Sudah 5 hari sejak kejadian misterius itu. Elena masih belum bisa melupakannya.
Kak, lagi sibuk gak? kirimnya.
Ia ingin memberitahu kakaknya, tapi Martin kini sibuk mencari tamu. Syukurlah mereka sudah punya setidaknya satu tamu, Jaka, si pencuri amatir. Sesuai janji Martin, Jaka mendapat sarapan gratis. Tok, tok, tok… tidak ada sahutan. Martin mengetuk lagi sebanyak 2 kali. Sama, tidak ada jawaban. Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari luar. Napasnya engap-engap bagai habis maraton. Ya, dia baru saja mencuri lagi.
“Jaka, ini sarapanmu.”
“Oh i…iya, iya.” Jaka membuka pintu gudang. “Taruh aja di meja.”
Sudah dikasih makanan gratis menyuruh pula lagi. Untung Martin penyabar. Ia bahkan rela menukar jam kuliahnya menjadi sore hari demi melayani tamu Kurniawan Guesthouse. Sekembalinya ke meja resepsionis, notif pesan Elena masuk.
Lumayan. Kenapa?
Kak, aku mau cerita sesuatu deh.
Ting tung, ting tung. Pesan lain masuk.
“Wah ada Pak Mulyo jam 9 nanti.” Martin menemui Bi Siti. “Bi, bisa gantiin resepsionis dulu gak? Aku mau ngampus.” Ia menengok ke jam dinding. “1 jam lagi.”
“Oh yowes kamu berangkat saja sana.”
“Wah makasih, Bi.” Martin langsung mengambil jaket dan kunci motor.
Sementara itu, di kantin, Elena masih memegang handphone, menunggu balasan Martin. Tia duduk tepat disebelahnya melirik penasaran.
“Apaan sih Ti?” Elena menjauhkan benda selebar 7 inci tersebut.
“Habisannya kamu chatting terus, Len.”
“Ini Kak Martin lho, penting.” Elena mengarahkan bola matanya 100 ke samping.
Matanya bertemu mata Jason. Jason membalasnya dengan kedipan.
“Iuhh!” Tia menggoyangkan tubuhnya geli.
Elena mengalihkan pandangannya dan pura-pura men-scroll layar.
Tring…tring… waktu istirahat selesai. Habis ini pelajaran Bahasa Indonesia. Khusus mata pelajaran ini, kelas 11 IPS 1 dan 11 MIPA 1 digabung karena sama-sama menggunakan perpustakaan. Mereka disuruh bedah buku. Satu per satu murid pun mengambil posisi baca. Jason hampir saja menarik kursi dekat Elena. Namun secepat kilat Tia merebutnya.
“Sorry. Cari yang lain aja ya,” ucap Tia jutek.
Jason sengaja melihat ekspresi Elena yang menahan tawa.
Tia menggeleng. “Ck, ck, ck… dasar bucin!”