Tanpa Batas Waktu

Liliyanti
Chapter #19

Keanehan dan kepalsuan

Jean diam seribu bahasa, dia tau saat seperti ini yang terbaik adalah tidak berbicara apa-apa. Bos-nya sedang marah besar, barang-barang dihancurkan olehnya. Kemarahannya tidak bisa dikontrol sama sekali.

Jean memandang Adam yang berdiri gemetaran, dia pernah melihat sendiri bagaimana Adam digebukin habis-habisan karna melakukan kesalahan. Adam ketahuan saat membuntuti perempuan bernama Fiona itu.

Perintah Bos-nya adalah membuntuti untuk tau rutinitas Fiona bukan untuk menerornya. Adam ketahuan dan si perempuan pun ketakutan. Akibatnya Adam pun babak belur, tetapi setelahnya dengan wajah masih membengkak dia terseyum lebar memegang uang segepok.

Bos-nya selalu memberi kompensasi setelah kemarahannya, dia tidak ragu memberikan uang dengan jumlah besar karna itu Adam dan Jean masih mampu bertahan bekerja kepadanya.

Selain itu mereka tau kalau mereka berhenti dari pekerjaannya, nyawa mereka sebagai taruhannya. Bos akan merasa terkhianati dan hukuman mati sudah pasti menunggu mereka, sudah banyak mereka melihat contoh pembalasan dendam Bos.

Jean dan Adam sama-sama diselamatkan Bos dari dunia obat terlarang. Jean dulunya adalah siswi pintar yang salah langkah dengan jatuh cinta kepada pecandu obat. Jean terjerumus dan menjadi budak mafia, dia dijadikan kurir dan ketika hendak berhenti, seluruh keluarganya mendapat ancaman pembunuhan.

Jean tidak berdaya dan di saat itulah dia bertemu Bos yang menyelamatkannya dengan membayar sejumlah uang besar kepada kepala mafia obat untuk melepaskannya. Keluarga Jean juga dibiayai untuk pindah tinggal di kota lain, dan Jean sejak itu bekerja kepada Bos secara gelap.

Adam sendiri adalah pecandu kelas kakap sedari remaja, tubuhnya menjadi kurus kerempeng dengan wajah yang jauh lebih tua dari usia sebenarnya. Semua hartanya hanya untuk narkoba, dia bekerja hanya untuk bisa membeli narkoba.

Adam adalah yatim piatu yang sejak kecil dioper kesana sini oleh keluarganya karna mereka terpaksa merawatnya. Begitu remaja Adam pun menggelandang di jalanan dan bekerja serabutan dengan hasilnya habis untuk membeli narkoba.

Adam tidak mempunyai siapa-siapa, karna itu dia merasa hidup hanya untuk hari ini, tidak perlu memikirkan hari esok. Sampai suatu hari dia bertemu dengan seorang gadis yang membantu Ibunya menjual makanan di stasiun. Gadis itu melayaninya dengan ramah setiap kali Adam makan di sana.

Gadis itu ternyata adalah anak angkat Ibu penjual makanan, dia dibuang oleh orangtuanya di panti asuhan sejak bayi dan diadopsi oleh Ibunya yang sekarang karna tidak mempunyai anak. Karna itu dia bisa memahami perasaan Adam yang ditinggal mati oleh kedua orangtuanya.

Adam berusaha untuk sembuh dari ketergantungan narkoba dengan dorongan dari gadis itu. Adam sangat menderita dalam prosesnya, akan tetapi bayangan untuk bisa hidup bahagia sekali saja dalam hidupnya memberi kekuatan kepadanya.

Dia mulai bekerja untuk menabung. Karna mencicipi pendidikan formal hanya sampai tingkat Sd, Adam hanya bisa mengambil pekerjaan kasar. Dia menjadi tukang bangunan dan bekerja dengan rajin. Ibu penjual makanan dan putrinya selalu mendukungnya.

Suatu hari Ibu penjual makanan itu jatuh sakit, dia merasa umurnya tidak panjang lagi jadi dia meminta Adam menemuinya dan menitipkan putrinya kepada Adam. Walaupun Adam miskin tetapi dia percaya Adam akan mencintai dan menjaga putrinya dengan baik.

Mereka menikah tanpa perayaan, hanya makan malam bertiga di Restoran ayam tetapi mereka sangat berbahagia. Adam menyewa rumah petak sederhana yang bisa untuk tinggal mereka bertiga, dan dia berhenti dari pekerjaannya untuk membantu istrinya menjual makanan karna Ibu mertuanya sudah tidak mampu berjualan.

Untuk menambah pemasukan Adam mencoba menjual hasil masakannya, karna selama ini hidup sendiri Adam bisa memasak dan masakannya ternyata disukai oleh penumpang kereta, sehingga pendapatan mereka semakin membaik.

Setahun pernikahan istri Adam hamil anak pertama mereka, ditengah suasana bahagia itu Ibu mertua Adam meninggal dunia. Adam dan istrinya sangat terpukul, bagi Adam Ibu mertuanya sudah dianggapnya sebagai Ibunya sendiri.

Mereka segera bangkit kembali demi anak yang akan lahir, mereka berencana akan menyewa rumah kecil yang lebih layak nantinya sehingga Adam mulai memberanikan diri untuk menerima pesanan untuk acara ulangtahun dan syukuran.

Tapi nasib tidak ada yang tau, di saat kehidupan mereka semakin baik musibah menghampiri. Istri Adam melahirkan di usia kandungan baru menjelang 8 bulan, bayi perempuan mereka terlahir prematur dengan berbagai komplikasi.

Biaya pengobatan di Rumah sakit menghabiskan semua tabungan mereka bahkan televisi dan kulkas terpaksa harus dijual. Adam dan istrinya sangat terpuruk saat itu, dengan kondisi penghasilan yang menurun sementara biaya Rumah sakit terus bertambah setiap harinya.

Saat itulah Adam bertemu dengan Bos, dan Bos yang membiayai semua biaya Rumah sakit sampai bayi Adam sehat dan keluar dari Rumah sakit. Bos membelikan Adam rumah kecil untuk keluarga kecilnya, dan Adam serta istrinya tidak perlu lagi menjual makanan di stasiun.

Istrinya bisa tinggal di rumah merawat putri mereka, sementara Adam bekerja ikut Bos secara gelap. Adam tidak pernah menceritakan tentang pekerjaannya kepada istrinya, yang penting baginya dia bisa membahagiakan istrinya dan putri mereka tumbuh sehat.

Adam dan Jean merasa berhutang budi kepada Bos, karna itu mereka setia dan selalu melaksanakan semua perintah Bos tanpa banyak bertanya. Bos menggaji mereka dengan tinggi, tetapi mereka harus siap dengan kemurkaan dan kegilaan Bos saat marah.

"Gagal semua gagal!!!! Kerjaanmu tidak ada yang benar Adam!!!" Suara Bos menggelegar.

"Maafkan aku Bos, tetapi kondisi semalam memang tidak memungkinkan bagiku untuk melakukan apa-apa. Mobil audi hitam itu terus mengikutinya sampai di rumah." Adam berkata dengan nada pasrah.

"Sementara aku tidak bisa masuk ke dalam, terlalu riskan karna gadis itu mengenaliku." Tambah Jean.

"Argggghhhhh, kalian membuatku benar-benar marah!! Apakah aku harus mencari pengganti kalian hah??" Mata Bos menyala-nyala.

"Tidak akan ada yang melebihi kesetiaan kami kepadamu Bos, Anda tau itu. Beri kami kesempatan lagi, kali ini pasti akan berhasil." Jean berkata tegas.

Adam tidak pernah membantah Bos, tetapi Jean berani. Jean berani mengutarakan pendapatnya kepada Bos dan Bos kadang mengikuti nasihat Jean. Kali ini Jean berusaha menenangkan Bos, dia tau Bos sangat sakit hati melihat gadis di rumah depan bersama laki-laki lain.

"Kali ini kuberi kesempatan terakhir, kalian dengar??? kesempatan terakhir!!!! Dengarkan aku baik-baik!" Bos dengan gusar menerangkan apa yang harus dilakukan oleh Adam.

Dia duduk dalam gelap, Adam dan Jean sudah pergi tetapi dia masih tetap di rumah itu. Tempat terdekat dimana dia merasa dekat dengan dirinya. Dia merasakan kemarahannya naik ke ubun-ubun karna kegagalan rencananya.

Dia kenal pria itu dan dia membenci setiap inci dari dirinya karna telah mengambil dia darinya. Dia akan mencari cara bagaimana menghancurkannya sama seperti dia menghancurkan adiknya.

Mengingat keberhasilannya dia mulai merasa senang lagi. Dia akan berhasil lagi, dia tau itu. Dia mulai tertawa begitu keras sampai keluar air mata. Dia tertawa sampai nafasnya menjadi ngos-ngosan.

.

***********

Vincent mengetuk-ngetuk jarinya dengan semangat, mereka telah berada dijalur yang tepat. Memang ada yang bermain dibalik layar, seseorang yang telah memeras Vivien dengan identitas palsu tetapi tidak pernah menyentuh uang yang diperasnya dari Vivien.

Sabrina telah menceritakan kepada Vincent dan Fiona mengenai alasan sebenarnya Vivien mengakhiri hidupnya. Dia mengirimkan kepada Vincent foto kartu identitas si pemeras, yang didapatkan dari Viktor dari pihak Bank. Untungnya Viktor belum menghapusnya dari telpon selularnya. Vincent mengatakan dia akan mengecek lagi soal identitas si pemeras ini.

Vincent setuju tidak akan mengatakan soal foto-foto Vivien kepada teman-teman lain, untuk menjaga nama dan harga diri Vivien, yang telah memilih mati daripada harus menanggung malu karna foto-fotonya tersebar.

Lihat selengkapnya