Adam memarkirkan mobil putihnya di halaman depan rumahnya, perasaannya kacau balau. Dua hari ini dia selalu pergi pagi dan pulang malam, hanya untuk berkeliling lalu duduk di warung kopi, terkadang kumpul dengan teman-teman lamanya.
Adam masih tidak tau apa yang harus dilakukannya, tanggal tiket keberangkatannya adalah lusa dan dia belum bercerita apapun kepada istrinya. Bisa dibilang istrinya tidak lagi berbicara kepadanya, hanya sesekali mengenai putri mereka.
Ketika istrinya melihat dia membawa pulang mobil putih itu di malam ketika dia diusir Jean dari rumahnya, istrinya hanya memandang mobil itu tanpa berkata apa-apa, tetapi sorot matanya sudah menyiratkan semuanya.
Adam sendiri masih belum yakin apa yang harus disampaikan kepada istrinya sehingga suasana rumah terasa dingin. Adam tau dia sudah tidak bisa menunda lagi, karna itu dia sudah mengambil keputusan untuk terbuka kepada istrinya.
Adam masuk ke dalam rumah, terdengar celoteh putrinya dari arah dapur. Bergegas Adam langsung menuju arah dapur. Putri kecilnya sedang duduk di kursi tingginya, membuka mulut lebar-lebar memakan bubur yang disuapin oleh Ibunya.
"Papaaaaaaa." Putrinya yang sedang belajar berbicara memanggilnya begitu melihatnya
"Hallo sayang." Adam menghampiri putrinya dan memeluknya.
"Mam mam mam." Dengan mulut penuh balita kecil itu terus mengoceh dengan ceria.
"Iyaa Sella mam mam biar cepat besar yaa." Adam berkata sambil mencubit gemas pipi putrinya, hatinya terasa perih.
Istri Adam tidak berkata apa-apa, dia membereskan peralatan makan putrinya dalam diam. Kakinya menyenggol tabung gas yang diletakkan di sebelah wastafel dan dia mengaduh dengan kesal.
"Ada apa?? Kenapa ada tabung gas di situ??" Tanya Adam heran.
"Justru aku yang mau bertanya kepadamu, kenapa membeli tabung gas lagi?" Tukas istrinya.
"Apa??? Aku membelinya?? Ini kapan diantarkan dan oleh siapa??" Tanya Adam sambil berdiri sekarang.
"Tadi siang diantarnya, katanya kamu yang memesannya. Tadinya akan di taruh di belakang, tetapi karna Sella memainkan kunci pintu belakang dan aku belum menemukannya jadi aku memintanya menaruh di sini dulu." Ujar istrinya yang merasa heran melihat wajah Adam memucat.
"Kita sudah mempunyai cadangan 1 tabung gas, jadi aku tidak mungkin memesannya. Sekarang cepat bereskan barang-barang penting, kita akan meninggalkan rumah ini." Adam berkata dengan suara panik.
"Aku akan bercerita kepadamu begitu kita sudah ditempat yang aman. Aku serius, cepat!!! aku tidak tau kapan mereka akan bertindak!!" Adam dengan cepat menggendong putrinya.
Istrinya walaupun bingung buru-buru berlari ke arah kamarnya untuk mengambil barang-barang penting. Dia tidak mengerti apa yang terjadi tetapi melihat ekspresi Adam, dia tau itu adalah sesuatu yang sangat serius dan membahayakan.
Adam mengintip dari celah gorden, dia tidak melihat sesuatu yang mencurigakan di luar tetapi dia tidak mau mengambil resiko. Putrinya untungnya tidak rewel dan sepertinya mengantuk setelah makan, dia menyandarkan kepala kecilnya di pundak Ayahnya.
Istri Adam muncul dengan sebuah ransel dan sebuah tas. Adam menunjuk pintu belakang, mereka lalu keluar lewat pintu belakang. Tembok tinggi membatasi halaman belakang rumah dengan tanah kosong di belakang yang ditumbuhi pepohonan.
"Sella tertidur, pakaikan jaket untuk menutupi tubuhnya, aku akan mengambil kunci." Adam menyerahkan putrinya kepada Istrinya lalu mengambil ransel dan tas dari Istrinya.
Adam sudah mempersiapkan rumahnya dari jauh hari, dia memang tidak tau apa yang akan terjadi tetapi dia sudah bersiap-siap. Adam membuat pintu kecil di tembok belakangnya, untungnya di belakang adalah tanah kosong yang hanya dipenuhi oleh pepohonan dan sepertinya belum berpemilik jadi tidak ada yang memprotes pintu yang dibuat oleh Adam.
Adam mengatakan kepada istrinya bahwa pintu itu untuk persiapan kalau terjadi kebakaran dan istrinya mempercayainya. Pintu itu tidak berkenop dan tidak bergagang, serta ditutupi oleh rak jemuran pakaian sehingga tidak akan ada yang menyadarinya.
Adam mengambil kunci yang diselipkan di atas sela genteng, lalu meraba-raba mencari lubang kunci yang disamarkan olehnya. Begitu terbuka dia mendorong pintu dengan tangannya, dia menyuruh istrinya yang menggendong putrinya keluar dulu baru dirinya, ditutupnya kembali pintu tersebut.
Mereka berjalan dengan hati-hati di sela pepohonan menuju jalanan. Langit mulai gelap saat mereka menunggu jemputan mobil online. Adam menyuruh istrinya memesan hotel kecil bintang 2 yang agak jauh dari rumah.
Adam masih ingat bagaimana Bos bisa mendapatkan rekaman hotel bintang 5 yang dipakai untuk memeras wanita bernama Vivien dengan Ervin. Bos mempunyai circle dengan hotel besar tetapi hotel kecil dengan bintang rendah seharusnya aman.
Mereka sampai di hotel dan langsung masuk ke dalam kamar, Istri Adam membaringkan putrinya di atas kasur. Adam melihat berkeliling kamar dan luar jendela. Hotelnya terletak di depan perumahan, kecil tetapi bersih. Tadi ada beberapa mobil yang terparkir di halaman.
"Apa kamu mau makan sayang? Kita bisa pesan makanan." Tanya Adam.
"Bagaimana aku bisa berselera makan dalam keadaan begini?? Apakah ini berkaitan dengan pekerjaanmu?? Kamu tidak bisa lagi berbohong Adam." Istrinya berkata dengan letih.
"Aku akan menceritakan semuanya kepadamu, walaupun kamu mungkin akan membenciku karna itu. Aku akan kembali memantau ke rumah kita, jika ada yang mengetuk pintu jangan langsung dibuka, kalau orang yang tidak dikenal langsung telpon Polisi, okay??" Kata Adam seraya memeluk istrinya.
"Kalau berbahaya mengapa kamu kembali ke sana? Tetaplah di sini." Tanya Istri Adam, ada nada khawatir di suaranya.
"Aku harus memastikannya sendiri sayang. Yang terpenting bagiku adalah mengamankan kalian berdua. Aku berangkat dulu." Adam berdiri dan tersenyum menenangkan Istrinya.
Adam menyewa motor dari Hotel yang memang menyediakan fasilitas penyewaan motor. Dia menuju daerah perumahannya tetapi memantau dari jauh. Tebakannya tepat, ada sebuah mobil hitam yang terparkir berjarak beberapa rumah dari rumahnya.
Adam tau itu bukan mobil tetangganya, Adam tidak mendekati posisi mobil itu berada tetapi dia berputar ke arah sebaliknya. Adam mengamati dari jauh kondisi rumahnya yang tidak mencurigakan.
Mobil putihnya tetap terparkir di sana dan siapapun yang berada di dalam mobil hitam tersebut akan mengira Adam sekeluarga masih berada di dalam rumahnya. Adam lalu berbelok pergi, dia akan menunggu di warung makan 24 jam yang berada tidak jauh dari perumahannya.
Adam sesekali mengecek istrinya untuk memastikan bahwa mereka aman. Penantian Adam berakhir saat dini hari, dari warung makan itu dia bisa melihat asap hitam yang membumbung tinggi, dan segelintir tamu di dini hari itu berlari keluar melihat ke langit sambil berseru kebakaran.
Adam langsung menuju ke arah perumahannya tanpa ragu. Sudah ramai orang-orang di sana, dan Adam sampai tepat saat api sedang menghanguskan rumahnya. Riuh suara sirene mobil pemadam kebakaran menerjang kerumunan penonton bercampur penghuni rumah yang panik.
Adam kembali ke hotel setelah memastikan keterlibatan Jean yang sudah pasti menjalankan tugas dari Bos. Istrinya sudah tertidur dan tidak menyadari kepulangan Adam, yang lalu mandi dan bersiap menunggu Istrinya bangun. Adam tidak merasa mengantuk sama sekali.