"Alhamdulillah akhirnya sampai juga" ucap kami semua karena telah sampai ditempat tujuan.
"Jadi kita ini mau kemana Maryam??" tanyaku kepada Maryam yang sedang mengambil sesuatu didalam tasnya.
"Sebentar!!" jawab dia sembari mengeluarkan buku dan kemudian berkata, "Antarkan aku kerumah Rahma, aku mau mengembalikan buku ini" lanjut dia seraya menunjukkan sebuah buku.
"Wah wah wah, Novel Dewi Sang Bidadari Karya BUNGSU BER-SYAIR!! Novel apaan ini??" tanya Asiyah yang lalu mengambil buku yang sedang Maryam pegang.
"Ih kebiasaan suka main comot aja!!" geram Maryam yang mengambil bukunya kembali kemudian berkata... "Ini tuh novel Asiyah, kamu mana suka, secarakan kamu memang tak suka membaca" timpal Maryam.
"Ih sembarangan kalau ngomong" cetus Asiyah yang kemudian memalingkan wajahnya dari Maryam.
"Sudah sudah, kenapa jadi ribut. Kita semua 'kan sahabat, masa sahabat berantem hanya karena masalah sepele" ujarku yang mendamaikan mereka berdua.
"Yasudah deh, Asiyah maafkan aku ya" permohonan maaf yang Maryam ucap kepada Asiyah.
"Iya aku maafin" timpal dia.
"Yasudah peluk dong peluk" ejek Fatimah yang sendari tadi memperhatikan.
"Wew enak aja" sahut Maryam dan Asiyah, dan seketika kami pun tertawa karena ulah mereka.
Berjalan kami menyusuri rumah rumah yang ada dikampung Semannga, kebanyakan penduduk kampung ini adalah seorang tani. Jadi kami pun tak begitu kaget ketika banyak padi yang sedang dijemur, terlebih lagi ibu ibu yang sedang menumbuk padi.
"Punten(permisi) bu" ucap kami semua kepada mereka.
"Iya mangga(silakan)" jawab mereka yang kemudian berbisik... "Lihat dia, dia 'kan anak seorang pelacur dan seorang tukang pemabuk!!."
Tertunduk aku mendengarkan ocehan mereka. Tapi rupanya bukan aku saja yang mendengarkan, semua sahabatku jua ikut mendengarkan apa yang mereka katakan.