TAMBATAN HATI

Najma Gita
Chapter #6

5

Sesil menghentikan mobilnya di depan rumah. Dia berkeras mengantarku pulang, padahal aku sudah menolaknya. Rumah kami berlawanan arah, jadi dia harus mengambil jalan memutar lebih jauh untuk pulang ke rumahnya. Rumah Sesil di kawasan perumahan elit. Berbeda dengan rumahku yang ada di perumahan sederhana. Tapi dia tidak peduli dengan perbedaan status sosial kami, meskipun dilihat sekilas saja kami sudah terlihat berbeda. Begitu juga Amanda. Dia sebelas dua belas dengan Sesil. Berasal dari keluarga terpandang dan berkecukupan. Ya, memang sebaik itulah mereka. Aku beruntung mempunyai sahabat seperti mereka.

“Lo punya tetangga baru, Ta?” Tanya Sesil membuatku menghentikan gerakan tanganku yang bersiap membuka sabuk pengaman.

Aku mengikuti arah pandang Sesil. Benar saja, rumah sebelah terlihat lebih rapi dan bersih. Rumput yang biasanya tumbuh liar sudah tercabut habis. Tanaman yang hampir kering di pot juga sudah tidak ada lagi. Beberapa hari yang lalu, kapan tepatnya aku lupa, aku memang melihat ada orang yang membersihkan halaman rumah itu. Aku hanya melihat sekilas saja, karena waktu itu aku sedang terburu-buru. Aku tidak tahu kalau akan ada penghuni baru di rumah itu.

Aku menggeleng. “Kemarin belum ada. Mungkin baru pindah hari ini.”

“Semoga tetangga baru elo ini cowok yang gantengnya maksimal, bukan nenek-nenek cerewet yang suka marah-marah. Jadi ada pemandangan indah kalau gue pas kesini.” Sesil tersenyum lebar.

Aku meninju lengannya. “Maunya. Btw, makasih, ya?” Aku membuka pintu dan keluar.

Sesil menurunkan kaca mobilnya. “Nanti malam lo jadi ikutan nggak?”

Aku sedikit membungkuk supaya sejajar dengan kaca mobil Sesil yang terbuka. “Gue ikutan, kok.”

Senyum Sesil melebar. “Nah, gitu dong. Sekali-kali keluar biar nggak lumutan kebanyakan bengong di rumah. Weekend gini biasanya banyak cowok-cowok keren lagi nongkrong. Asyik, kan? Siapa tahu ada yang nyantol nanti. Gue nggak sabar jadi saksi waktu lo melepas status jomlo. Gue jadi semangat.”

“Sialan,” omelku. Sesil terbahak, lantas kembali menjalankan mobilnya.

Setelah Sesil pergi aku kembali memperhatikan rumah sebelah. Rumah itu memang lumayan lama kosong. Tapi meskipun sudah lama ditinggal penghuninya, ada orang yang setiap minggu datang membersihkan rumah tersebut. Belakangan ini aku tidak melihat orang itu lagi, sehingga keadaan sekitar rumah terlihat lebih kotor. Baru beberapa hari lalu ada yang membersihkannya lagi, tapi hanya ala kadarnya saja. Namun hari ini rumah itu tampak bersih dan rapi dilihat dari luar. Mungkin dugaan Sesil benar, rumah itu ada yang menempati sekarang. Baguslah, setidaknya aku punya tetangga dekat yang bisa dimintai tolong. Siapa tahu penghuni barunya memiliki anak perempuan seusiaku. Mungkin kami bisa berteman nantinya.

Mama meneleponku saat aku sampai di teras rumah. Semoga saja mama tidak ambil lembur lagi malam ini. Kalau mama lembur, mungkin aku akan membatalkan janjiku dengan Sesil dan Amanda. Mana mungkin aku sibuk keluyuran sedangkan mama belum pulang bekerja? Aku tahu mama tidak mempermasalahkannya. Dia tidak akan marah. Tapi rasanya tidak nyaman saja kalau aku pergi sedangkan mama belum ada di rumah. Aku akan terus kepikiran.

“Ta, mama pulang agak telat, ya.” Katanya memberitahu setelah menjawab salamku.

“Lembur lagi?” Tanyaku.

Lihat selengkapnya