Tanda Lahir

Era Chori Christina
Chapter #6

Kepingan Teka-teki

Jadwal perlombaan tinggal dua hari lagi. Inka dan Vena masih berjuang untuk menemukan teka-teki gambar yang mereka percaya bisa membantiu mereka. Namun konsentrasi mereka harus terpecah karena siswa-siswi lain datang menghampiri mereka.

“Eh, lo kok masih punya muka, sih, dateng ke sekolah,” celetuk salah satu siswa.

Inka tahu siapa yang dimaksud oleh mereka. Tapi ia mencoba untuk menahan emosinya.

“Gue nggak ikhlas, ya, kalau sekolah kita bakal kalah gara-gara uang lomba hilang,” sahut yang lainnya.

“Kalian kalau nggak tahu ceritanya gimana, jangan nuduh orang sembarangan,” ucap Beno.

Inka terbelalak melihat ucapan itu keluar dari mulut seseorang yang tak disangkanya.

“Beno, ngapain belain si pencuri itu?” ucap Rana yang tiba-tiba menyerobot dari kerumunan siswa lain.

“Mana buktinya?” tanya Beno pada semua yang ada di tempat itu.

Tak ada yang berani menjawab. Semua saling bertanya dan berbisik satu sama lain.

“Jika sekali lagi gue lihat kalian masih nuduh dia pencuri lagi, gue nggak bakal mau lagi makilin lomba solo gitar untuk sekolah ini,” ucap Beno sembari menunjuk Vena.

“Jangan, dong, Beno! Kamu ngapain, sih, pakai ikut campur urusan mereka?” rengek Rana sambil terus memainkan syal warna merah di lehernya.

“Jangan, dong, Kak! Jangan!” seru siswi yang lain.

Beno melepaskan gitar yang sedari tadi di gendongnya.

“Ini jual, aja, gitar aku.” Beno menyerahkan gitarnya pada Vena.

Inka tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apalagi Rana yang sedari tadi masih menempel saja pada Beno.

“Tapi, Kak. Gitar ini, kan, gitar kesayangan Kak Beno?”

“Kamu butuh uang secepatnya, kan? Udah jual, aja! Di toko juga masih ada banyak, kan?”

“Tapi, Kak—”

Untuk saat itu Vena tidak bisa menolak bantuan dari Beno. Apalagi ia butuh uang secepatnya.

“Vena, maafin, gue, karena nggak bisa bantu lo nolak gitar ini dari Kak Beno. Gue terkejut aja dengan sikapnya. Sampai terhipnotis kayak gini.”

“Hah? Gue nggak salah denger, nih? Lo suka sama Kak Beno?”

“Vena, ngaco, deh.”

“Hahaha .... iya, iya. Maaf deh,” ucap Vena tak terasa sambil tertawa.

“Makasih, ya, Ka.”

“Kok, makasih?”

“Karena tiap ada, lo. Gue rasanya bisa ngatasin masalah, gue. Lo selalu bantu gue. Ini gitar juga dari Kak Beno, karena lo ada sama gue.”

“Maksudnya apa, Vena? Apa kaitannya Kak Beno sama gue?”

Lihat selengkapnya