Tanpa Batas Waktu

Liliyanti
Chapter #9

Laura

Dia melihat ke sekeliling kamar, menyentuh bantal dan tempat tidur yang agak kusut bekas ditiduri dan belum sempat dibereskan.

Dia tersenyum membayangkan sosok yang dirindukannya itu pasti terlambat bangun dan tergesa-gesa berangkat ke kantor.

Dia melihat ke atas lemari di mana sebuah kotak hitam tersimpan rapi. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya kecewa bahwa hadiahnya hanya di taruh di atas lemari walaupun dia sudah bisa menduganya.

Sepuluh menit di dalam kamar itu, dia pun keluar dengan suara pelan. Dia tidak mau mengambil resiko bahwa ada orang di dalam rumah. Setelah memastikan keadaan aman, dia pun membuka pintu depan, keluar dan menguncinya kembali.

.

**************

Laura dan Thalia duduk dalam diam dengan wajah pucat di luar ruangan ICU. Mereka menunggu orangtua Julie yang sedang berada di dalam ruangan ICU. Tidak lama kemudian mereka keluar dengan wajah letih dan tertekan.

Laura dan Thalia segera bangkit dan menghampiri orangtua Julie. Mata Ibu Julie tampak membengkak, wajah yang biasa dihiasi oleh senyum cerah kali ini begitu muram. Kerutan di dahi ayah Julie begitu dalam, seolah-olah dalam beberapa hari ini ayah Julie menua sepuluh tahun.

Julie adalah anak satu-satunya dan mereka sangat mencintai Julie yang juga sangat mencintai kedua orangtuanya. Musibah kecelakaan yang menimpa Julie sampai kritis telah menghancurkan hati kedua orangtuanya.

"Maaf Om-Tante bagaimana dengan keadaan Julie?" Tanya Laura dengan suara pelan.

"Masih belum sadar, bahkan Dokter juga tidak bisa memprediksi kapan Julie bisa sadar kembali, ohh Julie-ku." Ratap Ibu Julie.

"Saat ini kondisi Julie tidak memungkinkan untuk dibawa, begitu Dokter memberi lampu hijau, aku akan langsung menerbangkannya ke Singapura." Kata Ayah Julie dengan suara bergetar.

"Julie pasti akan berjuang, aku yakin itu. Julie sangat mencintai Om dan Tante, dia juga mempunyai masa depan yang cerah. Kehidupan indah sedang menunggu Julie, aku yakin dia tidak akan menyerah." Ujar Thalia sambil memegang tangan Ibu Julie yang terasa dingin.

"Benar, Julie yang kami kenal adalah gadis yang kuat dan tangguh, dia pasti akan terus berjuang." Timpal Laura.

"Terimakasih atas dukungan kalian berdua, sungguh ini sangat berarti bagi kami." Ujar Ibu Julie dengan mata berkaca-kaca.

Kerasnya tabrakan menyebabkan mobil Julie sampai terbalik. Julie dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri, kakinya patah dan tulang tengkoraknya retak sehingga menciderai otaknya.

Dokter langsung melakukan tindakan operasi, Julie mengalami masa kritis hingga belum sadarkan diri sampai sekarang. Truk dan sopir langsung ditahan di kepolisian dan sopir mengaku lalai karna kelelahan dan mengantuk.

Sopir truk tersebut baru pulang mengantar material ke luar kota dan belum sempat istirahat. Dalam perjalanan pulang itulah dia menabrak mobil yang dikendarai oleh Julie.

Klinik kecantikan "Forever Young" untuk sementara ini dipercayakan kepada Dokter Cindy yang selama ini dipercaya oleh Julie. Dokter Cindy bekerjasama dengan Julie sejak pertama klinik didirikan sehingga sudah sangat mengenal seluk beluk Klinik "Forever Young".

Dalam perjalanan pulang dari Rumah sakit, Laura dipenuhi pikiran buruk dalam kepalanya, dua orang sahabatnya mengalami musibah dalam waktu berdekatan. Selain merasa sedih dan kehilangan, dia juga merasa takut dan khawatir.

Laura menyetir dengan sangat berhati-hati, dan merasa sangat lega begitu tiba di restoran miliknya. Dia segera turun dan begitu melihat deretan mobil tamu di halaman parkir semangatnya langsung hidup kembali.

Laura yang hobby memasak memutuskan kuliah di bidang management cullinary, cita-citanya sejak kecil adalah membuka restoran. Laura suka mencoba berbagai makanan dari dalam maupun luar negri, lalu dia akan mencoba meracik sendiri bumbu-bumbu sehingga menyerupai rasa makanan itu.

Laura juga suka bereksperimen dengan makanan dan membuat resep racikannya sendiri. Hobby Laura diturunkan dari neneknya yang membesarkannya. Ibu Laura meninggal karna sakit saat Laura masih berusia 2 tahun, lalu neneknya dari pihak ibunya datang dan membawa Laura untuk tinggal bersamanya di kota kelahiran Ibunya dulu.

Ayah Laura baru memulai usaha pelayaran saat itu sehingga sangat sibuk. Sebulan sekali dia baru datang menengok Laura, ketika usahanya semakin maju ayahnya semakin jarang datang.

Akan tetapi ayah Laura rutin mengirimkan uang biaya hidup Laura, sehingga dia bisa hidup dengan nyaman dan berkecukupan sejak kecil. Laura tidak mengingat kenangan dengan ibunya dan hanya mengenal ibunya dari foto maupun video.

Laura menyayangi neneknya akan tetapi dia selalu merindukan ayahnya. Laura merasa iri melihat anak-anak yang mempunyai keluarga lengkap. Saat Laura berusia 8 tahun, neneknya jatuh sakit agak berat sehingga ayahnya pun memutuskan menjemput Laura dan neneknya untuk tinggal bersama dengannya.

Laura sangat senang pindah kembali ke kota ayahnya, akhirnya dia bisa tinggal bersama ayah dan neneknya. Di sekolah baru itulah itdia bertemu dan mulai bersahabat dengan Thalia, Vivien dan Julie.

Saat Laura masuk Smp neneknya meninggal dunia. Laura sangat berduka karna baginya neneknya adalah pengganti Ibunya, bahkan bisa dibilang adalah pengganti ayahnya juga karna Laura tumbuh tanpa kedua orangtuanya.

Tinggal bersama juga tidak membawa perubahan terhadap hubungan Laura dengan ayahnya. Laura tetap jarang bertemu dengan ayahnya yang tiap hari lebih banyak menghabiskan waktu di luar.

Laura diberikan uang bulanan yang banyak sehingga dia bisa membeli apa saja yang dia inginkan, hanya kasih sayang yang tidak didapatkannya dan soal ini hanya Vivien yang bisa mengerti perasaannya.

Ayahnya menikah kembali saat Laura masuk Sma. Laura bahkan tidak pernah diperkenalkan kepada calon ibu tirinya sebelumnya. Laura dan ibu tirinya hanya berbicara seperlunya dan mereka tidak pernah berusaha untuk saling mengenal lebih dekat.

Kelahiran adik laki-laki Laura membuat Laura semakin tidak betah tinggal di rumah, dia merasa seolah tersisihkan di rumah sendiri. Setelah tamat Sma tanpa pikir panjang dia pun mengikuti ke 3 sahabatnya kuliah ke luar negri dan mengambil bidang yang disukainya, management cullinary.

"Bu, ini daftar reservasi untuk Sabtu ini, dan daftar makanan yang diorder." Kata Donna, manajer restorannya.

Laura selalu memeriksa dan mengecek langsung semua orderan restorannya, dan memastikan tidak ada kesalahan dalam setiap proses sampai penyajian makanan. Laura yang perfeksionis menuntut skill yang mumpuni, mampu bekerja keras dibawah tekanan dan kreativitas para karyawannya, dari waiter-waitressnya, kitchen helper, announcer, chef semua bagian terutama head chef-nya.

"Untuk acara ulang tahun all you can eat yang 25 orang ini, pastikan stock daging harus dilebihkan. Anak remaja 17taun makan daging seperti orang puasa daging setahun lamanya. Pastikan yang fresh!" Pesan Laura sambil melihat reservasi berikutnya.

"Reservasi atas nama Ibu Lydia ini aturkan di kamar Anggrek, beri catatan salad yang diordernya less mayo dan no watermelon." Kata Laura masam.

"Baik Bu, saya mengerti." Jawab Donna kalem.

Lihat selengkapnya