Langit gelap telah berganti jadi terang. Jam menunjukkan pukul 08.00. Sabtu yang membosankan ditemani 2 tamu. Satu orang asing dan satu teman lama yang hadir kembali. Di kamar, ada Tia yang sudah 10 menit lalu lalang tak tahu arah sambil memegangi kamera dari Austin. Elena masih ingin membalas DM temannya namun melihat sepupunya begitu, ia merasa risih.
“Ti?”
“Hmm?” Tia berhenti.
“Kamu ngapain?” Elena memerhatikan kameranya.
“Ck… aku bingung sekali, Len. Austin memberiku ini.” Akhirnya Tia duduk di sebelah Elena.
“Austin?” Elena bingung.
“Fotografer tadi.”
“Oh… kenapa bingung?” Elena kembali menatap layar HP.
“Dia memberiku ini.” Tia menunjukkan kamera barunya. “Aku gak minta tapi dia ngasih dan aku bahkan gak sempat bilang makasih.”
Crang…. Suara pecahan kaca mengejutkan mereka.
“Len? Kamu denger kan?” Tia mengintip dari jendela. Rupanya ada tiga orang laki-laki baru saja melempar batu ke jendela utama. 2 bapak-bapak dan 1 anak muda.
Salah satu laki-laki itu mendapati Tia mengintip.
“Hei lihat ada orang!” Menunjuk Tia.
Tia segera menutup gorden kamar.
“Siapa itu?”
“Entahlah ada 3 orang cowok. Mereka sangat seram.” Tia mengambil sapu lidi.
“KELUAR DASAR PENCURI!” ancam dua orang laki-laki tersebut.
Semua keluarga Kurniawan keluar. Tia menyembunyikan sapu lidi di belakangnya.
“DI MANA PENCURI ITU?” mereka sama sekali tidak bisa bicara baik-baik.
Hendra menelepon satpam.
“Pencuri? Siapa yang kalian maksud?” Elena memberanikan diri.
“Jangan pura-pura tidak tahu nona. Kalian pasti kerabatnya kan?”
“Enak saja-”
Martin menarik tangan Elena agar masuk ke dalam. “Gak usah dijawab.”
Tap, tap, tap. Satpam pun datang.
“Tolong tangani orang ini! Mereka telah menganggu kenyamanan guest house saya,” pinta Hendra.
“Bapak-bapak, ayo ikut saya!” Satpam mengarahkan agar keluar dari kompleks.
“Awas saja jika dia datang, akan kuhabisi dia!” ancam salah satunya yang nampak seperti korban pencurian.
Leganya perusuh tadi telah pergi. Hendra membiarkan lubang bekas lemparan batu karena tidak mau mengeluarkan biaya dulu. Anggota keluarga kembali ke kegiatan masing-masing. Martin berangkat dengan motornya ke kampus sebab di weekdays ia sudah sibuk dengan guest house jadi mengambil jam kuliah di weekend. Tia membantu Bi Siti bersih-bersih rumah. Sedangkan Elena masih di kamar memikirkan kejadian barusan. Ditengah-tengah penasaran Elena, terdengar suara ketukan di jendela. Rupanya pacar backstreetnya nongol dengan tampang tak bersalah.
“Astaga! Jason!” Elena membuka slot jendela.