Sabrina baru selesai berpakaian ketika suara notif telpon selularnya berbunyi. Dia meraih telponnya dan jantungnya berdegub kencang ketika melihat pesan dari Hugo.
+ Pagi Sabrina, maaf pagi-pagi sudah mengganggumu. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, apakah kamu sempat??
- Pagi Hugo, maaf aku sibuk hari ini. Mungkin dilain waktu?
+ Aku tau kamu sibuk tetapi aku tidak akan lama. Bagaimana kalau aku menjemputmu, dan kita bicara saat perjalanan menuju kantormu?
- Hmmm maaf Hugo tetapi aku ada pertemuan dengan klien. Jadi aku langsung berangkat ke tempat klienku.
+ Aku tidak tau apakah ada waktu lagi Sabrina, ini sebenarnya tentang Zack.
Sabrina terbelalak begitu membaca chat Hugo, ternyata benar Hugo mengenal Zack. Apakah Thalia tau soal ini, sepertinya tidak karna Thalia yang paling getol mencari Zack, dia sangat yakin semua ini perbuatan Zack.
+ Kamu sudah melihat kalung Zack di tas-ku kemarin Sabrina, jadi kurasa saatnya sudah tiba aku menceritakan kepadamu soal Zack.
- Apakah kamu mengenal Zack dan mengetahui keberadaan dirinya Hugo?
+ Ya, aku kenal Zack dan aku tau dimana dia berada saat ini.
- Apakah Thalia mengetahui soal ini?? Mengapa kamu diam saja selama ini Hugo??
+ Thalia tidak tau aku mengenal Zack. Ceritanya agak panjang dan aku akan menceritakannya kepadamu di dalam mobil. Apakah boleh aku menjemputmu??
Sabrina menggigit bibirnya, berpikir. Ternyata jawaban tentang keberadaan Zack selama ini ada di depan hidung mereka, bagaimana Hugo bisa tetap diam selama ini.
Mungkin Hugo tau bahwa bukan Zack yang melakukan ini semua, bahwa Zack tidak berbahaya, bahkan mungkin saja Zack yang memintanya untuk tidak bercerita. Sabrina tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan untuk mengetahui informasi tentang Zack.
- Oke Hugo, ini alamatku.
+ Oke, tunggu aku sebentar lagi sampai.
Sabrina mengambil tas-nya dan keluar kamarnya, Ibunya masih di dapur belum keluar. Sabrina menuju dapur, tepat Ibunya sedang menggoreng telur. Sabrina mengatakan bahwa dia tidak sarapan dan akan langsung berangkat sebentar lagi.
"Nanti jangan makan kesiangan Sa, kamu kurusan akhir-akhir ini." Kata Ibu Sabrina.
"Iya Ma, aku benar-benar sibuk Ma. Banyak proyek yang harus diselesaikan. Kurasa kalau semua berjalan lancar, aku sudah bisa melunasi rumah kita akhir tahun ini." Sabrina berkata dengan sumringrah.
"Kamu bekerja keras sekali Sa, Mama punya tabungan juga, jadi Mama bisa membantu sebagian." Ujar Ibu Sabrina.
"Ga usah Ma, tabungan Mama bisa buat perluasan dapur yang sudah Mama dan Tante Fifi rencanakan." Sahut Sabrina sambil melihat notif telpon selularnya.
"Temanku sudah sampai Ma, aku jalan dulu ya. Sampai ketemu nanti malam." Sabrina pamit kepada Ibunya.
"Hati-hati sayang, jangan lupa makan." Balas Ibunya.
Mobil Hugo sudah menunggu di depan rumahnya. Sabrina dengan perasaan campur aduk membuka pintu mobil tersebut dan masuk ke dalam. Hugo tersenyum ramah kepadanya dan dibalas Sabrina dengan gugup.
"Kamu pasti belum sarapan, ini kubeliin coklat panas dan burger." Ujar Hugo sambil memberikan segelas coklat dan sebuah burger kepada Sabrina.
"Thanks Hugo." Balas Sabrina.
"Hati-hati masih panas." Kata Hugo.
Sabrina meminum coklat panasnya dengan hati-hati. Rasa coklatnya agak aneh tetapi Sabrina tidak enak mengatakannya, dia tetap meminumnya untuk menghargai Hugo.
"Hmm bagaimana kamu bisa mengenal Zack, Hugo?" Tanya Sabrina dengan hati-hati.
"Bisa dibilang karna takdir." Jawab Hugo.
"Takdir?? Apa maksudmu Hugo?" Sabrina bertanya dengan bingung.
"Sebentar, aku isi minyak dulu ya." Hugo membelokkan mobilnya ke arah Spbu.
Mereka antri di belakang 2 mobil, Sabrina merasa kepalanya agak berat, matanya tiba-tiba terasa susah dibuka. Sabrina merasa rasa kantuknya agak aneh, tidak seperti biasanya. Dia menoleh ke arah Hugo yang menatapnya dengan aneh.
"Ada apa Sabrina?? Kamu merasa mengantuk?? Tidurlah, akan kubangunkan begitu kita sudah sampai." Suara Hugo terdengar berdengung di telinga Sabrina.
Sabrina hendak menjawab tetapi lidahnya terasa kelu, suaranya tidak bisa keluar. Otaknya masih bisa berpikir walaupun sudah agak lamban. Sabrina yakin ada sesuatu terjadi kepadanya, sekilas rasa aneh coklat itu berkelebat di otaknya, dia memandang Hugo dengan raut wajah tidak percaya.
Hugo melepaskan seat beltnya dan mencodongkan tubuhnya ke arah kursi Sabrina untuk mengatur posisi kursi Sabrina ke posisi berbaring. Sabrina hendak bangun tetapi tubuhnya tidak bisa diajak bekerjasama, dia berusaha membuka tas-nya untuk mengambil telpon selularnya.
Tangan Hugo menahan tangannya, tas-nya diambil oleh Hugo yang menaruhnya di kursi belakang. Hugo mematikan mesin mobil dan berbicara dengan petugas Spbu. Sebuah kesadaran mengguncang Sabrina, Hugo adalah penyusup rumahnya yang memukulnya dulu.
Sabrina hendak meminta tolong tetapi dia tidak berdaya, dia menyesali kebodohannya yang mempercayai Hugo. Sekarang tidak ada seorangpun yang tau kemana dia dan dengan siapa dia pergi, dia seharusnya berjaga-jaga dengan memberitahukan Ibunya tadi.
Ketika Hugo selesai mengisi minyak dan menjalankan mobilnya, Sabrina sudah jatuh tidak sadarkan diri. Hugo menelpon Manajernya mengatakan bahwa dia ada urusan ke luar kota dan mengacuhkan pesan masuk dari Thalia. Hugo mengarahkan mobilnya menuju jalan tol.
Thalia mengerutkan keningnya, Hugo tidak membalas pesan dan telponnya. Thalia tidak mengerti apa yang terjadi kepada Hugo belakangan ini. Ketika Thalia mengabari perkembangan kasus mereka, Hugo hanya mengatakan bahwa dia sedang sibuk sehingga tidak menaruh perhatian terhadap kasus mereka.
Hugo bahkan tidak menghubungi Thalia kemarin dan ketika Thalia menghubungi Hugo, dia tidak mendapat balasan apapun juga. Thalia sangat gelisah, apakah Hugo sudah berubah pikiran dan perasaan kepadanya sehingga mengacuhkannya begitu saja.
Thalia tidak tahan lagi, dia harus menemui Hugo secara langsung dan menanyakannya. Thalia sebenarnya sangat takut mengetahui kebenarannya, dia tidak mampu kehilangan Hugo saat ini. Thalia akan mendengarkan dulu apa kata Hugo, yang pasti dia bersedia melakukan apapun juga untuk mempertahankan hubungannya dengan Hugo.
Staff front office Hugo sudah mengenal Thalia, dan langsung menyambut begitu Thalia memasuki kantor Hugo. Thalia tidak melihat mobil Hugo diparkiran dan dia langsung menanyakan kepada staff tersebut.
"Pak Hugo hari ini belum ke kantor Bu, dari pagi Pak Roland yang menangani semuanya."
"Baiklah, kalau begitu saya ingin bertemu dengan Pak Roland." Kata Thalia dengan was-was.
Thalia lalu diantarkan ke kantor Roland, yang menyambutnya dengan ramah. Roland bisa dibilang adalah salah satu orang kepercayaan Hugo. Roland menjelaskan bahwa Hugo mengabari akan berangkat ke luar kota.
"Tetapi Pak Hugo tidak mengatakan akan pergi berapa lama. Pak Hugo menyetir sendiri, sopirnya sedang diliburkan." Kata Roland.
"Telponnya tidak diangkat, aku mengkhawatirkannya. Apakah Hugo sibuk sekali belakangan ini?" Tanya Thalia sambil menggigit bibirnya.
"Pak Hugo sudah dua hari tidak datang ke kantor Bu, dan tadi pagi dia mengabariku akan berangkat ke luar kota, mungkin Pak Hugo sedang menyetir tadi sehingga tidak dapat mengangkat telpon." Jawab Roland dengan hati-hati.