Di sebuah pasar yang sumpek dengan pembeli terdengar “PENCURI!” teriak seorang ibu, pemilik toko perhiasan. Teriakan itu disusul oleh pemuda berusia 18 tahun yang lari tergesa-gesa. Bruk, bruk... badannya menyeruduk keranjang kayu bagaikan banteng ngamuk.
“Hei hati-hati!” Pedagang sayur itu merapikan dengan jengkel.
Sambil sesekali menoleh ke belakang, laki-laki tersebut terus menerobos kerumunan. Tibalah ia di tempat yang lebih sepi yakni lorong antara toko beras dan toko alat masak. Karena tersengal-sengal ia tidak sengaja menyenggol sebuah panci. Prang… dengan mata melotot ia menengok ke samping. “Di sana!”pekik salah satu bapak. Sekuat tenaga ia berlari dan akhirnya berhasil keluar. Sepatu abu udik bergesekan dengan aspal tanda mengerem. Ia menarik napas untuk mengambil udara segar setelah pengap oleh bau ikan yang menyebar di pasar.
“Itu dia!” tunjuk beberapa bapak-bapak.
Kakinya tersentak, kulitnya memucat. Tanpa berlama-lama, laki-laki tersebut membuka langkahnya selebar mungkin. Keringat bercucuran membasahi kaos oblong miliknya. Harus mengambil keputusan, ia disuguhkan 2 pilihan masuk ke sebuah kompleks elite atau bersembunyi di ruko terdekat. Namun pintu ruko di sana terdiri dari kaca semua tentu saja ia bisa lebih cepat tertangkap. Maka ia memutuskan untuk masuk ke kompleks elite bernama Sutera Indah.
“Siang, mau ke rumah siapa?” tanya satpam.
Ia berhenti sejenak, wajahnya kikuk harus menjawab apa. “Blok A1 no.2,” jawabnya asal, benar-benar asal.
“Mmm, silakan lewat sana.” Pak Satpam mengarah ke sebuah jalan setapak khusus pejalan kaki.
Ia pun memasuki kawasan kompleks. Mulutnya menganga melihat rumah-rumah tingkat nan mewah. Ia menoleh kebelakang dan mulai tenang lantaran bapak-bapak tadi sudah tidak mengejarnya. Kriukk…kriukk… sepertinya itu alarm dari perutnya. Bingung ingin mencari makan di mana, matanya tertuju pada rumah tingkat 2 berluas 200 m persegi. Bukan cuman kagum dengan luasnya tetapi tulisan “Kurniawan Guesthouse” menjadi titik terang permasalahan anak muda itu.
Ting…tong… ia menekan bel meskipun pintunya sudah terbuka lebar.
“Masuk,” jawab seorang laki-laki yang 4 tahun lebih tua darinya.
Kakinya mulai menapaki lantai marble yang eksotis.