Chapter #2
Hari Kamis Menjelang Sore
SEHARUSNYA aku sudah berada di rumah, namun entah kenapa aku mau saja terbujuk rayuan teman-temanku, Yopi, Turman dan Panca usai bubaran sekolah. Ya, memang ada pelajaran tambahan yang diadakan oleh sekolah dalam rangka persiapan kami mengikuti Ujian Nasional. Sehingga menjelang sore kami baru keluar dari kelas.
Semula Yopi yang iseng mengajukan usul, yang segera diamini oleh Turman dan Panca. Yopi mengajak kami untuk jalan-jalan ke sebuah mal terbesar di kota Medan, dan nonton film. Usul itu menggodaku juga. Tanpa pikir panjang, kami beramai-ramai menuju sebuah mal, tentu dengan menutup atribut seragam sekolah dengan jaket dan rompi.
Sewaktu kami sedang di taksi meluncur ke mal, aku teringat sesuatu. Aku belum mengabarkan kepada ibuku, bahwa aku tidak langsung pulang ke rumah selesai pelajaran tambahan. Namun ternyata ponselku mati. Baterainya habis. Teman-temanku tak memiliki pulsa cukup hanya untuk sekadar mengirim pesan singkat ke ponsel ibu.
Rencananya aku akan menelepon ibu sesampai di mal nanti. Tetapi ternyata kemeriahan mal sore itu membuat aku lupa untuk menelepon ibu di rumah. Kami langsung terhanyut oleh suasana keramaian mal. Terus terang aku dan teman-teman memang paling senang berada dan berlama-lama di mal ketimbang di sekolah. Ya, namanya juga anak remaja. Kami baru kelas tiga SMP dan bulan depan kami akan mengikuti Ujian Nasional.
Tentu saja menghadapi Ujian Nasional kami merasa sangat tertekan. Sehingga usul iseng Yopi untuk menyambangi mal dan nonton film menjadi usul cemerlang. Sebelum menuju studio bioskop, kami membeli makanan dan minuman ringan di sebuah minimarket di lantai basement. Lalu makanan dan minuman itu kami masukkan ke dalam tas dan ransel masing-masing. Karena kalau ketahuan oleh petugas bioskop, bisa-bisa kami tak bisa ngemil di dalam bioskop nanti.
Terkadang peraturan nonton yang melarang membawa makanan dan minuman dari luar cukup menjengkelkan kami para pelajar. Harga tiket masuk bioskop memang murah dan terjangkau. Tetapi, apabila kami harus membeli makanan dan minuman untuk cemilan nonton di kafetaria bioskop, sama saja bohong. Harga di situ, dua atau tiga kali lipat harga di minimarket atau di warung-warung.
Kami memilih nonton sebuah film remaja di salah satu studio di bioskop mal terbesar dan termegah di kota ini. Film yang sedang digandrungi oleh para remaja masa kini. Tentu kami sangat ceria dan tertawa-tawa.