Taming to Wild Wide

Lisna Rusdiana
Chapter #1

Bab 1 - Tawanan Tak Bertuan

"Kau harus menjaga dirimu di sana. Apakah kau mengerti, Lysera?"

Suara Vermont—Pangeran Kedua Kerajaan Vyctrosius—kembali terdengar untuk yang kesekian kalinya. Nada suaranya tegas. Namun, ada getar cemas yang tak bisa disembunyikan.

Lysera hanya mengangguk-anggukkan kepala, bosan, sembari memutar-mutar belati kecil di tangannya. Sekejap kemudian, tanpa aba-aba, ia melempar senjata itu ke arah dinding kayu.

Ctak!

Belati itu menancap sempurna, membuat kedua kakaknya refleks menoleh.

"Kau ini benar-benar ...." Clauxyo—kakak ketiga—masuk ke ruangan. Menyentil kening Lysera pelan, lalu duduk di samping Vermont yang sedang menghela napas panjang.

"Dia terlalu santai untuk seseorang yang sebentar lagi akan menjadi tawanan aliansi," gumam Vermont.

Napasnya berat. Nyaris lelah menghadapi kenyataan bahwa adiknya, putri kerajaan mereka satu-satunya, akan dikirim ke Cravheesea sebagai bagian dari perjanjian damai.

Namun, Lysera tak tampak gentar sedikit pun. Matanya berkilat menantang. Bibirnya tertarik dalam senyum nakal. Ia memutar kembali satu bilah belati di jari-jarinya, lalu bersandar santai pada kursi rotan tua milik mendiang ibunya.

"Tenang saja, Kak Vermont, Kak Clauxyo," katanya enteng. "Yang perlu kalian khawatirkan adalah para duyung itu. Bagaimana jika mereka semua jatuh cinta padaku? Bisa-bisa terjadi perang karena rebutan hati seorang tawanan."

Clauxyo menahan tawa, sementara Vermont menutup wajah dengan satu tangan. "Ya Dewa Laut, lindungi Cravheesea dari Lysera."

Kapal melaju stabil di tengah laut. Rombongan pengantar Aliansi Perdamaian itu akan berhenti tepat di perbatasan perairan dua kerajaan yang baru saja berhenti berperang—Vyctrosius dan Cravheesea. Di atas geladak, angin membawa aroma asin lautan, bercampur dengan ketegangan tak kasat mata.

Pintu kabin kapal diketuk perlahan. Myran, pelayan pribadi sekaligus sahabat Lysera, masuk dengan langkah ringan. Di tangannya, nampan perak berlapis kain merah membawa dua helai pakaian berwarna gelap.

Lysera, yang tengah berdiri menatap laut dari jendela kecil, segera berbalik dan memeluk Myran dengan senyum lebar. Matanya berbinar. Seolah-olah perjalanan ini hanyalah piknik yang akan berakhir dengan candaan, dan tawa.

"Kau datang juga, Putri Myran! Sini, peluk aku lagi. Aku akan merindukanmu padahal kita tidak berpisah," gumamnya sembari mengendus bahu sahabatnya.

Myran hanya menggeleng pelan.

"Sebentar lagi kita akan bertemu rombongan penjemput dari pihak Cravheesea ... Anda—ah, maksud saya, kita. Sebaiknya berganti pakaian dan mulai bermain peran," ucapnya sembari menyodorkan pakaian hitam polos dengan potongan sederhana, tapi tetap layak untuk kasta bangsawan rendahan.

Lysera mengerutkan kening saat melihat pakaian itu.

"Ini ... terlalu hitam. Bahkan lebih gelap dari hatiku saat melihat menu makan siang yang hanya bubur gandum," keluhnya.

"Dan anda akan terlihat seperti pelayan sejati," timpal Myran sambil tersenyum lelah. "Tolong, Putri Sera ... ini bukan saatnya bermain-main. Setidaknya sampai kita tiba di istana Cravheesea."

"Percuma, Myran." Vermont berdecak dan berdiri bersamaan dengan Clauxyo. Langkah mereka tertuju pada pintu kabin sebelum kembali berucap, "Dia tidak akan pernah serius meski kami, hampir menangis melepaskannya ke dalam sarang ikan-ikan predator itu."

Lysera akhirnya mengambil pakaian itu, lalu melirik bayangannya sendiri di cermin kecil di sudut ruangan. "Ikan predator, huh. Tangkap dan panggang saja di atas api. Bukankah nanti jadi santapan yang lezat?"

Kedua kakak dan pelayannya hanya bisa saling bertukar pandang dan ya—menyerah. Bukan sesuatu hal yang aneh bagi mereka jika, Lysera Arshaleen Vyctroxia berkata kasar tanpa penyaringan sedikit pun di bibirnya. Gadis itu terbiasa bebas. Melampaui kodrat dan gelar yang seharusnya ia sandang.

Pintu tertutup. Menyisakan Lysera dan Myran yang saling bertatap dengan pandangan kompleks.

Lihat selengkapnya