El keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di lehernya sembari menggosok-gosokan handuknya ke rambutnya yang basah.
El berjalan mengambil handphonenya lalu ia duduk di kursi meja belajarnya. Ia teringat kepada Rara, setelah ia tidak jadi mengantarkan Rara pulang, kira-kira Rara pulang dengan siapa tadi.
El ingin sekali menanyakan hal itu kepada Rara, tapi sungkan untuk mengirim pesan terlebih dahulu. Mungkin El takut Rara merasa tak nyaman jika ia tiba-tiba mengirimkan sebuah pesan pertanyaan, lagi pun siapa dia sampai se-kepo itu kepada Rara.
Tapi El tidak langsung menyerah begitu saja. Saat mengetahui Rara belum lama mengunggah sebuah story, story yang berisikan foto kertas bertuliskan sebuah kata-kata dengan background yang tidak terlalu jelas tapi bisa dipastikan foto itu diambil di halte dekat sekolah. Di kertas itu bertuliskan,
Seperti iya tapi tidak,
Seperti ingin namun enggan,
Sebenarnya apa maumu?
Sampai kapan aku berada di kursi taksa ini.
-M.S-
El pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung mereply story Rara, “Hmm.” Komen El.
***
Rara membaringkan badannya di kasur, ia bingung tak tahu harus melakukan apa. Ingin tidur, tapi belum mengantuk. Belajar? Tidak besok adalah hari libur, Rara ingin meliburkan otaknya dari semua aktivitas belajar.
Ditengah kebingungan yang melanda dirinya, handphone Rara berbunyi, Rara mencoba meraba sekitar kasurnya mencari keberadaan handphonenya.
Saat sudah menemukan handphonenya, Rara pun meraih handphonenya sontak Rara langsung terduduk terkaget melihat El mereply stornya.
“Oh my god El ngereply story Rara, demi apa mana story ini tujuannya kan buat nyindir dia terus replyan-nya hmm lagI, apa coba hmm? hmm karena bingung kah? atau hmm karena dia peka? kan kaya iya kaya engga lagi.” Ujar Rara yang heboh sendiri.
Setelah berpikir selama beberapa saat Rara pun membalas replyan El.
RARA :
Apaan kalii.
“Aduh kenapa Rara bales gitu yaa, tapi udah terlanjur dikirim, kenapa Rara jadi salting gini sih, kayanya Rara beneran suka sama El deh.” Guman Rara yang membuat dirinya langsung mencari sebuah nama di kontak handphonenya lalu menelepon seseorang.
“Halo,” ucap Rara.
“Hmm kenapa?” jawab orang disebrang sana dengan suara berat seperti orang yang baru terbangun dari tidurnya.
“Kei?”
“Kenapa Ra, ganggu orang lagi mimpi aja,”
“Ya maaf Kei, lagian baru jam 8 udah tidur aja. Rara mau ngasih pengakuan sekaligus jawaban pertanyaan Keisya yang sebelumnya,”
“Hah gimana? pengakuan apa? jawaban gimana? sumpah ya orang bangun tidur malah disuruh mikir,”
“Yang itu Keii,”
“Yang itu yang mana?”