Chapter #11
Bayangan Hitam Pekat
SEJAK kematian ayahku dua tahun yang lalu, harapanku bersekolah di Tasikmalaya terpenuhi. Ayah dimakamkan di Tasikmalaya, kota kelahiran ibuku. Sejak saat itu pula, kami bermukim di kota ini. Aku menamatkan SMP di SMP Negeri 1 Medan dan melanjutkan SMA di SMA Negeri 1 Tasikmalaya.
Di sekolah aku mengikuti banyak kegiatan ekstrakulikuler dan pelbagai kesibukan lainnya sejujurnya semua itu upaya pelarian dari kesedihan akibat ayahku meninggal terlalu cepat. Aku ingin sekali melupakan kenangan yang penuh warna bersama ayah saat ia masih hidup. Duniaku waktu itu mendadak berubah warna, dari berwarna-warni menjadi kelabu.
Aku ingin marah kepada Tuhan, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ibuku setiap hari menangis dan menangis, meratapi nasib hidup ayah yang begitu singkat. Meskipun ia larut dalam kesedihan yang mendalam, ibuku adalah sosok perempuan yang tegar dan punya prinsip yang kokoh untuk menyekolahkan kami hingga ke perguruan tinggi.