Hari berganti saat dimana pelajaran telah selesai. Berit melihat Greya duduk seorang diri di atas tebing Alfa, itu adalah tempat kesukaan Greya, berdekatan dengan bangunan tempat mereka belajar. Berit ingin sekali menghampiri perempuan unik itu, namun ia tak tahu apa yang harus dibicarakan dan apa alasan yang harus diberikan sampai membuatnya berani menghampiri Greya. Apakah ia harus menanyakan “sedang apa kau di sini?” atau bisa juga “kenapa kau lebih suka menyendiri?” dan mungkin “kenapa kau menyukai salju?”. Namun kalkulasi yang Berit ciptakan di otak mungilnya itu ternyata semuanya sia-sia, karena ketika ia memalingkan kembali pandangannya, Greya sudah tidak ada di sana. Dan tentunya penyesalan yang pertama dibuat oleh si pecundang Berit.
Greya sudah kembali ke tempat tinggalnya di Taltom, karena sebentar malam adalah jadwal baginya untuk mendapatkan perawatan. Greya berjalan seorang diri dengan wajah yang pucat dan suhu badan yang tidak teratur. Ia pergi tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya. Tapi sebenarnya bukan tidak peduli, ia hanya merasa asing.
Greya percaya bahwa di sana tak ada satupun orang yang sama dengan dirinya. Itulah alasan kenapa ia lebih suka menepi tapi bukan untuk lari. Ia sedang belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Dalam usahanya untuk menyesuaikan diri, Greya menemukan dua orang yang bisa dikatakan sedikit konek denganya. Yaitu Regita dan Mira. Karena setiap kali Greya pergi belajar, hanya dua anak ini yang kerap bersamanya meski tidak setiap saat. Namun hari demi hari, seiring berjalannya waktu, mereka bertiga menjadi sahabat yang akur, sahabat yang sering bersama bak kumpulan angsa yang sedang berendam di sungai. Dan di hari-hari itu pula, Berit membuat penyesalannya yang ke dua, ke tiga dan seterusnya. Keinginannya untuk mendekati Greya tak pernah terlaksana karena terlalu banyak perhitungan dan mungkin nyalinya yang terlalu kecil, sesuai umurnya yang masih 14 tahun.
Hingga pada suatu ketika Berit sedang menyusun aksinya di tepi sungai Tireb, tempat kesukaannya yang berdekatan dengan tempat kesukaan Greya, tebing Alfa. Ia memikirkan askinya matang-matang untuk bertemu Greya dan berbicara dengannya secara langsung, karena sudah terlalu lama ia berbicara dengan sosok Greya hasil ciptaan imajinasinya dihadapan cermin. Lagi pula Greya hasil ciptaan imajinasinya tidak secantik wujud aslinya. Bisa saja untuk anak sejail Berit, membayangkan bahwa Greya memiliki sebuah ekor yang disembunyikan di dalam gaun putihnya itu atau Greya sebenarnya berkumis tebal namun sudah dicukur, dan bisa saja hal-hal gila lain yang sulit dicerna oleh akal. Ya, itulah Berit, setidaknya itu membuatnya sedikit terhibur.
Keesokan harinya seluruh anak-anak dari berbagai wilayah berkumpul di tempat biasa mereka belajar, yaitu bangunan kuno yang berdekatan dengan tebing Alfa. Didampingi oleh guru mereka, Chris. Saat itu Berit berniat untuk meluncurkan aksinya bertemu dengan Greya. Segala kalkulasi bercampur imajinasi dan ekspektasi ia hadirkan untuk rencananya hari ini. Ia menunggu saat yang tepat, yaitu ketika Greya duduk seorang diri. Hingga pada akhirnya ia mendapati Greya duduk di tempat yang sama, tebing Alfa. Dengan kaki yang kaku, nafas yang tak beraturan dan dada yang berdebar, mengiringi langkahnya ketika mendekati Greya. Dan sampailah Berit tepat di samping sang putri.
Langkah pertama;
“Hay”, Kata pertama sudah dipikirkan oleh Berit, dan dia juga sudah memikirkan jika tidak ada balasan dari Greya, dia harus menggunakan kalimat apa setelahnya. Atau lebih tepatnya langkah kedua.
“Hay” kata berit
Melihat ada berit di sampingnya, Greya hanya memandanginya dengan wajah yang polos tanpa membalas sapaan dari Berit. Kemudian Greya kembali fokus melihat burung yang terbang di atas bukit Alpen.
Berit melanjutkan aksinya dengan melemparkan sebuah pertanyaan,