Vincent duduk terpekur, jas hitamnya tersampar di kursi kerjanya. Pikirannya terasa kusut, instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres tapi dia tidak mengetahui apa itu.
Vincent baru pulang dari rumah sakit menengok Antoni yang dirawat karna luka bakar 50% di tubuhnya. Ruko tempatnya tinggal sekaligus berfungsi sebagai toko telah terbakar, Antoni berhasil selamat akan tetapi mengalami luka bakar yang cukup parah.
Vincent ke rumah sakit bersama Sonny dan Josh. Ibu Antoni dan adik perempuannya yang tinggal di kota lain sudah datang untuk mengurus Antoni. Antoni sedang tertidur karna pengaruh obat untuk meredakan sakit ketika mereka ke sana.
Mereka hanya bisa melihat Antoni dari kaca luar ruangan, untuk menghindari infeksi tidak seorangpun diizinkan masuk ke dalam. Tubuh Antoni dalam balutan perban tampak menyedihkan.
"Kata Dokter luka bakar Antoni termasuk derajat keempat. Anak itu sangat kuat, dia sempat sadar dan melihat kami tetapi tidak mampu berbicara, aku tidak tega melihatnya kesakitan." Kata ibu Antoni sambil mengusap air matanya.
"Kedokteran sekarang sudah maju, walaupun butuh waktu tetapi Antoni pasti bisa pulih kembali Tante, yang sabar dan kuat ya." Vincent mencoba menguatkan Ibu Antoni.
Adik Antoni, Andrea memutuskan mengambil cuti kuliah selama setahun untuk mendukung kesembuhan Antoni. Dia yang akan mengurus asuransi toko dan barang-barang di dalamnya, membantu ibunya bergantian mengurus Antoni, dan berdiskuisi dengan pihak kedokteran untuk kesembuhan dan pemulihan Antoni.
"Menurut Kepolisian penyebab kebakaran adalah korsleting listrik, fokus utama kami sekarang adalah kesembuhan Antoni dan membangun kembali usaha yang habis terbakar." Andrea berkata dengan tegar.
"Aku akan membantu semua proses pencairan asuransi Antoni baik rumah sakit, toko beserta isinya. Kalau ada yang tidak dimengerti, kamu boleh langsung menghubungiku." Kata Sonny yang menjadi agen asuransi dan Antoni adalah nasabahnya.
"Aku mempercayakan semuanya kepadamu Sonny, terimakasih ya." Jawab Andrea.
"Kami pamit dulu ya Tante, beristirahatlah dan jangan berpikir yang buruk, Antoni pasti kuat dan pulih kembali." Pamit Vincent yang melihat kelelahan di wajah Ibu Antoni.
"Terimakasih--terimakasih banyak atas perhatian dan dukungan kalian semua." Ucap Ibu Antoni dengan tulus.
Saat berjalan bersama ke arah parkiran, Josh berkata dengan nada serius kepada Vincent dan Sonny bahwa dia merasa ada sesuatu yang sedang mengintai mereka semua dan dia merasa takut.
"Terlalu naif untuk dianggap sebagai suatu kebetulan semua kejadian ini. Satu persatu mendapat musibah, bahkan nyawa Vivien dan Julie sudah melayang." Tekan Josh.
"Apa maksudmu Josh?? Semua kejadian ini tidak saling berhubungan, tapi hanya terjadi dalam waktu yang berdekatan." Sonny menjawab dengan nada ragu.
"Aku mengerti perkataanmu Josh, semua kejadian buruk ini memang mempengaruhi mental kita semua, tetapi apa benang merah yang mengaitkan semua kejadian yang menimpa teman-teman kita??" Vincent bertanya itdengan frustasi.
"Aku tidak tahu Vin, yahh pokoknya berhati-hatilah, Aku duluan ya." Kata Josh sambil masuk ke dalam mobilnya.
Vincent mendesah keras karna frustasi, dalam hatinya yang terdalam dia sependapat dengan Josh tetapi selama mereka belum menemukan sumber dan hubungan semua kejadian itu, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Suara ketukan pintu membuyarkan pikirannya, manajer tokonya masuk untuk menyampaikan laporan penjualan untuk hari ini. Vincent membuka toko perhiasan emas, dan begitu fokus dengan laporan manajernya, Vincent untuk sejenak melupakan berbagai teori liar di kepalanya.
Sabrina dan Fiona sama-sama terdiam, antara terkejut, bingung, khawatir dan takut menjadi satu. Fiona menceritakan kepada Sabrina tentang Antoni yang mengalami luka bakar, sementara Sabrina menceritakan tentang kue black forest yang sebelumnya disangkanya dibeli oleh ibunya ternyata bukan.
Ketika mendengar suara pagar dibuka, Ibu Sabrina lalu membuka pintu depan dan menemukan sekotak kue yang ditaruh di depan pintu dengan nama penerima Sabrina. Menyangka kurir yang mengatarkan kue sudah pergi, Ibu Sabrina lalu membawanya masuk, membuang kotak luarnya dan menaruh kotak kue itu di atas meja.
"Aku yang waktu itu baru pulang dari pemakaman Julie langsung memakannya tanpa curiga apa-apa, untungnya tidak ada racun atau apa didalamnya ya, mana enak lagi kuenya." Sabrina meringis.
"Setelah tas mahal sekarang kue, apa kamu yakin tidak ada yang lagi berusaha mengambil hatimu Sa?" Tanya Fiona.
"Serius ga ada Fio, rekan kerjaku sampai membuat daftar klienku dalam beberapa bulan terakhir ini, untuk mencari kandidat yang kemungkinan mengirimkan tas dan kue, tetapi nihil." Sabrina berkata dengan bingung.
"Aku koq jadi takut ya Sa, seseorang di luar sana seolah sedang mengintaimu tanpa kamu tau siapa itu, entah dengan niat baik apa buruk. Sejauh ini sih baik ya tapi dengan rentetan tragedi teman-teman kita sebaiknya kamu harus waspada Sa." Kata Fiona dengan serius.
"Aku juga merasa takut Fio, ini aneh sekali. Apa hanya kebetulan ya kiriman ini berbarengan dengan musibah yang menimpa teman-teman kita?" Tanya Sabrina yang tidak mampu dijawab oleh Fiona.
"Vincent bilang Josh juga mulai merasa ketakutan, tapi tidak tau harus takut terhadap apa." Lanjut Fiona lagi.
"Hmmm ngomong-ngomong soal Vincent, apa ada sesuatu yang hendak kamu ceritakan padaku Fio??" Tanya Sabrina langsung sambil mengangkat alis.
Wajah Fiona bersemu merah dan jadi salah tingkah, Sabrina langsung tertawa melihatnya dan mulai menggoda sahabatnya itu. Fiona mengaku mulai dekat dengan Vincent sejak membantu Vincent mencari rumah.
Proses pembelian rumah Vincent sudah beres, hubungan mereka tetap berlanjut. Fiona menemukan banyak kecocokan dalam selera tontonan maupun makanan dengan Vincent, visi dan misinya juga bisa nyambung dengan Vincent.
"Tapi karna belum resmi makanya aku belum cerita ke kamu Sa, tapi malah ketebak deh." Fiona tersenyum malu-malu.
"Kentara banget Fio, tiba-tiba aza Vincent pake acara jemput segala, sekarang apa-apa dapat kabar langsung dari Vincent. Wahhh bisa-bisa setelah acara Alicia-Derrick, giliran Fiona-Vincent deh." Goda Sabrina sambil tertawa.
"Hushhh, uda dibilangin belum resmi koq, makan ini makan jangan ngomong aza." Fiona buru-buru mendorong piring salad ke arah Sabrina.
Setelahnya suasana menjadi ceria, Sabrina turut berbahagia untuk Fiona, karna Sabrina tau betapa sakitnya hati Fiona saat diselingkuhi mantan pacarnya dulu, padahal mereka sudah berpacaran selama 3 tahun lamanya.
Vincent adalah pria yang baik, tegas dan bertanggungjawab, Sabrina merasa yakin hubungan Vincent dan Fiona akan langgeng. Mereka melanjutkan makan siang sambil mengobrol soal lain dan tidak lagi membahas tragedi teman-teman mereka.