Tanda Cinta dari Akhirat

Bamby Cahyadi
Chapter #4

#4 Hari Kamis Malam

Chapter #4

Hari Kamis Malam

 

         AYAHKU belum juga kunjung pulang sampai selarut ini. Aku menyesal telah membuat ayah bersusah payah menyusulku ke sekolah. Pasti ayah tak akan menemukan siapa-siapa. Karena pada saat itu, aku, Yopi, Turman dan Panca telah lebih dahulu meninggalkan sekolah menuju mal. Ia hanya akan menemui halaman sekolah yang telah kosong melompong.

         Aku merasa sangat bersalah telah membuat ibuku cemas, menungguku. Menyesal membuat ayah menjemputku. Kakakku hanya mengusap rambutku ketika aku pulang selesai nonton. "Jangan kau lakukan lagi, kasihan ibu," katanya mengacak rambutku. Aku tersenyum, meminta maaf padanya. "Tak perlu, Dik. Kita tunggu ayah pulang," lanjutnya.

         Ibu berkali-kali menelepon ponsel ayah. Tetapi ayah tak pernah menjawabnya. Ibu hanya ingin memberitahu, bahwa aku sudah berada di rumah. Aku hanya pergi menonton film di mal. Aku tidak melakukan kegiatan yang berbahaya, walaupun aku terlambat pulang dari sekolah. Mungkin ibu juga akan bilang, aku tak senakal seperti yang mereka pikirkan.

         Aku nakal, aku akui. Aku sering terlibat dalam tawuran sekolah dengan musuh bebuyutan sekolah kami. Tapi aku hanya ikut-ikutan, bukan tokoh utama. Atau aku suka meninggalkan pelajaran yang tak aku sukai, semisal matematika dan bahasa Inggris. Tapi itu kenakalan yang wajar bukan? Lagi pula aku tak suka gurunya. Aku tak pernah terlibat narkoba atau pergaulan seks bebas. Maaf, bukan aku itu! Ya, aku tidak senakal itu. Katakan kepada ayah.

         "Aneh, kenapa ayah tidak mengangkat telepon dari ibu ya?" Ibu bertanya bukan pada kami, seolah ia bertanya pada ayah yang belum juga pulang. Padahal malam semakin larut. Gelap di luar semakin kelam, kesiur angin malam menghempas daun pintu rumah kami. Tiba-tiba telepon rumah berdering.

Lihat selengkapnya