-Troublemaker-
Alexa hanya bisa memijit pelipisnya yang agak pusing. Setelah mendengar ocehan neneknya yang begitu marah besar pada menantu bungsu itu. Bagaimana tidak marah, menantu bungsunya tak ingin melakukan apapun, meski sering saja berbuat yang berbeda. Tingkahnya yang diluar jangkauan, kalau kata Bundanya Alexa.
Alexa beranjak sejenak bergegas pergi mengambil kunci motornya. Ia hanya ingin ketenangan bukan keributan yang harus di dengar setiap harinya.
Motor itu terparkir di sebuah perbukitan yang jauh dari rumah. Alexa turun lalu duduk di jok motornya lalu menghadap ke arah gunung serta menatap langit dengan senyum tipisnya. Alexa sedikit menunduk merenungi apa yang terjadi selama ia berada disini. Tentang keadaan rumah dan keluargamya. Entahlah ini takdir atau cobaan yang menerpa dirinya. Sudah lelah ia merasakan itu semua, gadis semampai itu hanya ingin ketenangan, tiada keributan serta perdebatan yang tak pernah usai.
Ada helaan napas pelan, sudah cukup untuk semuanya. "Kapan berakhir ya semua ini," gumamnya pelan namun penuh harapan.
Duduk termenung menatap langit yang berhembus angin menerpa. Sudah dua jam Alexa berada disana tak ingin beranjak sekali pun. Baginya inilah tempat yang tenang tanpa gangguan orang.
DUARRRRR
Alexa terkejut lalu menatap orang tersebut tajam. "Ngapain sih? Ganggu orang aja Lu," kesalnya marah
"Hehehe, Maaf. Lagian ngapain melamun sendirian disini?" Tanya Serly
"Butuh angin," jawab asal Alexa
"Jawab yang benar kenapa sih," ujar Serly ketus
"Lah emang benarkan?" Balas Alexa tak mau kalah
Keduanya sekarang duduk di tepi sembari menatap gunung tinggi yang jauh disana. "Terkadang kita butuh seseorang untuk sekedar menemani, memahami apa yang kita rasakan saat ini. Tak perlu bercerita. Hanya butuh sandaran serta pelukan," ujar Serly bijak
Alexa menoleh menatap Serly dalam. Ia tersenyum tipis lalu kembali menatap kedepan. "Makasih," ucapnya pelan sangat pelan
Serly memeluk Alexa secara tiba-tiba, hingga gadis semampai itu terkejut akan aksinya. "Peluk Kamu kayak gini," ujarnya menampilkan senyum lebarnya. Alexa bersyukur memiliki sahabat seperti Serly yang selalu datang tepat waktu yang ia butuhkan tanpa ia pinta.
"Eh, Gue mau kabarin udah ACC Unit yang lu minta kemarin. Berkas-berkasnya udah gue urus semuanya." Jelas Serly
"Wahh, Makasih ya. Tapi lu jangan bilang siapapun tentang ini." Pinta Alexa
"Termasuk keluarga lu," ujar Serly
Alexa mengangguk, lalu menatap kedepan. Sore menjelang senja angin berhembus riuh. Dedaunan seakan jatuh melayang di hembus angin. Langit berubah menjadi warna oranye hingga kegelapan akan tiba. Malam akan menjelma melam yang indah. Keduanya masih betah berada di tempat tersebut seakan tak mau beranjak.
Keduanya bergegas pulang waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lewat, sudah cukup Alexa berdiam diri. Masih dengan senyum semringah Serly menemani gadis semampai itu. Memasuki rumah yang sudah tampak ramai. Entah apa yang terjadi Alexa tetap acuh saja.