Talita, Tentang Sebuah Nama

Faristama Aldrich
Chapter #18

Grand Finale

Januari 2019


Pirelli P Zero berukuran 245/45 R19 terpasang di kedua roda depan; dan 275/40 R19 terpasang di kedua roda belakang F021 ini begitu percaya diri membelah aspal kota yang baru saja diguyur hujan semalam. Tenaga kendaraan F Segment bermesin N63B44O12 ini gagah terhela sebesar 485 daya kuda, ditranslasikan ke roda belakangnya dengan begitu percaya diri. 

Otot-ototnya ditopang oleh Independent Air Suspension3, dilengkapi dengan Active Dampening Control4, secara sigap menyesuaikan kontur jalanan yang tidak rata; menghubungkan kompleks perumahan tempatku tinggal dengan hotel berbintang empat yang berada sekitar 7 km dari sini. 

Orkestra merdu delapan-silinder yang terharmonisasi dari mesinnya benar-benar diisolasi oleh kaca Saint Gobain Sekurit DOT275, membuat insulasi kabin begitu luar biasa. Tanpa terasa kendaraan berbobot lebih dari dua ton yang dilengkapi dengan transmisi-delapan-percepatan ini melaju di kecepatan seratus-enam-puluh-Kilometer-per-jam dari Gerbang Tol Tambun mengarah ke Gerbang Tol Bekasi Barat.

Namun, sebelum tiba di hotel tersebut, aku telah berjanji untuk menjemput seorang wanita yang pernah hadir dan mengisi segenap ruang hati ini dengan keindahan yang tidak pernah bisa terlupa walau hanya sesaat. 

Talita Ardisha. 

Reuni yang diadakan oleh teman sekelasku terasa begitu mendadak, lebih-lebih Cauthelia, istriku, baru melahirkan anak kedua kami. Sungguh sebuah kebahagiaan yang tidak dapat disandingkan dengan apa pun. 

Setelah keempat cakram berventilasi sukses menghentikan sedan bongsor besutan Bavaria ini di depan sebuah rumah, seorang wanita berparas cantik muncul dari balik pintu bersama Lingga, suaminya. 

Wanita itu tampak terus terkejut melihat sedan hitam ini terparkir di depan rumahnya. Ia bahkan tidak percaya ketika aku menghampiri Talita dan Lingga yang saling pandang saat menatapku. 

“Assalamualaikum, sob,” sahutku seraya menjabat tangan Lingga. 

“‘Alaikumsalam,” Lingga menyambutku dengan senyuman begitu lebar. 

“Kenapa kayak pada ngeliat hantu sih?” tanyaku keheranan. 

Lihat selengkapnya