Tanpa Batas Waktu

Liliyanti
Chapter #21

Lingkaran setan

Santo mengecek kembali invoice ditangannya. Buruh sedang menaikkan barang dan menyusun di atas truk fuso. Ada beberapa truk fuso yang akan keluar mengantar barang.

Satu truk akan mengantar barang menuju pelabuhan untuk dikirimkan kepada customer luar pulau, dua truk mengantar ke gudang-gudang customer dan satu truk lagi akan berangkat mengantar ke luar kota.

"Periksa ikatan terpalnya, ikat yang kuat, sepertinya akan hujan Malam ini." Seru Santo kepada sopir yang akan mengantar ke luar kota.

"Siap!!!" Balas Sopir dari atas truk.

Santo memastikan semua barang pesanan sudah aman di atas truk, dia merasa senang bahwa keadaan sudah membaik akhir-akhir ini. Produksi berjalan lancar selaras dengan penjualan yang kian meningkat, dibarengi dengan peningkatan kualitas produk mereka.

Customer lama yang sebelumnya berpaling ke Perusahaan lain mulai kembali kepada mereka, ditambah customer-customer baru yang berdatangan. Viktor dan Eduardo bekerja keras mendorong peningkatan di setiap lini.

Santo masih sedih teringat Vivien, dia mengagumi semangat Vivien dan tidak pernah menyangka Vivien akan mengalami serangan jantung. Santo menganggap Vivien mungkin kecapean dan stress karna berbagai masalah Perusahaan kemarin.

Sisi positif dari kepergian Vivien adalah banyak hal yang berubah di Perusahaan. Pucuk pimpinan sekarang dipegang oleh Viktor dan Eduardo, semua anggaran ditinjau ulang, semua lini didorong untuk produktif. Mereka berbenah besar-besaran dan sekarang progres Perusahaan berjalan baik.

Setelah semua sudah beres, truk-truk pun berangkat. Hanya truk yang mengantar ke luar kota yang belum jalan, mereka akan berangkat pada malam hari, sehingga sampai ke kota tujuan pada pagi hari dan siap untuk mengantarkan barang ke toko-toko customer.

Dua sopir yang akan berangkat, mereka saling bergantian menyetir untuk menghindari rasa ngantuk dan kelelahan. Santo menulis di surat jalan nama kedua Sopir yang mengantar, Willi dan Mario. Keduanya sudah bekerja selama beberapa tahun dan bisa diandalkan.

Pukul 9 malam Willi dan Mario sampai di pergudangan dan membunyikan klakson motornya. Petugas Satpam lalu membuka pagar dan mereka masuk untuk menaruh motor, Willi lalu memanaskan mesin truk fuso yang akan dibawanya.

"Angin bertiup kencang dari tadi, sepertinya akan hujan malam ini." Kata Satpam kepada Willi.

"Iya sepertinya akan hujan lebat, mudah-mudahan di tengah jalan tidak hujan. Kalau hujan kami akan sampai siangan." Kata Willi sambil melihat ke atas langit.

"Hati-hatilah kalian berdua." Ujar Satpam itu kepada Willi dan Mario.

Willi dan Mario memeriksa sekali lagi ikatan terpal dan setelah yakin mereka lalu berangkat. Willi yang memegang kemudi dahulu, nanti baru akan digantikan oleh Mario.

Mereka melaju di jalanan malam yang sudah tidak terlalu ramai, Mario menyetel lagu dan bersiap untuk tidur, Willi menyetir sambil menyenandungkan lagu. Ketika memasuki jalan tol hujan mulai turun, Willi segera menutup jendela dan menghidupkan wiper.

Hujan turun dengan derasnya, Willi menyetir dengan perlahan karna jarak pandang yang terbatas. Dia melirik Mario yang tertidur dengan pulasnya tidak menyadari hujan deras di luar sana.

Kendaraan yang menempuh perjalanan di jalan tol saat ini sama seperti mereka, rata-rata adalah truk dan mobil box yang mengantar barang ke luar kota. Mereka biasa akan bertemu di rest area, sama-sama berhenti untuk beristirahat.

Hujan sudah reda ketika mereka memasuki gerbang tol kedua, jam menunjukkan pukul 01.30, setengah jam lagi mereka akan memasuki rest area. Willi menguap lebar, setelah ini gilirannya untuk tidur.

Mario terbangun begitu truk berhenti, dia merenggangkan tangannya dan mengucek matanya. Mereka turun dari truk dan langsung menuju ke toilet dulu. Suasana tengah malam di rest area terasa lenggang.

"Nyenyak sekali tidurku tadi, hoammm." Mario masih menguap sesekali.

"Gimana tidak nyenyak, hujan deras sekali tadi." Jawab Willi.

Mereka singgah ke coffee shop untuk memesan kopi dan roti untuk sekedar mengganjal perut. Tidak semua toko buka di jam segini, mereka bertukar sapa dengan sesama sopir yang sedang ngopi juga di sana.

"Waduh rokokku ketinggalan di truk, aku ambil dulu." Kata Mario sambil mengambil kunci dari Willi.

Mario berjalan kembali ke area parkiran, angin bertiup kencang dan Mario menggigil dibalik kaos lengan panjangnya. Dia berjalan ke arah parkiran truk dan masuk ke dalam truk-nya untuk mengambil rokoknya yang berada di dalam dashboard.

Ketika hendak turun dari truk, lewat kaca spion Mario melihat sepasang kaki yang menjulur keluar dari bawah truknya. Dengan heran Mario turun dan berjalan ke arah belakang truk, orang yang berada dibawah sepertinya mendengar suara langkah Mario sehingga dia cepat-cepat keluar dari bawah truk.

"Oh maaf aku melihat seekor kucing masuk ke bawah truk tadi." Kata pria bertubuh tinggi kurus itu.

"Begitu, biasa memang sering ada kucing berkeliaran di area ini." Ujar Mario.

"Sepertinya sudah pergi kucingnya, mari aku duluan." Pria kurus itu lalu berjalan pergi ke arah toilet.

Mario merasa pria kurus itu agak aneh tetapi dia tidak memikirkannya lebih lanjut dan buru-buru berjalan kembali ke arah coffee shop, dia merasa kedinginan.

Mereka beristirahat sekitar setengah jam, lalu bersiap untuk berangkat lagi. Kali ini giliran Mario yang menyetir, karna baru beristirahat dan minum kopi Willi belum merasa mengantuk. Mereka asyik membahas prediksi hasil pertandingan sepakbola yang akan bertanding besok malam.

Pada pukul empat lewat mereka sudah keluar dari jalan tol dan memasuki area jalan raya menuju kota tujuan. Area jalan raya itu sepi sekali dan agak gelap karna lampu jalanan yang jarang serta ditutupi pepohonan yang rindang.

Willi sudah tertidur saat itu, dia bahkan tidak terganggu dengan musik keras yang disetel oleh Mario. Kondisi jalanan mulus tetapi kiri kanan adalah jurang dan mereka hanya dibatasi oleh guardrail.

Mario sudah sangat hafal dengan kondisi jalanan itu karna mereka sering mengantar barang ke sini, jalanan juga lenggang di subuh hari sehingga Mario menyetir dengan agak laju sambil bersiul mengikuti irama musik.

Sebuah suara letusan keras mengejutkan Mario, truk-nya terguncang agak keras dan setiran terasa goyang. Dengan panik Mario menyadari bahwa ban belakang sebelah kiri pecah, Mario berusaha keras mengerem sebelum truk-nya terasa seperti melayang, Mario berteriak membangunkan Willi yang memang sudah agak tersadar karna guncangan keras truk.

"Apa yang terjadi????? AWAS di depan turunan tajam!!!!" Willi setengah berdiri melihat ke depan dengan panik.

Truk tidak terkendali lagi, Mario mengerem truk dengan kuat tetapi rem seperti kehilangan kemampuan merespons, sialnya mereka sampai di turunan dan bersamaan dengan teriakan keduanya, truk fuso itu menerjang guardrail lalu terjun bebas menuju jurang.

Eduardo bergegas menemui Viktor di ruangan kantornya, dia baru mendapatkan laporan dari Manajer operasional, Gerald tentang kecelakaan truk fuso mereka subuh tadi.

Willi dan Mario telah dievakuasi dan langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat tetapi karna luka parah, keduanya saat ini dirujuk dan sedang dalam perjalanan menuju Rumah sakit di sini.

Kristina dan Franky dari bagian Hrd sudah menuju Rumah sakit untuk mengurusi administrasi serta memantau kondisi Willi dan Mario. Eduardo sudah menugaskan Legal officer mereka Donald menuju kantor kepolisian di kota kecelakaan itu terjadi.

"Pastikan Willi dan Mario mendapatkan perawatan yang terbaik, truk fuso itu apakah layak jalan?" Tanya Viktor.

"Sangat layak, Gerald memastikan pengecekan rutin selalu dilakukan." Jawab Eduardo.

"Musibah memang selalu datang tanpa diduga, kabari aku setelah mendapatkan kabar dari Donald." Kata Viktor.

Lihat selengkapnya