? Sikap dan perkataan yang membuat Rara merasa seperti disukai dan tidak disukai dalam waktu bersamaan.

 

***

Hari ini adalah hari di mana pengumuman siapa saja yang akan lolos untuk menjadi tim inti. Keisya, Naila, juga Ayura berusaha menyiapkan nyali dan energi untuk melihat hasilnya nanti, begitu pun Rara dia harus menyiapkan hati yang lapang menerima kenyataan bahwa dirinya tidak akan menjadi tim inti dan tak akan bertanding saat lomba nanti.

Kringg, kringg.

Suara bel istirahat berbunyi. “Baik anak-anak sampai di sini dulu pertemuan kita, terima kasih.” Ucap Pak Danu guru kimia menutup kelasnya lalu pergi meninggalkan kelas.

“Aaaa akhirnya selesai juga, alkana metana propana anjir lah mabok kimia gue,” keluh Naila sembari menyenderkan tubuhnya ke kursi.

“Hehh gak boleh ngomong kasar.” Tegur Rara yang mendengar perkataan Naila.

“Cuma satu kata doang kali Ra.” Bela Naila.

“Guys guys pengumuman seleksinya udah ada di mading, lihat yuk,” ajak Keisya kepada Rara, Ayura, dan juga Naila.

“Emang udah ada ya? tadi pagi gue lihat belum ada tuh di mading.” Kata Ayura.

“Ini baru diinfoin di grup udah dipasang katanya.” Keisya menunjukkan handphonenya kepada Ayura.

“Bentar guys, gue mau ngumpulin energi lima menit dulu, energi gue udah habis soalnya buat belajar kimia tadi,” ujar Naila yang masih menyederkan badannya di kursi dan malah sekarang ia memejamkan matanya seolah seperti ritual mengumpulkan energi ala Naila.

Lihat selengkapnya