Udara pagi masih lembap ketika Arion berjongkok di antara semak berduri di belakang kuil tua, mengulurkan tangan pada seekor burung kecil yang tergeletak dengan sayap patah. Matanya memancarkan iba, sesuatu yang dilarang ditunjukkan secara terbuka di antara kaum mereka.
“Ayo, jangan takut...” bisiknya pelan, mencoba membungkus makhluk kecil itu dengan kain lusuh yang disembunyikan dalam jubahnya.
Langkah kaki terdengar di belakangnya. Berat. Tegas.
“Apa yang kau lakukan, Arion?”
Ia menoleh. Salah satu penjaga Akademi, pria berjubah merah darah, berdiri dengan alis berkerut tajam. Burung di tangan Arion menggeliat ketakutan.
Mereka tak butuh penjelasan. Bagi kaum suci, menunjukkan kelemahan adalah dosa. Dan Arion—anak pemimpin tertinggi—telah melakukannya.
———
Sore itu, Arion dihukum. Ia dipaksa bersujud selama berjam-jam di ruang doa—sebuah ruangan batu dingin dengan pilar-pilar tinggi dan patung-patung buta. Angin menerobos dari sela-sela dinding tua, membawa bisikan yang terasa lebih hidup daripada suara manusia.
Saat wajahnya hampir menyentuh lantai, ia menyadari sesuatu. Di dinding belakang, tak jauh dari tempat ia bersimpuh, ada retakan—tipis, tapi menjalar seperti urat nadi. Retakan itu berdenyut... seolah memanggil.
———
Malamnya, didorong rasa gelisah yang tak tertahan, Arion menyelinap kembali ke ruang doa. Ia menyentuh retakan itu, dan seperti menanggapi sentuhannya, dinding terbuka perlahan, memperlihatkan celah menuju lorong bawah tanah.
Lorong itu sempit, lembap, dan gelap. Aroma tanah tua dan besi memenuhi udara. Langkah Arion bergema sendirian, menuju sesuatu yang ia sendiri belum mengerti.
Di ujung lorong, sebuah ruangan batu menunggunya. Cahaya bulan menerobos dari lubang di atap. Di salah satu sisi dinding, tergantung lukisan tua—lukisan pertama yang ia lihat dalam hidupnya.
Bukan lukisan manusia. Bukan dewa. Lukisan itu menggambarkan pusaran langit hitam dan sosok berjubah dalam lingkaran api, dikelilingi simbol-simbol kuno yang asing. Saat ia mendekat, lantai bergemuruh pelan, seperti napas yang ditahan terlalu lama akhirnya dilepaskan.
Kemudian, dari sisi kanan ruangan, sebuah dinding batu bergerak naik, perlahan, berat—menguak sesuatu yang telah lama disembunyikan.
Di baliknya, sebuah lukisan lain muncul. Beda dari yang pertama.