Gemuruh petir terdengar memekakan telinga, mengiringi kelahiran seorang bayi perempuan yang sudah dinantikan begitu lama.
Namun sayang, belum lama ia lahir ke dunia, bayi tersebut harus merasakan sakit yang luar biasa, karena luka yang harus didapatinya di tangan kanannya.
“Gimana dengan keadaan anak saya, Dok? Apa lukanya akan mempengaruhi perkembangan tubuhnya?” tanya Adi.
“Sebelumnya kami mohon maaf, Pak. Ini karena kesalahan kami. Namun, setelah kami periksa beberapa kali, sepertinya tidak ada sesuatu yang berbahaya.”
Sebagai seorang papa, Adi merasa sangat khawatir dengan buah hati yang sudah ia nantikan bersama istrinya. Karena untuk kedua kalinya sudah, ia harus kehilangan bayinya sebelum waktunya.
Inka adalah nama yang diberikan oleh Vina—ibu yang selalu khawatir jika luka putri kecilnya itu bisa saja menyakitinya kapan saja. Vina selalu berusaha membuat Inka senyaman mungkin menjalani pertumbuhannya.
Kini Inka tumbuh menjadi seorang putri kecil, yang selalu percaya akan apa yang diucapkan oleh ibunya.
Vina mengusap tanda yang ada di tangan kanan Inka.
“Nak, suatu hari nanti jika ada seseorang yang memiliki tanda yang sama dengan kamu, mungkin saja dia jodoh kamu.”
“Beneran, Ma? Tanda apa sih, Ma, ini?” tanya Inka penasaran.
“Nggak apa-apa, kok. Itu tanda lahir. Mama juga punya.” Vina menunjuk betis kanannya—bercak kecil sebesar biji jagung warna kecoklatan.
“Oh, iya betul juga, ya, Ma.”
“Jadi kalau nanti ada rasa aneh di tangan Inka ini, mungkin saja Inka berada dekat dengan seseorang itu.”
“Seseorang itu siapa, Ma?” tanya Inka dengan polosnya.
“Inka sekarang udah cerewet, ya, kayak Mama,” sahut Adi memotong pembicaraan Inka dan Vina pagi itu.
Adi memberi kode pada Vina supaya tak terlalu mencekoki putrinya itu dengan sesuatu yang masih bingung untuk dimengerti anak seumurannya.
TTT