Saat itu bulan memantulkan cahayanya untuk malam. Bintang pun berkelip dengan indahnya. Kapal mulai meninggalkan pelabuhan wangi. Hong Kong mereka menyebut nama pelabuhan itu. Temasek atau yang kemudian hari bernama Singapura adalah tujuan berikutnya. Dibutuhkan lima atau tujuh hari sebelum kami, keluarga kecilku, mencapai Temasek. Tetapi Temasek bukanlah tujuan akhir. Tujuan kami adalah kota bernama Solo, sebuah kota yang terletak di pulau Jawa bagian tengah, di Hindia Belanda atau Indonesia.
Namaku Lim Mei Ling. Saat ini aku berlayar dengan keluarga: suami dan anakku. Nama suamiku Tan Siang Tin. Nama anakku Tan Thiam Liang, atau kami biasa memanggilnya A Liang. Usianya tiga tahun. Kami berasal dari kota Fuzhou, propinsi Fujian, Republik Tiongkok. Beberapa hari lalu kami meninggalkan Fuzhou menuju Hong Kong bersama rombongan untuk berlayar.
Saat ini, tahun 1935 Masehi, negara kami sedang mengalami ketegangan karena perang saudara. Paham komunis yang dipimpin oleh Mao Tse Tung sedang memperebutkan tanah air dengan pemerintah kami yang dipimpin oleh Chiang Kai Shek. Aku memang tidak terlibat langsung dengan perang itu, tetapi hatiku selalu menangis bersamanya. Bagaimana tidak, kedua adik laki-lakiku, kebetulan keduanya berprofesi sebagai tentara, tewas dalam pertempuran dua tahun lalu. Aku mempunyai tiga orang adik. Selain kedua adik lelakiku yang tewas, aku memiliki seorang adik perempuan, anak bungsu di keluarga ayahku. Dia begitu sedih saat kedua kakaknya meninggal. Dia berkata ingin berimigrasi ke negara lain. Setahun yang lalu dia pergi dengan kapal seperti yang kunaiki saat ini bersama tunangannya. Katanya dia hendak pergi ke negara di Asia Tenggara. Sampai sekarang, setahun sejak kepergiaannya, kami tidak pernah mendengar tentang kabarnya. Ibuku telah meninggal karena wabah penyakit hampir sepuluh tahun yang lalu. Saat itu beliau terlalu sibuk mengurus kami, empat anaknya yang masih kecil sehingga tidak terlalu mempedulikan kesehatannya sendiri. Kini tinggal ayahku seorang diri saat aku pergi berimigrasi dengan suamiku. Tetapi ayah berniat menyusulku, saat semua urusannya telah selesai.