Tanda Cinta dari Akhirat

Bamby Cahyadi
Chapter #6

#6 Hari Kamis Tengah Malam

Chapter #6

Hari Kamis Tengah Malam



     AROMA rumah sakit menyeruak, ketika kami sampai di pelataran rumah sakit. Baunya membuatku mual. Aku tidak suka rumah sakit. Baunya, bau kematian. Seorang polisi telah menunggu di depan ruang Instalasi Gawat Darurat. 

     Ibuku berlari masuk ke ruang itu. Tak dihiraukannya polisi yang akan menjelaskan sesuatu. Aku dan kakakku mempercepat langkah setengah berlari menyusul ibu yang telah masuk duluan. 

     Ruangan seketika mendadak hening. Sangat senyap, sunyi menjalari malam. Sepertinya semua orang, semua benda hidup, benda mati, apakah itu malaikat atau ruh gentayangan sekalipun tahu dan bersepakat, bahwa saat ini bukan waktu yang tepat bagi mereka untuk bersuara. Saat ini waktu untuk kami. Sungguh waktu untuk kami. 

Pikiranku melayang dan pikiranku yang lain berusaha terbentuk dalam otakku, tetapi malah menjadi kosong lantas terisi oleh beberapa potongan kenangan. Masih terekam jelas dalam ingatanku ayah pernah berkata, ”Hidup itu dimulai di halte!”.

Aku tahu halte, sebuah tempat orang-orang menunggu, tempat orang-orang turun dan naik kendaraan umum, menuju arah dan jurusan masing-masing. Tapi, bukan kah hidup ini sesungguhnya dimulai dari tempat tidur?

Ayah mempunyai kebiasaan membuka diskusi pagi dengan tema apa saja saat kami sarapan pagi khususnya di akhir pekan. Pagi itu persoalan dari mana hidup itu bermula dibuka ayah. Sebelum memulai percakapan, dengan sabar ia akan menunggu kami, aku dan kakakku, serta ibuku berkumpul di meja makan. Ayah membuka forum diskusi mini ini dan ia lebih banyak mendominasi percakapan. Biasanya kakakku, Galang, yang dengan sengit menyanggah argumentasi ayah. Dan biasanya, ibu menjadi penengah bila diskusi kami mulai memanas.

Lihat selengkapnya