Tanpa Batas Waktu

Liliyanti
Chapter #3

Setelah 8 tahun

Sabrina tersenyum lebar, perasaan lega dan bangga bercampur menjadi satu. Di lihatnya juga wajah berseri-seri tim-nya, Ben, Xavier, Luna terutama Amy. Rancangan mereka untuk klien terayar, kantor start up yang sedang berkembang pesat saat ini telah di setujui, bahkan klien sangat menyukai rancangan desain untuk kantor baru mereka.

Kantor baru yang menempati 4 lantai dari gedung yang baru di bangun. Sabrina dan tim bekerja keras meng-akomodasikan seluruh keinginan klien dengan sentuhan gaya classic elegant sesuai permintaan sang klien, selanjutnya pihak kontraktor yang akan mengambil alih.

Delivery pizza tiba saat makan siang, komplit dengan pasta sampai salad. Amy selalu menghargai kerja keras mereka dengan traktiran enak. Sabrina merasa nyaman bekerja di sini, rekan-rekan kerjanya semua saling mendukung, mereka akan saling memberi masukan yang bagus dan kritikan yang membangun. Sabrina sangat bersyukur di kelilingi orang-orang dan lingkungan kerja yang positif.

"Sa, malam Minggu nanti aku dan Teddy mau mengajakmu dinner bareng teman Teddy." Kata Luna sambil mengedipkan matanya.

"Suit suit jasa biro jodoh Luna." Goda Ben sambil mengambil sepotong pizza lagi.

"Ini uda yang keberapa sih Lun? Stock teman jomblo Teddy banyak juga ya." Komentar Xavier sambil menghitung pakai jarinya.

Luna dan Sabrina tertawa. Luna dan pacarnya, Teddy sudah beberapa kali mengenalkan teman Teddy kepada Sabrina, berharap teman mereka saling berjodoh, akan tetapi sampai hari ini belum ada yang cocok di antara teman Teddy dan Sabrina.

"Pantang menyerah ya agen Luna dan Teddy, tapi sorry Lun, malam Minggu ini aku ada acara reuni Sma, hanya kelas XII ku dulu." Kata Sabrina sambil mengaduk pasta carbonaranya.

"Wah ntar ketemu cinta lama dongg, bisa-bisa clbk." Sambar Ben langsung.

"Jiahhh clbk dari mana Ben, adanya dulu bertepuk sebelah tangan. Aku ini bukan tipe primadona sekolah." Sabrina memasang ekspresi memelas.

"Uda glow up Sabrina yang sekarang, si Nick dari kemarin masih sering nanyain kamu sama Teddy Sa, tapi kamu-nya ogahhh." Luna berdecak heran.

"Chemistri-nya ga dapat Lun..hahaha.." Sabrina tertawa agak mengelak.

Sabrina memang belum berminat menjalin hubungan serius, bahkan sekedar untuk bersenang-senang pun. Dia masih nyaman dengan karir dan menikmati hidup jomblo-nya. Atau mungkin dia belum bertemu pria yang tepat seperti kata Fiona.

Waktu Sma dulu Sabrina pernah naksir sama anak kelas sebelah, gara-gara cowo itu pernah membantu mengganti ban mobil ayahnya. Ayahnya datang menjemput Sabrina pulang ekstrakurikuler dan ban kiri belakang mengalami kebocoran. Sabrina yang kasihan melihat ayahnya mendongkrak dengan keringatan langsung terpesona ketika melihat Shane-nama cowo itu, menghampiri mereka dan tanpa basa basi langsung turun tangan membantu ayahnya.

Keesokan harinya Sabrina langsung bercerita dengan semangat kepada Fiona, dan mereka lalu mulai mencari jalan agar berkesempatan berpapasan dengan Shane, hanya supaya Sabrina bisa bertukar senyum dengannya. Akan tetapi Sabrina tidak berani memulai percakapan dengan Shane, hanya sekedar sapaan sopan hallo ataupun selamat pagi.

Tidak butuh waktu lama bagi Sabrina untuk merasakan patah hati. Saat itu Senin pagi dan mereka baru kembali ke kelas setelah upacara pengibaran Bendera. Geng Beken langsung berkumpul di meja ketua-nya, Thalia sambil tertawa cekikikan.

Vincent sebagai ketua kelas menyuruh Laura, Julie dan Vivien kembali ke kursi masing-masing karna pelajaran akan segera di mulai.

"Bentar lagi Vin, ini lagi tanggung ceritanya." Tukas Vivien.

"Aku tidak mau satu kelas di hukum hanya gara-gara cerita tidak penting kalian! Lanjutkan saat istirahat nanti!" Tegas Vincent.

"Hey enak aza cerita ga penting katamu?? Aku ya baru semalam makan malam romantis dengan cowo ganteng kelas sebelah, beda level-lah dengan kamu Vin, di kelas ini ga ada cowo yang selevel dengan ehmmm pacarku." Thalia mengumumkan dengan bangga.

"Apalagi yang duduk di pojok belakang itu.huhhhh." Julie berkata dengan nada merendahkan sambil melirik Zack yang duduk diam di kursi belakangnya, tidak memperdulikan hinaan Julie.

Segera teman-temannya penasaran ingin tau siapa yang berhasil menaklukkan Thalia, si primadona ketua geng Beken yang cantik, keren, dengan segala gaya-nya yang luar biasa. Thalia berdiri dengan rasa bangga karna merasa mendapatkan perhatian, sambil mengibaskan rambut indah-nya yang tertata rapi dia pura-pura berdehem.

"Yahh kalian semua tau kaaaann kalo aku tuh banyak yang nge-fans, tapi aku yaa ga mungkin asal milih donggg, musti yang soooo special gitu. Nahhhh datanglah someone ini yang begitu perhatian, baiiikkkk bangettt, bersikap gentleman sampai sengaja aturin romantic dinner buatku." Thalia memuji dengan gaya angkuh-nya.

"Iya iyaa jadi siapa someoneeeeeee gentleman itu???" Tukas Vincent tidak sabar sambil melirik pintu kelas.

Thalia mendelik kesal ke arah Vincent yang berani memotong kata-katanya bahkan menirukan gaya bicaranya, apalagi di lihatnya beberapa teman sekelasnya tertawa mendengar kata-kata Vincent. Thalia heran entah kenapa ketua kelas ini tidak pernah terpengaruh oleh kecantikannya seperti yang lain.

"Si ganteng dari kelas IPA-5, cewe-cewe pasti tau dong siapa Shane." Julie buru-buru menjawab begitu melihat ekspresi wajah Thalia.

Sabrina tersentak mendengar nama pacar Thalia, Fiona juga tampak terkejut sementara Vincent dengan tegas menyuruh semua duduk kembali di kursi dan diam karna langkah kaki guru Fisika mereka sudah terdengar.

Walaupun tidak pernah berharap lebih tapi Sabrina merasa sedih dan patah hati juga setiap kali melihat Shane datang menjemput Thalia ke kelas saat istirahat. Sabrina tidak pernah lagi mengajak Fiona berjalan memutar ke arah kelas Shane. Fiona juga tidak lagi menggoda Sabrina tentang Shane.

Sabrina tersenyum kecil mengenang cinta bertepuk sebelah tangannya saat Sma. Untungnya tidak lama baginya untuk segera ceria lagi, karna memang jauh di hati terdalamnya dia tau Shane yang ganteng dan ramah banyak di sukai dan tidak mungkin tertarik padanya yang hanya berparas biasa aza.

"Apa kabarnya mereka berdua ya sekarang?? Tidak sabar rasanya menunggu Sabtu ini." Pikir Sabrina dalam hati.

Sabrina melempar jeans-nya ke atas tempat tidur dan mengambil rok katun. Mematutnya di depan cermin sebelum melemparkan-nya lagi, dia tidak ingin memberikan kesan membosankan pada penampilan pertamanya setelah sekian lama tidak berjumpa dengan teman-temannya.

Akhirnya dia menjatuhkan pilihan ke rok cream sepanjang mata kaki yang ber-lipit-lipit dengan blouse turtle neck, lalu mulai memblow curly ujung rambut panjangnya. Sapuan makeup tipis menyempurnakan penampilannya. Sabrina lalu meraih tas-nya, Fiona sudah hampir sampai untuk menjemputnya.

Ibunya sedang menonton tv di ruang tamu saat Sabrina keluar kamar-nya. Di lihatnya ada dua paket barang yang lumayan besar di meja pojok, Sabrina berjalan menghampiri ibunya.

"Mama uda makan malam? Wahh beli apa ma, sampai 2 paket besar." Tanya Sabrina sambil duduk di sofa.

"Mama belum lapar, nanti pesan online aza. Bukan barang mama itu, punya orang baru rumah depan, tadi kurirnya antar ga ada orang di rumah, jadi katanya di titipkan ke sini." Jawab ibunya.

"Ooo mama pernah ketemu dengan penghuni baru itu ma? Jangan keasyikan nonton sampai lupa makan ma." Kata Sabrina mengingatkan.

"Belum pernah Sa, pernah liat mobilnya aza tapi ga ketemu orangnya. Iya habis ini mama pesen, ini lagi seru. Itu mobil Fiona?" Tanya ibunya yang mendengar suara mobil dari luar.

"Yupp, Fiona whatsap bilang sorry ga bisa turun karna kita uda agak telat ma. Aku berangkat ya ma." Pamit Sabrina.

"Hati-hati ya, salam buat Fiona. Nikmati malam-mu dengan teman-teman lamamu Sa." Ibunya berpesan sambil tersenyum.

Sabrina melambai ke arah ibunya seraya membuka pintu depan, di lihatnya rumah depan gelap gulita menandakan penghuninya belum pulang. Sabrina belum pernah bertemu dengan pemilik baru rumah tersebut. Di bukanya pintu mobil Fiona dan memasukinya.

"Siap Sa?? Setelah sekian lama yaa. Aku juga uda lama ga ketemu mereka. Terakhir ketemu pas di acara kawinan Georgina, itu pun hanya sebentar soalnya hawa-hawanya ga nyaman." Ujar Fiona.

Georgina yang memang centil dari dulu menjalin hubungan dengan pria beristri yang mempunya anak dua, dan bahkan memutuskan menikah dengan pria tersebut setelah proses perceraian dengan istri pertamanya beres.

"Ku dengar dari Vincent 16 orang uda confirm akan hadir, yang ga datang Lusia yang baru melahirkan, Robert kerja di kapal pesiar sekarang, Derrick lagi tugas ke luar kota dan-----Apa?? Baik saya mundur ke sebelah sana." Kata-kata Fiona terpotong oleh tukang parkir yang mengarahkannya untuk parkir di sudut kiri cafe.

Sweet Anne di malam Minggu begitu ramai. Untungnya lapangan parkirnya lumayan luas. Cafe-nya berbentuk memanjang L dengan dinding bata merah berpadu dengan kaca jendela besar. Interiornya di dominasi warna putih dan coklat yang memberi kesan homey . Tiap akhir pekan selalu ada live music, dan tamu bisa request lagu. Dengan pilihan makanan yang komplet, dari menu Western sampai Asia tersedia, tidak heran Sweet Anne selalu penuh saat akhir pekan.

Sabrina dan Fiona langsung berjalan menuju pintu samping keluar outdoor sesuai arahan pramusaji-nya. Harum daging bbq yang sedang di panggang langsung tercium. Mereka berjalan menuju meja panjang pojok yang sudah di booking oleh Vincent.

Teman-temannya duduk mengelilingi meja dan melambai begitu melihat Sabrina dan Fiona berjalan menghampiri meja. Rasanya aneh melihat teman-temannya semua sudah dewasa sekarang, ada yang berubah begitu banyak sampai Sabrina tidak bisa mengenali lagi.

"Ya ampunnn Dion, kalo ketemu di jalan aku ga mungkin ngenalin itu kamu." Seru Sabrina ternganga melihat perubahan Dion yang bertubuh gemuk jumbo menjadi sekekar model majalah sekarang.

"Hampir 30kg Sa, bertahun-tahun perjuanganku terbayarkan. Kamu juga jadi modis ya sekarang." Kata Dion dengan nada bangga.

"Kamu desainer interior kan Sa? Aku ada rencana renovasi dapur, ntar aku kontek kamu untuk jelasnya ya, nomormu berapa?" Tanya Sella kepada Sabrina yang langsung memberikan nomornya.

"Kamu freelance ato buka kantor di mana Sa?" Terdengar suara angkuh bertanya.

"Aku gabung di Karya Muda Interior Vi." Jawab Sabrina sambil menoleh ke arah Vivien.

Vivien si anggota geng Beken, ber-rambut pendek coklat membingkai wajah oval kecilnya. Bulu mata extensionnya berkedip mendengar jawaban Sabrina, dia tau Karya Muda Interior yang lagi naik daun sekarang. Teman-nya baru selesai membangun rumah juga memakai jasa mereka.

"Mau bangun rumah Vi? Kalo butuh jasa Sabrina sih musti bikin janji dari sekarang, klien-nya antri soalnya." Tukas Fiona sambil tersenyum manis ke arah Sabrina.

Lihat selengkapnya