Pagi harinya, Reza duduk di beranda, menatap halaman belakang yang dipenuhi rumput liar dan satu pohon mangga tua yang batangnya menghitam di tengah. Pohon itu tinggi, tapi tidak pernah berbuah. Daunnya bergerak-gerak, meski angin tidak berhembus ke arah sana.
Ibunya pergi ke pasar sejak subuh. Tinggallah Reza sendiri, dan dalam diam itu, ia melihat… ada anak kecil berdiri di bawah pohon mangga.
Tubuhnya kotor. Bajunya compang-camping. Dan yang paling aneh—anak itu tidak punya bayangan. Reza mendekat perlahan, tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, anak itu langsung bicara:
“Malam ini kamu tidur lagi?”
“Mungkin…”
“Jangan. Soalnya kalau kamu mimpi tiga kali, kamu bisa… hilang.”