Tanah Tanpa Hawa

Deany Na
Chapter #6

Bab 5 - Bertemu Pertama Kali

Tiba-tiba Luna kembali menatapnya dengan rasa ingin tahu yang besar. “Arion… kalau aku boleh jujur… kau berbeda. Kau tidak seperti lelaki yang pernah kucuri lihat dari jauh.”


Arion mengangkat alis. “Berbeda bagaimana?”


“Entahlah,” Luna mengedikkan bahu. “Tapi… matamu. Ada sesuatu di dalamnya. Bukan sekadar haus kuasa, bukan sekadar ambisi.”


Arion menggaruk tengkuknya, salah tingkah. “Aku tidak tahu harus merasa tersanjung atau tersinggung.”


Luna malah tertawa kecil. “Kau boleh memilih sendiri.”


Hening lagi. Lalu Luna tiba-tiba berkata serius, “Tapi dengar, Arion… kalau kau ingin ikut aku ke Lembah Hawa, ada syaratnya.”


Arion terdiam sejenak, lalu mengernyit. “Sejak kapan aku berkata ingin ke Lembah Hawa?” tanyanya datar, nada suaranya agak defensif.


Luna menyilangkan tangan di dada, matanya berkilat nakal.


“Sejak kamu sudah ada di sini dan menolongku,” jawabnya cepat. Senyum tipis terbit di wajahnya. “Karena yang aku tahu… Tanah Kaelith sangat jauh dari sini.”


Arion melotot, jelas tak terima. “Itu tidak ada hubungannya!”


“Oh, ada sekali,” Luna menukas ringan sambil melangkah makin dekat. “Kalau kamu tidak ingin ikut aku ke Lembah Hawa, kenapa repot-repot masuk ke hutan tanpa ujung ini? Dan… membunuh ular hitam untukku?”


Arion terdiam, tidak bisa langsung membalas. Kata-kata Luna seperti jerat yang menjebaknya. Ia ingin menyangkal, tapi logika gadis itu terlalu tajam.


Luna mencondongkan tubuhnya sedikit, menyipitkan mata dengan senyum menggoda. “Ayo, akui saja, Arion. Kau sudah masuk ke jalanku. Dan sekarang, hanya ada satu cara agar kau bisa ikut denganku.”


Arion mendengus keras, pura-pura tak peduli. “Sudahlah sepertinya aku tidak akan ikut.”


“Yakin?” Luna terkikik. “Tapi kau sudah sejauh ini. Kau mau kembali lagi ke Kaelith?”

Arion terdiam lagi. Kalaupun dia kembali ke Kaelith setelah semua yang terjadi. Rasanya tidak sepadan dengan perjuangannya sampai ke sini.


Arion menutup wajah dengan telapak tangannya, menghela napas berat. “Dewa-dewa Kaelith… kenapa aku harus bertemu makhluk aneh seperti ini.”


Luna menepuk bahunya santai, seolah mereka sudah akrab sejak lama. “Tenang saja. Dengan rahangmu yang tegas itu, tinggal kusulap sedikit, semua akan percaya kalau kau perempuan. Lagipula… kau punya mata yang indah. Itu modal besar.”


Arion menoleh cepat, wajahnya merah padam. “Ma-mata… indah?!”


Luna terkekeh. “Lihat? Sudah cocok jadi perempuan pemalu.”


———

Lihat selengkapnya