TAMBATAN HATI

Najma Gita
Chapter #22

21

“Kenapa diam saja?” Sesil bersedekap. 


“Gue bingung harus mulai darimana dulu,” aku meringis.


Sesil berdecak. “Kayaknya banyak banget yang lo rahasiakan dari gue. Jadi lo bingung mulai cerita darimana.”


Aku menatap Sesil. Ya, aku mengakui salah sudah merahasiakannya dari Sesil. Tapi bukan tanpa sebab. Aku tidak enak kalau aku menceritakan tentang kejadian di toko buku itu karena aku tahu bagaimana perasaan Sesil pada Rayhan. Ya, meskipun aku tidak tahu rasa suka Sesil seperti apa, suka dalam arti menyukai Rayhan sebagai cowok atau sekedar suka sebagai pengagum saja. Kalau tentang Rayhan yang menempati sebelah rumahku, aku belum menemukan waktu yang tepat saja untuk memberitahunya. Tidak ada maksud merahasiakan apapun dari Sesil. Bukankah cepat atau lambat dia akan tahu dengan sendirinya? Hanya aku tidak mengira kalau dia akan tahu dengan cara seperti tadi.


“Udah, dong.” Amanda menengahi. “Ngapain sih ribut-ribut cuma karena masalah itu.”


Sesil menoleh. “Jangan-jangan lo udah tahu, Man?”


Amanda memutar bola mata lantas mengangguk.


“Hebat.” Sesil bertepuk tangan. “Jadi disini yang nggak tahu apa-apa cuma gue?” Sesil menatap kami bergantian. “Kalian sepakat merahasiakan ini dari gue?”


“Nggak ada maksud merahasiakannya dari elo, Sil,” sahut Amanda. “Cuma…”


Sesil memiringkan kepala menatap Amanda. “Cuma apa? Cuma biar gue sendiri yang kelihatan bodoh diantara kalian? Gitu, ya?”


“Sil, bukan kayak gitu,” aku menyahut.


Sesil berdecak. “Terus kayak gimana? Cepetan jelasin dong biar gue nggak salah paham.”


Aku dan Amanda saling pandang. Aku bingung bagaimana menjelaskannya pada Sesil. Aku takut dia bertambah marah setelah mendengarku bercerita. Jangan-jangan dia merasa dibodohi, seperti yang dikatakannya tadi. Sedangkan Amanda juga tidak terlalu banyak bicara. Aku tahu dia tidak enak kalau terlalu membelaku. Bagaimanapun mereka bersahabat sudah lama.


“Gue tahunya juga kebetulan, Sil,” jawab Amanda. “Lo ingat kan pas Tita mengajak kita nginap di rumahnya? Kita sama-sama nggak bisa waktu itu. Terus paginya gue ke rumah Tita. Gue nggak sengaja tahu ternyata Rayhan tinggal tepat di sebelah rumah Tita. Cuma itu. Kita nggak bermaksud merahasiakan apapun, Sil.”


Raut kesal di wajah Sesil tidak serta merta hilang setelah mendengar penjelasan Amanda. “Terus tentang kejadian di rumah Rayhan?”


“Kejadian apa?” Tanyaku. “Tadi Rayhan udah jelasin kan kalau dia minta tolong buat jagain kucingnya?”


“Man…” Meskipun Sesil memanggil Amanda tapi tatapannya tetap lurus padaku. “Lo juga dengar kan kalau Rayhan tadi bilang ponsel Tita ketinggalan di rumahnya dua kali?”


Amanda menyentuh lengan Sesil. “Udah dong, Sil. Nggak elit banget sih masalah gini aja diributin.”


“Siapa yang ngajakin ribut, sih,” Sesil bergeming. “Gue cuma minta Tita jelasin. Itu doang.”


Amanda menarik nafas panjang lantas mengalihkan pandangan. “Gue nggak mau kalian ribut cuma gara-gara cowok.”


Sesil mendesah sebal. “Gue cuma minta Tita jelasin kejadian di rumah Rayhan sama peristiwa di toko buku itu. Kalau memang nggak terjadi apa-apa nggak sulit kan, Ta?”


Aku tertawa pelan, mencoba mencairkan suasana. “Memang nggak ada apa-apa kok, Sil. Itu karena rumah kami bersebelahan. Dan yang di toko buku itu cuma kebetulan.”

Lihat selengkapnya