Tanpa Batas Waktu

Liliyanti
Chapter #6

Bintang yang jatuh

Vivien melemparkan sepatu ke arah Zack dan mengenai keningnya sebelum Zack sempat berpaling. Vivien tertawa terkekeh melihat hasil lemparannya tepat sasaran.

"Jangan menghalangi jalanku kalau tidak mau mendapat hukuman!!!! Sepatu jelek baumu memang cocok untukmu! Entah bagaimana kamu mampu sekolah di sini sementara membeli sepatu aza tidak mampu!huh!!" Vivien melengos sambil berjalan ke arah kelasnya.

Beberapa siswa melihat kejadian di lorong sekolah, akan tetapi mereka hanya diam dan memandang Zack dengan rasa kasihan. Zack tidak memperdulikan tatapan mereka, dia mengambil sepatunya dan mengeluarkan tissue untuk mengelap sepatunya yang basah terkena hujan lalu memakainya lagi.

Vivien terbangun dengan kaget, suara alarm dari telpon selularnya terus berbunyi, diulurkannya tangannya untuk mematikan alarmnya. Vivien berbaring kembali dengan pikiran kacau, dia memimpikan kejadian waktu sekolah dulu.

Vivien ingat pagi itu hujan turun deras, dan dia terlambat bangun, moodnya sudah jelek karna dia tidak mempunyai waktu untuk mengeblow rambutnya lagi. Dia turun dari mobil dan setengah berlari ke arah kelasnya ketika melihat Zack yang sedang berjongkok di lorong sibuk mengelap sepatunya yang basah terkena hujan.

Vivien butuh pelampiasan atas pagi buruknya, dan siapa lagi kalau bukan Zack yang menjadi sasaran, cowo dengan tubuh kurus pendek dan tampilan jelek itu. Sebelum Zack sadar, Vivien langsung membungkuk menyambar sepatu Zack, merasa jijik melihat air yang menetes dari sepatu yang kotor, langsung di lemparnya ke arah Zack.

Vivien menutup matanya dengan lengannya, seumur-umur baru pertama kalinya dia memimpikan Zack. Sudah seminggu berlalu sejak acara reuni dengan teman-teman Sma-nya, dan mungkin di bawah alam sadarnya dia mengingat Zack dan bahkan memimpikannya.

Dia teringat kata Sabrina saat reuni itu soal penyesalan dan mencoba mengorek perasaannya apakah ada rasa bersalah kepada Zack. Mereka saat itu memang agak keras terhadap Zack, akan tetapi kenapa dia tidak melawan? Kenapa kehadirannya begitu mengesalkan?? Bukankah laki-laki harus kuat, jadi seharusnya dia membalas mereka saat itu.

Vivien bangkit dari tempat tidurnya dengan tubuh lunglai, sejak dirinya mengetahui kondisi Perusahaan, dia selalu dihantui kecemasan dan kekhawatiran, untuk sekedar tidur pun dia membutuhkan bantuan obat tidur.

Vivien mengisi bathtub dengan air hangat dan minyak aromaterapi. Dia mempunyai janji yang sangat penting dan Vivien merasa gugup, direndamnya seluruh tubuhnya dan merasakan sensasi kelembutan dan ketenangan menjalari dirinya.

Berbaring dengan mata setengah tertutup, Vivien memikirkan kembali percakapan dirinya dengan kakaknya, Viktor. Percakapan yang membuka matanya akan kenyataan kondisi Perusahaan, yang membuatnya sangat kecewa terhadap Viktor maupun ayahnya.

Waktu itu Vivien begitu terpukul sehingga hendak membatalkan untuk hadir saat reuni Sma-nya, perasaannya begitu kacau balau. Dia beralasan sedang tidak enak badan, akan tetapi sahabat-sahabatnya memaksa dia tetap hadir walaupun hanya sesaat.

Mereka ingin menunjukkan kekompakan kepada teman-temannya, dan Thalia ingin memamerkan Hugo kepada yang lain, jadi dia ingin mendapat dukungan dari geng Beken. Vivien memaksakan diri hadir dengan dandanan yang modis dan gaya angkuh seperti biasa walaupun pikirannya begitu kalut.

Vivien menyesal hadir di reuni itu, berita mengagetkan tentang Zack dan komentar teman-temannya membuatnya semakin terpuruk, seolah-olah keadaannya saat ini adalah balasan dari perbuatannya dulu kepada Zack.

Vivien belum siap bercerita kepada sahabat-sahabatnya tentang masalahnya, dia sedang berusaha mencari jalan untuk memulihkan kembali Perusahaan.

"Apa yang terjadi Viktor?? Bagaimana kita bisa mengalami kesulitan keuangan seperti begini?? Kamu harus ceritakan kepadaku!!" Kata Vivien kasar kepada Viktor saat dia tiba di rumahnya hari itu.

"Tentu aza keuangan kita baik-baik aza Vi, tidak ada hubungan keuangan Perusahaan dengan keuangan pribadi kita, kamu jangan panik dong, kita tidak jatuh miskin." Viktor berkata setengah tertawa.

"Apakah kamu ini bodoh Viktor??? Kalau Perusahaan goyah kita juga pasti terdampak!!" Tukas Vivien murka.

"Hey jaga mulutmu!! Jangan salahkan aku, bukan aku yang gemar bermain saham dan berjudi dalam keadaan mabuk! Aku harus menyelamatkan diriku sendiri sebelum semuanya terlambat, kurasa kamu harus berbuat yang sama Vivi." Ujar Viktor sambil menunjuk Vivien.

Viktor mengetahui bahwa ayah mereka diam-diam bermain saham dan mengalami kerugian yang besar, kegemarannya berjudi yang tanpa limit semakin menguras pundi-pundi keuangan.

"Tapi orang tua itu tidak ada kapoknya, aku memintanya memakai jasa konsultan untuk menangani sahamnya, akan tetapi dia menepisnya dan lebih mempercayai insting serta perhitungannya yang selalu meleset." Viktor mendesah kesal.

"Papa tidak sadar dirinya sudah tidak seperti dulu, kebiasaan minumnya telah mengaburkan kejernihan otaknya. Akan tetapi egonya yang luar biasa besar membuatnya tidak bisa menerima masukan orang lain." Vivien berkata pahit.

Ketika mulai menggunakan dana Perusahaan untuk keperluan pribadi, ayahnya pun mulai membuat nota-nota palsu untuk menutupinya. Begitu merasa aman, semakin banyak yang terpakai dan semakin dalam juga defisit keuangan Perusahaan. Sampai akhirnya Perusahaan juga dijaminkan ke Bank dan pengetatan anggaran pun diterapkan.

Viktor yang membantu ayahnya dengan melibatkan kepala admin, Sarah dan bagian finance, Athena. Viktor menggunakan Sarah yang jatuh cinta kepadanya sehingga bersedia memanipulasi data, sementara Athena sudah bekerja puluhan tahun di Perusahaan serta mempunyai rasa kesetiaan yang tinggi kepada ayahnya.

Paman mereka yang sudah lama tidak pernah mengurus perusahaan membuat segalanya berjalan mulus bagi ayahnya. Putranya, Eduardo juga tidak menangani langsung sehingga memudahkan semuanya.

"Cepat lambat Perusahaan akan jatuh dan saat itu terjadi apa yang akan kalian lakukan? Paman dan Eduardo pasti akan mengajukan tuntutan." Ujar Vivien tidak habis pikir.

"Tenang aza Vivi, aku dan papa uda ada rencana. Tapi terus terang aku khawatir soal papa. Rencana sehebat apapun kalau papa terus menjerumuskan dirinya ke dalam putaran saham dan perjudian ga jelas, Perusahaan akan habis." Kata Viktor serius.

"Dan aku kemarin sempat bertemu dengan Dahlia--desainer kita dulu, dia bercerita kalau bos-nya sekarang berusaha mendapatkan tender dari Partai Kemenangan. Itu proyek kakap Vivi, kalau kita berhasil mendapatkannya, kita akan meraih kembali kepercayaan dari customer." Ujar Viktor dengan yakin.

"Partai Kemenangan bisa dibilang partai yang paling besar sekarang. Benar sekali Viktor, aku akan membicarakan dengan team marketing, kita harus mendapatkan proyek ini!!" Vivian berkata antusias.

"Papa akan pulang lusa, kalau aku jadi kamu Vi, aku tidak akan mengkonfrontasi-nya. Dia tidak dalam mood bagus untuk menerima segala masukan apalagi tuduhan, begitu proyek ini didapatkan aku memastikan anggaran produksi akan kembali seperti semula." Viktor meyakinkan Vivian.

Sepulang dari rumah Viktor, Vivien terus memikirkan tentang tender Partai Kemenangan ini, dan dia menyadari pentingnya keberhasilan mendapatkan proyek ini untuk memulihkan kembali citra Perusahaan mereka. Vivien memutuskan dia yang akan turun tangan langsung.

Vivien memutuskan menelpon Julie, sahabatnya di geng Beken yang dia tau bahwa ayahnya mengenal dekat Ketua Daerah Partai Kemenangan. Dia memutuskan harus melobi langsung pimpinannya. Vivien menghela nafasnya sebelum menelpon Julie, dia harus berterus terang akan kondisi Perusahaan mereka.

Julie sangat terkejut mendengar cerita Vivien, dan sebagai sahabat dekat, dia dengan senang hati akan meminta ayahnya mengenalkan Vivien dengan Ketua Daerah Partai Kemenangan, Ervin.

"Aku sangat berterimakasih atas bantuanmu Jul, ini sangat berarti bagiku." Kata Vivien dengan tulus.

"Inilah gunanya sahabat Vivi, aku berharap kamu berhasil. Aku tidak akan bercerita kepada Thalia dan Laura, kelak kalau semua uda oke biar kamu yang ngomong sendiri." Janji Julie.

Setelah itu Vivien dengan intens terus berkomunikasi dengan Ervin. Sampai pada hari ini mereka akan bertemu langsung, dan Vivien sudah menyiapkan segala sesuatu yang akan dibawanya untuk meyakinkan Ervin untuk memenangkan Perusahaan mereka.

Vivien tidak memperdulikan lagi bahwa dia memakai cara kotor untuk memenangkan tender, tujuan utamanya saat ini hanya mendapatkan proyek ini. Vivien mendapat dukungan penuh dari Viktor yang menyerahkan amplop tertutup kepada Vivien yang akan meneruskannya kepada Ervin.

Lihat selengkapnya