Tamu

Vivianhervian
Chapter #6

Say Cheese!

Di lorong sekolah, Elena menghentak-hentakkan kakinya gelisah. “Cepetan dong, Ti!” pintanya pada sepupunya yang sedang menata buku di loker. Ia memilah-milah buku mana yang harus ia bawa pulang dan mana yang ditaruh. Sementara itu kepala Elena cingak-cinguk takut ditemui Jason. Ia tidak mau pergi ke kafe yang dimaksud Jason karena ada pemotretan di rumah Kurniawan. Pemotretan guest house mereka tentunya, sebagai sarana promosi.

“Ayo!” Tia menarik tangan Elena ke gerbang sekolah.

Kini mereka berdua sepakat untuk berlari agar tidak diintai oleh pengirim paket misterius maupun pengirim surat ancaman. Mereka juga tidak tahu apakah pelakunya orang yang sama. Yang jelas mereka mulai waspada sejak pembicaraan kemarin malam.

“Taksi lagi kan?” tanya Tia memakai tas ranselnya. “Biar ku pesenin.”

“Gak usah. Udah ku pesan dari tadi.” Elena menyodorkan HPnya ke Tia.

“Hehe… thanks. Len… len!”

Elena menaikkan alisnya.

“Len,”

“Apa?”

“Jason menuju ke sini, Len.”

Elena mengeluarkan buku dari tasnya untuk menutupi wajahnya. Tia melepas ikat rambutnya lalu memindahkan helai demi helai ke depan hingga menutupi pipinya. Jason dan teman-temannya berlalu begitu saja tanpa menyadari keberadaan mereka.

Tin…tin… “Mba Elena ya?” tanya supir taksi online.

“Iya.” Elena dan Tia menutup pintu mobil dengan kencang.

Di mobil, perasaan curiga menyelimuti pikiran mereka. Tia mengikat rambutnya kembali. Namun matanya tak pindah dari saku sang supir. Tangan kiri supir itu masuk ke kantong celana sejak tadi. Tia menyenggol badan Elena. Elena mendelik.

“Ssst.” Tia mengarahkan telunjuk ke bibirnya. “Jangan sekarang, masih jauh. Nanti di depan situ,” bisiknya.

Elena mengangguk. Kantong celana supir itu bergerak-gerak layaknya sebuah pistol atau senjata tajam. Tangannya mau mengangkat keluar dari saku seketika itu juga…

“PAK!” Elena mencegahnya.

Supir tersebut mendadak menginjak pedal rem karena kaget.

“Ada apa, mba?”

“Ki…kita sampe sini aja ya.”

“Lho, yakin mba?”

“IYA. Ayo Ti!” Elena membuka pintu lalu terbirit-birit menjauhi dari taksi itu.

Engos-engosan mereka mampir ke Ruko Sutera Indah, ruko tepat di sebelah kompleks mereka.

Ting tung, ting tung.


Kalian dimana? Pesan dari Martin

          

Kami makan di Ruko Sutera Indah, Kak.

Lihat selengkapnya