Tanda Lahir

Era Chori Christina
Chapter #7

Demi Vena dan SMA Angkasa

Inka merasa bersalah dengan sikapnya pada Bara. Ia berjalan mondar-mandir di ruangan itu. Ia ingin keluar menyusul Bara, namun diurungkannya. Selang lima menit, Bara datang. Ia membawa dua botol minuman di tangannya.

“Eh, itu buat aku, yah?”

Tak ada jawaban dari Bara, ia malah meletakkan botol minuman itu di atas meja Pak Firman.

“Kalau mau minum, nunggu Pak Firman dulu,” jawab Bara dengan muka datarnya.

Ngapain musti nunggu Pak Firman? Apa kalau mau ngomong sama dia harus pake teka-teki gini?

Tak berselang lama dari kedatangan Bara, akhirnya Pak Firman datang juga.

“Oh, iya. Maaf Bapak terlambat. Tadi ada perlu sama Wakil Kepala sekolah.”

Inka dan Bara pun hanya mengangguk memaklumi. Pak Firman lalu duduk di kursinya. Bara dan Inka masih berdiri saja.

“Saya heran sama kalian berdua. Yang satu suka kena hukuman karena pelajaran. Yang satu lagi kalau nggak di senggol mungkin nggak bisa ngomong. Tapi kalian punya ciri khas luar biasa dalam melukis. Terlebih melukis gambar-gambar yang akan kita ikutkan dalam lomba nanti.”

Inka melirik pada Bara. Ia mendapati Bara hanya menatap kosong meja yang ada di depannya.

“Kalian, sudah pada kenal, kan?” lanjut Pak Firman.

Tak ada jawaban dari Inka maupun Bara.

“Bapak ini bicara sama kalian. Kenapa Bapak dikacangin? Kalian ini bakal berkolaborasi sampai acara pensi sekolah kita, juga, loh?”

“Apa? Inka nggak salah denger, nih, Pak? Jangan lah, Pak!” rengek Inka.

“Memangnya kenapa Inka? Kamu harusnya bersyukur Bapak carikan partner yang cocok buat bantu kamu.”

“Tapi, Pak—”

“Kalian ada masalah?”

Inka dan Bara saling melirik satu sama lain.

“Dia mau minta minuman yang di meja Pak Firman,” ucap Bara.

“Maksudnya apa kamu bilang gitu ke Pak Firman? Nggak Pak. Jangan percaya!” elak Inka.

“Pak, Inka mohon carikan partner lain. Kak Vino, kan, ketuanya Pak. Kak Vino aja.”

“Vino memang ikut. Tapi dia sebagai koordinator saja. Kalian berdua yang Bapak mintai tolong untuk merancang desainnya.”

“Kalau haus bilang aja. Minuman itu emang buat kita dari Pak Firman.”

“Iya. Ini minum saja. Tadi Bapak minta Bara buat beli.”

Astaga .... Nih cowok ngeselin banget. Gue sampai nggak percaya sama jalan pikirannya. Bisa gila gue.  

“Nggak usah, Pak. Inka nggak jadi haus. Pak Firman udah ngomongnya? Kalu udah Inka mau balik, nih.”

“Inka mohon, Bapak carikan partner lain aja selain dia.” Inka menunjuk Bara.

Lihat selengkapnya