Tanpa Batas Waktu

Liliyanti
Chapter #8

Sang Pemenang dan Pecundang

Julie menyeruput coffee latte-nya, dibacanya sekali lagi surat somasi yang dilayangkan oleh Advokat dari Kantor Hukum Dennis & Rekan yang mewakili kliennya, Felicia. Diletakkannya surat somasi itu diatas meja dan memandang Pengacaranya, Jimmy S.H.

"Jadi bagaimana ini Pak Jimmy? Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Julie.

"Selama Anda tidak melakukan kontrak kerja sama tertulis dengan pihak Felicia dan Felicia tidak mempunyai bukti Anda mencuri idenya, mereka tidak akan mempunyai kekuatan hukum untuk menuntut Anda." Tegas Jimmy.

"Tidak, tidak ada hitam di atas putih, semua hanya di pembicaraan tidak resmi." Ujar Julie yakin.

"Transferan uang dari pihak Felicia yang menjadi bukti mereka juga tidak tercatat sebagai modal usaha. Anda juga langsung melakukan transferan pengembalian dana, semua itu tercatat di pembukuan Bank, jadi somasi mereka bisa dibilang mengada-ada." Jimmy tersenyum puas.

Klinik kecantikan "Forever Young" didirikan oleh Julie sepulang dia dari kuliah di Luar Negri. Menyediakan treatment ultherapy, neuromodulator, suntik botox, facial hingga laser untuk strech mark, dan bekerjasama dengan 2 Dokter kecantikan dengan terapis profesional yang ditraining dengan baik.

Hanya dalam waktu beberapa tahun Klinik "Forever Young" tumbuh pesat. Keinginan untuk selalu tampil sempurna menjadikan klinik kecantikan sebagai rumah kedua para Sosialita.

Julie memperbesar kliniknya dengan menambah unit usaha salon dan nail art. Dokter kecantikan di kliniknya bertambah menjadi 5 orang, dan suatu hari dia diajak bertemu oleh teman kuliahnya dulu, Felicia.

Melihat kesuksesan Klinik Julie, Felicia menawarkan kerjasama. Felicia sendiri memproduksi krim wajah dari krim mencerahkan dan memutihkan, krim untuk kulit berjerawat hingga anti aging.

Produk Felicia sendiri sudah berjalan dan dia hendak mengembangkannya dengan menggandeng Klinik " Forever Young" yang sudah mempunyai banyak klien. Selain kerjasama krim kecantikan, Felicia juga mau menanam saham di klinik Julie dan dia menawarkan ide treatment tranplantasi rambut.

"Di era sekarang ini baik pria maupun wanita banyak mengalami kerontokan sampai kebotakan yang disebabkan banyak faktor, salah satunya gaya hidup tidak sehat." Papar Felicia.

"Aku mempelajari transplantasi rambut ini dengan teknik Direct Hair Implant, aku juga mempunyai tim khusus sendiri dan akan mengurus sertifikasinya." Felicia meyakinkan Julie.

Julie meminta waktu untuk mempertimbangkan tawaran Felicia, dia pribadi yakin treatment transplantasi rambut pasti akan mempunyai banyak peminat. Krim wajah Felicia juga bisa menjadi daya tarik untuk menarik customer.

Dengan penanaman modal dari Felicia dan cabang treatment baru, Klinik "Forever Young" pasti akan bisa semakin besar dan menjadi penguasa bidang kecantikan. Dari segi bisnis tawaran dari Felicia memang sangat menguntungkan.

Hanya aza Julie tidak bisa mempercayai Felicia, dan Julie mempercayai instingnya. Felicia sejatinya bisa membuka klinik sendiri, krim-nya sudah berjalan beberapa tahun dan dokter ahli yang dapat menangani treatment transplantasi rambut bisa dibilang masih sangat jarang.

"Klinikmu berkembang sangat pesat walaupun mempunyai banyak saingan, Felicia istilahnya hendak menebeng nama besar klinikmu, setelah sudah memantapkan kakinya, aku yakin dia akan membuka kliniknya sendiri." Begitu pendapat Thalia.

"Aku setuju dengan pendapatmu Tha, lagipula aku tidak begitu akrab dengannya sejak kuliah, kami sama-sama berambisius dan semua orang tau bahwa dua Matahari tidak bisa terbit bersamaan. Rasanya mustahil kami bisa cocok menjadi mitra." Sahut Julie.

Thalia ditemani Hugo datang melakukan perawatan facial rutin di Klinik "Forever Young" dan Julie tidak membuang kesempatan untuk menanyakan pendapat mereka.

"Klinik dan namamu sendiri sudah sangat menjual Julie, kamu bisa membuat racikan krim kecantikanmu sendiri. Soal transplantasi rambut, aku punya teman seorang Dokter yang sudah berpengalaman di bidang ini, kalau kamu berkenan aku bisa memberikan nomor kontaknya." Hugo menimpali.

Julie lalu menolak tawaran kerjasama dari Felicia dan merencanakan membuat krim kecantikannya sendiri. Bersama para Dokter di kliniknya mereka mencari formula yang terbaik untuk produksi krim tersebut. Julie juga sudah menghubungi teman Hugo untuk melakukan pertemuan.

Felicia terus membujuk Julie, akan tetapi Julie tetap pada pendiriannya. Felicia lalu nekad mengirimkan uang ke rekening atas nama Julie yang menjadi rekening khusus klien klinik. Staff keuangan langsung melaporkan transferan yang masuk dalam jumlah besar itu kepada Julie.

Melihat nama pengirimnya atas nama Felicia, Julie langsung mengirimkan kembali uang tersebut dan menelpon Felicia dengan marah.

"Aku sudah mengatakan dengan jelas kalau aku menolak tawaranmu Feli, aku harap ke depannya tidak ada lagi kiriman uang tanpa konfirmasi kepadaku." Kata Julie tegas.

"Aku menawarkan kepadamu suatu kesepakatan yang sangat bagus Julie, ini kesempatan yang harus kamu ambil. Percayalah kamu akan menyesal begitu tawaran ini diambil oleh sainganmu." Jawab Felicia.

"Silahkan." Jawab Julie singkat

"Kamu selalu sombong dan merasa paling pintar ya dari dulu." Felicia berkata sinis.

"Karna aku yakin akan kemampuanku sendiri dan terbukti bukan? Buktinya kamu ngotot hendak join denganku." Julie berkata sambil setengah tertawa.

"Baiklah, aku terlalu bodoh mengira kita bisa bekerjasama. Oke, setelah ini aku tidak akan mengganggumu lagi Julie." Tutup Felicia.

Julie segera melupakan Felicia dan fokus terhadap pertemuan dengan kenalan Hugo, Dokter William. Julie langsung tertarik dengan profile William yang sudah berkecimpung di bidang transplantasi rambut selama 3 tahun di luar negri. Dia memutuskan pulang karna berencana membuka klinik sendiri dan kebetulan mendapatkan penawaran dari rekannya.

"Namanya Felicia, kami kenal saat sama-sama belajar tentang tranplantasi ini. Dia tau saya sudah pulang dan menawarkan kerjasama, karna peluang di sini masih sangat bagus mengingat spesialis bidang ini masih sangat jarang." Kata William.

"Ohhh Felicia saya kenal juga dengannya, kami kuliah bareng dulu. Err apakah Anda sudah membuat perjanjian kontrak kerjasama dengannya? Karna kebetulan saya juga hendak menawarkan kerjasama dengan Anda." Julie yang terkejut buru-buru bertanya.

Lihat selengkapnya