Vincent duduk di kantor Samsat setempat menunggu saudara sepupunya yang bekerja di Samsat untuk mengecek nomor plat mobil tetangga Sabrina. Viktor sudah mengecek secara online dan sesuai perkiraannya nomor platnya tidak ditemukan alias palsu.
Vincent memutuskan langsung menanyakan ke kantor Samsat untuk lebih pastinya, kebetulan saudara sepupunya bekerja di sini juga. 15 menit kemudian sepupunya, Nathan keluar dari ruangannya dan melambai kepada Vincent yang langsung menghampirinya.
"Vin, data nomor plat ini tidak ditemukan, orang ini memakai plat palsu." Nathan memberitahu Vincent.
"Sudah kuduga Nath, thank you ya." Ucap Vincent.
"Kasus apa ini Vin?" Tanya Nathan penasaran.
"Panjang ceritanya Nath, intinya aku lagi mencari identitas pemilik mobil ini." Ujar Vincent.
"Hmm kulihat mobil jenis ini keluaran tahun lalu, jadi masih baru dan tipe ini adalah tipe pertama yang mereka launching, seingatku sangat terbatas jumlahnya. Coba kamu tanya langsung ke dealernya Vin, mereka pasti mempunyai data customer." Saran Nathan.
"Saran yang bagus Nath, kebetulan sekali temanku ada yang jadi dealer mobil, mereka sesama dealer mungkin ada saling kontak." Ujar Vincent yang teringat akan suami Lusia.
"Good luck bro." Kata Nathan memberi semangat.
"Thanks Nath, salam buat Paman dan Bibi." Balas Vincent.
Setelah meninggalkan kantor Samsat, Vincent langsung menelpon Lusia. Suami Lusia adalah dealer mobil, Vincent berharap suami Lusia bisa membantu mereka. Vincent menjelaskan secara singkat kepada Lusia serta mengirimkan foto mobil putih tersebut kepda Lusia.
"Aku mengerti pentingnya mengetahui identitas pemilik mobil ini Vin, Suamiku memang mengenal pemilik dealer-nya tetapi data diri customer merupakan hal privasi yang harus dijaga oleh setiap Perusahaan." Kata Lusia ragu.
"Bisakah kamu mencoba membicarakan dengan suamimu dulu Lusi?" Tanya Vincent.
"Tentu saja aku akan mengusahakannya Vin, karna aku juga berkepentingan dalam hal ini. Hanya aza aku tidak bisa berjanji, begitu mendapat kabar aku akan langsung memberitahukanmu." Jawab Lusia.
"Terimakasih Lusi, apa kabar baby Calvin??" Tanya Vincent yang mendengar suara bayi Lusia yang mengeluarkan suara lucu.
"Baby Cal sehat dan uda ga sabaran bertemu uncle dan aunty semua." Lusia menjawab dengan menirukan suara baby.
"Secepatnya ya baby Cal, aduhh lapar yaa baby Cal. Ya uda Lusi, aku tutup dulu telponnya." Ujar Vincent buru-buru begitu mendengar suara tangisan Calvin.
Begitu menutup telpon Lusia, Vincent langsung mengarahkan mobilnya ke kantor Fiona untuk menjemputnya lalu bersama-sama mencari kado untuk ulangtahun Ibu Vincent sebentar lagi. Vincent hendak memperkenalkan Fiona kepada keluarganya bertepatan di hari ulangtahun Ibunya.
Julian, kakak Lionel melambai ke arah temannya, David--penyelidik muda yang bersemangat di bagian penanganan narkoba. David melihat Julian dan segera menghampirinya, mereka duduk dengan santai di tepi danau.
Bulan Purnama menggantung indah di atas langit, angin malam bertiup sepoi-sepoi. Di sore hari danau biasa dipadati orang-orang yang menikmati waktu sore. Anak-anak berekreasi naik perahu bebek, dan penjual kaki 5 berjualan disekitar danau.
Tapi di malam hari danau begitu sepi, suasana begitu tenang. David adalah adik kelas Julian saat sekolah dulu, mereka mempunyai hobby yang sama, bermain basket. Pertemanan dari sekolah berlanjut sampai sekarang dan terkadang sebagai Jurnalis , Julian membutuhkan informasi dari David, begitu pula sebaliknya.
Mereka mengobrol soal pertandingan basket dengan seru, baru setelahnya Julian menceritakan kepada David kasus-kasus yang menimpa teman-teman adiknya, David mendengar sambil tercengang.
"Tetapi ini semua sebatas penyelidikan amatiran mereka Dav, mereka belum mendapatkan bukti apa-apa sehingga tidak mungkin melapor, mereka belum tau siapa yang akan dilaporkan." Tutur Julian.
"Tentu saja, ini adalah tuduhan yang sangat serius. Bukan hanya satu kasus tetapi beberapa, bahkan sampai ada korban jiwa. Bagian kriminal tidak akan bergerak sebelum ada satu bukti yang kuat." David setuju.
"Mereka sedang mengumpulkan bukti, tetapi karna akses yang terbatas tentu tidak mudah bagi mereka. Disinilah aku butuh bantuanmu Dav." Kata Julian.
"Dalam kasus pemerasan dan penabrakan sudah jelas pelaku memakai identitas bodong. Kemarin aku meminta Yongki membantu mengecek soal penabrak dan ternyata dia sudah dibebaskan dari penjara, hanya sebulan dia di sana. Identitas yang dipenjara adalah yang bodong." Cerita Julian sambil memperlihatkan foto kartu identitas penabrak Julie dan satu lagi yang memeras Vivien.
"Sudah pasti ada permainan dibaliknya, apalagi ini kasus kecelakaan dengan vonis hukuman hanya 2 tahun, lebih gampang lagi. Data asli orang ini sudah pasti ada dibagian penyidik dan data di penjara telah dimanipulasi." David berkata sambil melihat foto-foto yang diperlihatkan oleh Julian.
"Yang membuat kartu identitas ini tangan profesional, dengan mata awam semua akan menganggap ini asli. Sekelas untuk urusan begini ya yang biasa bekerja dengan mafia narkoba." David melanjutkan.
"Dikaitkan dengan pelaku kasus perampokan dan penembakan yang identik dengan mafia narkoba, kurasa jalur untuk menemukan identitas pelaku ini adalah dari sisi narkoba." Ujar Julian.
"Analisisku jikalau memang semua kasus benar berkaitan, ada satu orang yang membayar orang-orang ini untuk melakukan kejahatannya. Karna semua korban tidak ada yang berkaitan dengan obat terlarang." David menyimpulkan.
"Benar Dav, ini kalau berhasil terpecahkan adalah kasus besar yang akan menghebohkan. Kriminalitas kasus berantai seperti ini akan sangat menarik bagi semua psikolog dan masyarakat. Feelingku bisa berefek untuk menaikkan karir kita berdua juga." Kata Julian jujur.
"Ya aku setuju tetapi kita harus berhati-hati. Siapapun ini adalah orang yang tidak segan melakukan pembunuhan dengan memakai tangan orang lain. Aku akan menyelidiki pemilik identitas bodong ini, menurutku mereka orang yang sama." David memutuskan.
Julian lalu mengirimkan foto kedua kartu identitas itu. Pemeras Vivien membuka rekening atas nama Arya, dan penabrak Julie dengan nama Aris. David mengetuk-ngetuk layar telpon selularnya, manusia dibawah alam sadarnya biasa akan melakukan sesuatu yang mengaitkannya dengan hal yang sudah begitu familiar dengannya.
David berani bertaruh bahwa nama asli orang ini juga berawalan dengan huruf A. Malam semakin larut dan hawa semakin dingin, akhirnya Julian dan David memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dan akan tetap saling memberikan informasi.
.
***************
+ Zack, apa kabarmu? Kenapa tidak menerima telpon Mama dan tidak membalas pesan Mama?
+ Zack, dengarkan Mama, pulanglah ke sini dan lanjutkan hidupmu. Kehidupan yang kamu inginkan selama ini sudah terwujud, kenapa kamu masih harus mengejar yang lain??