Tanda Lahir

Era Chori Christina
Chapter #9

Sebuah Konspirasi

Beno menatap layar ponselnya dengan raut muka kesalnya.

“Kamu, udah lihat story anak-anak di sini, ya, Ben?”

Beno mengepalkan tangannya dan menatap tajam ke arah Rana. Lalu Rana menyusul Beno yang berjalan ke luar kelas.

“Kita belum kalah, Ben,” ucap Rana.

“Gila, si anak seni rupa makin besar kepala aja, tuh. Rencana darimu gagal, Ran.”

“Belum, kali. Kamu, kan, masih punya tiket si “gadis tinta” itu,” ucap Rana memprovokasi Beno.

Beno mulai memikirkan cara lain agar dirinya bisa dilihat lagi oleh pihak sekolah. Apalagi semenjak kekalahannya dalam solo gitar sebelumnya, membuatnya harus menelan kekecewaan terhadap sekolahnya.

 

TTT

 

Kemenangan yang didapatkan oleh anak seni rupa kali ini, membuat siswa yang kemarin-kemarin meragukan Vena, kini berbalik mengelu-elukanya.

“Baru menang gitu, aja, udah sombong,” ucap Rana saat melewati kelas Vena dan Inka.

Inka tahu apa yang dimaksud Rana. Lalu ia melangkahkan kakinya menyusul Rana.

“Kak Rana yang cantik? Pagi ini udah sarapan, kan?”

“Maksud kamu apa?”

“Ini, Inka kasih kue brownies buatan Vena. Enak, loh,” ucap Inka sambil menyodorkan sekotak brownies pandan pada Rana.

“Iya, kali aja Kak Rana belum sarapan, kan? Daripada makan orang, kan, bahaya, tuh. Mending makan ini, aja, Kak. Nih!” Kali ini Inka membuka tangan Rana dan menyerahkan kotak brownies, itu.

Upss ....”

Inka terkejut ketika brownies itu berserakan di lantai.

“Maaf, aku takut entar alergi makan itu. Kamu bisa bersihin, kan? Entar dihukum, loh, sama Pak Firman. Mau?” Rana mengibaskan syal warna merahnya ke arah Inka dan berjalan membelakanginya.

Vena melihat teman sekelasnya berkerumun. Ia lalu melihat apa yang sedang terjadi.

“Ya, ampun, Ka. Lo ngapain?” Vena lalu ikut membantu Inka memungut potongan brownies yang masih berserakan.

“Gue sih niatnya mau ngasih sarapan, tuh, ke seseorang. Tapi, dia nggak pernah makan beginian. Jadi, nggak level mungkin. Hahahaha ...,” jawab Inka menutupi apa yang sebenarnya terjadi.

“Ka, lo bohong, kan? Siapa seseorang itu?”

“Sudahlah, Na. Nggak penting. Tapi maaf ya, brownies lo jadi berantakan gini.”

Vena menggelengkan kepalanya dan memberikan senyuman pada sahabatnya itu.

“Eh, Na. Maaf ya, gue belum bisa bantu lo secepatnya buat nemuin petunjuk itu. Sekali lagi selamat, ya buat kemenangan lo kemarin.”

“Lo, ngomong apaan sih, Ka? Justru karena lo gue bisa menang. SMA kita juga bisa mempertahankan juaranya.”

Lihat selengkapnya