Tanah Garuda

Khaendy D Puang Pramana Putra
Chapter #2

Awal Dari Sebuah Cerita

Pagi itu keluargaku sedang bersiap-siap untuk mengunjungi kediaman kakek yang berada di Gunungkidul, Yogyakarta.

"Atma ayo cepetan, keburu kesiangan nih!" Ibu dan ayah sudah sibuk sedari pagi mengepak dan memasukkan barang ke bagasi mobil.

"Iya Mah... bentar lagi." Sedangkan aku masih menata barang-barang yang akan dibawa. Sudah menjadi kebiasaan keluargaku merayakan liburan menyambut hari kemerdekaan di rumah kakek.

Di tempat tinggalku seluruh sekolah diliburkan selama seminggu dalam rangka menyambut hari raya kemerdekaan. Sehingga tidak sedikit masyarakat pulang ke kampung halamannya dan merayakan hari kemerdekaan di sana. Tentunya ada berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan di masing-masing daerah untuk memeriahkan susana, kegiatan yang paling banyak dinanti oleh anak-anak seumuranku yang kini menginjak kelas 5 SD yaitu berbagai macam perlombaan yang biasanya diselenggarakan beberapa hari menjelang upacara perayaan hari kemerdekaan.

Jujur saja untuk kali ini aku sedikit malas merayakan hari kemerdekaan di rumah kakek. Bukan karena kakek atau rumahnya yang jauh dari perkotaan. Melainkan karena kedua orang tuaku seakan enggan liburan mereka diganggu dengan kehadiranku. Yaaa.. mereka memilih untuk berlibur keluar negeri, sedangkan aku ditinggal sendiri bersama kakek.

Segera setelahnya aku muncul dengan koper di tangan kemudian ayah datang menghampiri dan mengambil koperku. Saking banyaknya barang bawaan yang dibawa akhirnya sebagian diletakkan di atas mobil dan diikat bersamaan. Aku langsung masuk ke mobil sambil mendengarkan musik dari gadget kesayanganku dan duduk tanpa menghiraukan kedua orang tuaku.

"Lho Nak, kamu nggak bantu Ayah ngepak-ngepak barang?" Ibu segera menghampiriku yang masuk begitu saja ke dalam mobil tanpa menghiraukan kesibukan ayahnya.

"Sudah Bu ndak pa-pa itung-itung Ayah olahraga,"

Sepertinya ayah mengerti akan kekesalanku tapi bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Akhirnya persiapan telah selesai, ayah dan ibu segera masuk ke dalam mobil.

"Yak kita siap berangkat!" Seru ayah sambil menyalakan mesin mobil. Sesaat setelahnya mobil pun berangkat menuju Gunungkidul.

Perjalanan menuju kota Yogyakarta dari tempat tinggalku di Semarang sebenarnya cukup dekat kurang lebih memakan waktu 3 - 5 jam perjalanan. Hanya saja untuk kali ini sepertinya membutuhkan waktu lebih lama daripada biasanya. Sebab banyak juga masyarakat yang turut merayakan hari kemerdekaan di kampung halamannya. Sehingga jumlah kendaraan yang sama-sama bertujuan ke luar kota sangat banyak. Sesekali kami berhenti melepas lelah di tempat peristirahatan yang sudah disediakan. Akhirnya setelah menempuh perjalanan hampir seharian kami tiba di kota Yogyakarta.

Dari kota Yogyakarta kami masih harus menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan untuk sampai di rumah kakek. Akan tetapi melihat padatnya kendaraan sepertinya tidak memungkinkan untuk dapat sampai hanya dengan waktu 2 jam saja. Akhirnya setelah melalui padatnya kendaraan kami tiba di daerah Gunungkidul. Setibanya di sana jumlah kendaraan yang kami temui tidak terlalu banyak. Aku membuka jendela mobil dan merasakan sejuknya udara pegunungan yang masih sedikit terkena polusi.

Suasana Gunungkidul masih tampak asri. Alam sekitar yang masih terjaga serta masyarakat daerah sana sangat peduli dalam melestarikan tradisi mereka hingga sekarang. Di sini kita masih dapat menjumpai warga yang berjalan kaki memikul beban hasil panen di punggungnya. Tegur sapa antara penduduk sudah menjadi pemandangan yang umum di daerah pedesaan. Sangat jauh berbeda dengan orang kota yang terlalu disibukkan oleh pekerajaan, sehingga untuk sekadar saling sapa saja sangat susah. Anak-anak yang tampak riang bermain dengan rekan-rekan sebayanya membuatku berpikir betapa bahagianya mereka dapat bermain bersama dengan teman-temannya. Akhirnya kami sekeluarga tiba di rumah kakek.

"Assalamu'alaikum." Salam ayah sambil menurunkan beberapa muatan dari mobil.

"Wa'alaikumsalam." Kakek segera keluar dari dalam rumah untuk menyambut kedatangan kami sekeluarga.

"Ayah gimana kabarnya? Sehat?"

"Alhamdulillah... lho di mana Atma? Apa dia tidak ikut berkunjung ke sini?"

"Eh... lho! Mana Atma? Belum turun dari mobil?" Tanya ibu kemudian menghampiriku yang masih berada di dalam mobil.

"Atma... ayo turun sapa Kakekmu!" Dengan lemas aku turun dari mobil.

"Hust... simpan dulu gadgetnya!" Ibu menegurku yang sedang sibuk dengan permainan pada gadget yang sedang kupegang.

Lihat selengkapnya