Tan Hua Di Kolam Darah

LaVerna
Chapter #4

Chapter 4: Persahabatan ‘tak Memandang Perbedaan Ras dan Suku


Di daerah Rawamangun, Jakarta Timur 10  Juni 1994.

Tepat pukul 09:00 Rani mendatangi sebuah warung yang didepannya terdapat banner besar bertuliskan [Warung Bakso Koh Alim Dijamin Halal] warung bakso satu-satunya yang ada di seberang jalan dari tempatnya menginap. Sebuah tempat yang menjadi titik janji temu antara Lim Mei dan Rani.

Suasana di warung itu cukup ramai. Tanpa memesan lebih dulu, Rani memilih langsung masuk dan duduk di dalam dulu. “Sebaiknya aku memesan baksonya nanti saja, saat Lim Mei sudah tiba,” pikir Rani yang di benaknya tergambar romantisasi makan bersama teman baru.

Namun, beberapa detik kemudian penglihatannya menangkap sosok gadis yang baginya tidak asing tengah sibuk menghitung uang di samping pria paruh baya yang sibuk meracik bakso. Reflek—Rani mengerjapkan matanya. Memastikan apa yang dilihatnya.

Alih-Alih segera menghampirinya, Rani justru duduk diam seribu bahasa. Mengamati setiap gerak tubuh, dan ekspresi wajah dari seorang gadis berwajah oriental yang dia yakini adalah Lim Mei.

Lima belas menit lamanya Rani memperhatikan, tapi selama itu ia tak melihat senyum atau sikap ramah tamah gadis itu. . Gadis yang semalam bersikap sangat ramah padanya. Bahkan gadis itu tak melambaikan tangannya sebagai pengganti sapa, meski ia sudah melihat Rani duduk di sana.

 “Apa benar dia Lim Mei yang semalam menolongku?” batin Rani yang kini merasa ragu. “Tapi ... hanya ini warung bakso seberang jalan dari tempatku menginap semalam. Apa jangan-jangan dia hanya orang yang kebetulan mirip dengan Lim Mei saja?” lanjutnya lagi.

Keraguan yang tak dapat dia atasi itu pada akhirnya membuat Rani beranjak dari tempat duduknya. Bukan untuk meninggalkan warung bakso itu, melainkan untuk memesan semangkuk bakso. Meski sebenarnya tidak ingin, tapi sudah kepalang tanggung dan malu karena sudah duduk diam di dalam warung itu tanpa memesan apa pun. Berharap saat memesan, Rani mendapat sapaan hangat dari gadis berwajah oriental yang dia yakini adalah Lim Mei. Namun, kenyataannya Rani diperlakukan sama seperti para pembeli sebelumya. 

“Ah ... sepertinya memang bukan,” gumam Rani menyimpulkan.

Waktu beranjak siang. Satu demi satu pelanggan di warung bakso itu beranjak pergi, hingga kini menyisakan Rani seorang. Namun, saat Rani tengah khusyuk menyantap baksonya, dia dikagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba duduk di hadapannya sambil berkata, “Pelan-Pelan saja. Atau kau bisa tersedak nanti.”

Seketika Rani langsung tersedak bahkan sebelum gadis itu menutup mulutnya setelah berkata demikian. Segera gadis itu memberikan segelas teh manis hangat yang sudah ada di hadapan Rani.

“Kau membuatku kaget!” pekik Rani setelah berhasil meredakan batuk akibat tersedak tadi. Sementara Lim Mei justru terkikik melihat Rani.

“Kenapa tadi kau bersikap seperti itu, dan baru menyapaku? Kau membuatku mengira bahwa aku salah orang,” lanjut Rani lagi.

“Maaf, tapi seperti itulah aku saat sudah fokus bekerja. Lagi pula aku sudah duduk di hadapanmu, bukan? Jadi itu bukan lagi masalah,” terang Lim Mei disertai dengan tawa renyahnya.

Lihat selengkapnya