Tanah Tanpa Hawa

Deany Na
Chapter #13

Bab 12 - Buku Terlarang dan Janji yang Diuji

Luna akhirnya duduk di samping Arion, jaraknya begitu dekat sampai ujung kain bajunya menyentuh lutut Arion. Ia masih memandangi wajah Arion yang merah, seolah berusaha menemukan jawabannya sendiri.

“Hmm… kau benar-benar aneh hari ini, Arion,” gumamnya sambil tersenyum tipis.

Arion berusaha mengatur napas, tapi tubuhnya kaku. Ia takut pergerakan sedikit saja akan membuat Luna menyadari sesuatu. Namun, rasa takut itu menjadi kenyataan. Saat Luna menggeser duduknya, pandangannya tak sengaja turun.

Alis Luna terangkat sedikit. “Eh…?” Bibirnya membentuk lengkungan bingung. Ia menoleh ke Arion lagi, lalu kembali menunduk sekilas ke arah celananya. “Arion, itu… kenapa bentuknya seperti itu?”

Arion membeku. Seakan seluruh dunia berhenti berputar. Keringat dingin membasahi pelipisnya.

Luna mendekat sedikit, suaranya benar-benar polos, seperti anak kecil yang menemukan hal baru. “Apa kau sakit di sana? Atau... celanamu kebesaran? Sepertinya ada sesuatu yang menonjol.”

Arion menahan napas, matanya membelalak. Pipinya makin memanas, jantungnya seakan ingin meledak. Ia tidak sanggup menjawab.

Luna semakin bingung melihatnya tak merespons. Ia hanya menghela napas kecil, lalu menepuk pelan lengan Arion. “Hei, jangan diam saja. Kalau sakit, kau harus bilang padaku. Aku bisa carikan ramuan atau teh hangat.”

Arion hanya bisa menunduk, berusaha keras menahan diri. Dalam hatinya, ia berteriak, “Tidak… jangan begini… dia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi…”

Dan Luna, dengan polosnya, masih menunggu jawaban tanpa menyadari betapa dalam gejolak yang sedang dirasakan laki-laki di sampingnya.

———

Arion buru-buru meraih buku yang tadi ia baca, menutupnya rapat seakan itu adalah perisai yang bisa menyembunyikan kegugupannya. Ia berdeham pelan, mencoba mengatur nada suaranya agar terdengar tenang.

“L-Luna…” ia mengangkat buku itu sedikit. “Kau… kau sudah pernah membaca buku ini?”

Luna yang tadinya masih bingung soal “keanehan” di celana Arion, langsung mengalihkan perhatiannya ke benda yang ia tunjuk. Matanya membulat kecil. Ia tampak mengenali sampulnya.

“Ah... itu.” Suaranya melembut, sedikit lebih serius dari biasanya. “Aku tahu buku itu ada di kamarku… tapi aku tidak boleh membacanya. Tidak ada perempuan yang boleh membuka buku itu sebelum waktunya.”

Arion menahan napas, rasa ingin tahunya makin besar. “Sebelum waktunya?”

Luna mengangguk, jemari mungilnya tanpa sadar meremas ujung rok yang ia kenakan. “Ya… begitu kata orang-orang tua di sini. Katanya, buku itu hanya boleh dipelajari ketika ada seorang laki-laki yang benar-benar berhasil melewati gerbang lembah dan... memilih salah satu perempuan sebagai pasangannya.”

Kata-kata itu membuat dada Arion bergetar hebat. Ia menatap Luna dalam-dalam, namun Luna terlihat tenang, bahkan polos, seolah kalimat tadi hanyalah aturan biasa, bukan rahasia besar.

Arion menggigit bibirnya pelan. “Jadi benar, buku ini bukan sekadar catatan biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam di balik semua ini.”

Ia ingin bertanya lebih jauh, tapi tatapan Luna yang jernih membuatnya kembali ragu. Kalau ia terlalu penasaran, Luna mungkin bisa curiga.

Lihat selengkapnya