"Life is no rules!" Teriak Nik geram dilanjutkan dengan hisapan dalam pada nikotin di tangannya, asap pekat keluar dari mulut dan hidungnya bersamaan dengan hembusan keras napasnya.
"Kalau aturan nggak ada, dunia ini bisa hancur. Kita ini homo socius! Makhluk sosial. Kita nggak bisa hidup sendiri," kubalas perkataannya dengan lembut. Orang yang keras macam Nik nggak bisa jika balik dikerasin, yang ada dia makin mengamuk. "Makanya harusnya kamu mikirin perasaan cewek-cewek yang udah kamu hancurin."
Tawa Nik menyembur memenuhi ruangan kantor yang kini sudah sepi. Harusnya di ruangan ini tidak boleh merokok. Tapi, bukan Nikhil Anantadewa namanya jika ia patuh peraturan. Pria akhir dua puluhan, berkerja sebagai Freelance Engineer di kantor tempatku bekerja. Sekaligus partner in crime dan satu-satunya sahabatku. Orang yang apa adanya, tidak munafik dengan berpura-pura baik.
Nik memang terkenal playboy, mengandalkan wajah tampannya ia mampu membuat wanita macam mana pun bertekuk lutut. Baginya, wanita cantik itu semacam tantangan yang perlu ditakhlukkan. Dan sebenarnya, tanpa usaha keras pun banyak wanita yang dengan rela menjatuhkan diri padanya. Walau mereka tahu, bersama Nik hanya sebatas cinta satu malam. Seakan Asmodeus selalu mendukung dan mempermudah jalannya. Selalu saja ada wanita yang menemani malam-malam liarnya.
Dulu sekali, Nik pernah berkata dengan wajah serius, "Aku udah terikat dengan Asmodeus Al. Sering banget setan sialan itu mampir di mimpiku. Selalu ngingetin kalau aku nggak bakal lepas darinya."
Pernyataannya itu hanya aku tanggapi dengan tawa. Lalu berhenti saat raut wajah Nik tidak berubah. "Serius?"
"Apa mukaku kelihatan lagi bercanda?
Mulai saat itu, aku percaya jika Nik memang memiliki ikatan dengan Asmodeus, sang penguasa nafsu birahi. Ada yang bilang Asmodeus adalah salah satu pangeran neraka atau salah satu raja neraka. Entahlah mana yang benar. Karena itu semua hanya legenda. Aku tidak percaya jika Asmodeus itu ada, sampai Nik meyakinkanku dengan wajah super seriusnya. Terbiasa dengan wajah ngehenya, tiba-tiba wajah serius Nik menampakan diri. Serupa matahari total yang terjadi di tempat yang sama dalam kurun waktu 375 tahun sekali. Macam Nik dengan wajah seriusnya waktu itu! Bagaimana aku tidak percaya? Mustahil kan!
"Apa kamu buta? Dunia ini emang udah hancur Al. Dan para wanita itu, mereka yang mengemis jalan sama aku. Padahal mereka tau aku ini orang bebas." suara Nik kembali memenuhi ruangan kala tawanya sudah berhenti. Menyeretku kembali dari memori yang meretas lipatan otak.