Ibunya mulai menyadari perubahan pada Reza. Matanya tampak sayu, tubuhnya gemetar, dan setiap malam ia bicara sendiri dalam tidur. Untuk mengalihkan pikiran, ibunya menyuruh Reza sekolah di bangunan tua SD Negeri Lamatika yang baru dibuka kembali.
Hari pertama di sekolah terasa aneh. Guru dan murid hanya sedikit, dan bangunannya seperti belum pernah benar-benar dibersihkan dari kenangan.
Di kelas, Reza duduk di bangku paling belakang. Namun satu bangku di sudut kelas selalu kosong. Setiap kali Reza melirik ke sana, ia merasa ada yang sedang duduk, meski bangkunya tampak kosong secara kasat mata.
“Jangan duduk di situ,” bisik teman barunya, Mira. “Itu bangkunya Elang.”