Tanpa Batas Waktu

Liliyanti
Chapter #36

Akhir segalanya

Vincent menelpon Thalia dengan wajah panik, Robert berjalan mondar mandir di parkiran Cafe, masih shock setelah mendengar cerita dari Ibu Zack tadi. Sebuah kisah panjang yang berawal dari kecelakaan yang dialami Zack.

"Halo Vin, ada apa??" Untungnya Thalia menerima telponnya dengan cepat.

"Halo Thalia, kamu dimana sekarang?? Ada sesuatu yang hendak kuceritakan kepadamu." Tanya Vincent buru-buru.

"Aku di jalan bersama Laura, kami akan keluar kota. Ada apa?? Kamu kedengaran panik, ada sesuatu yang terjadi??" Tanya Thalia dengan heran.

"Ya, apa--apa Hugo bersama kalian?" Tanya Vincent lagi.

"Tidak, justru kami saat ini hendak menuju villa Hugo di luar kota. Aku--terus terang telah kehilangan kontak dengan Hugo beberapa hari ini, aku curiga dia mungkin diculik oleh Zack bersama Sabrina, tapi aku akan mengecek ke villanya dulu sebelum melaporkan kepada Polisi." Jawab Thalia.

"APA?? Di mana letak villa Hugo?? Kamu dan Laura berdua saja??" Vincent setengah berteriak sambil memberi kode kepada Robert agar segera masuk ke dalam mobil.

"Kami bersama sopirku. Kenapa kamu ingin tau di mana villa Hugo??" Thalia bertanya bingung.

"Kirimkan dulu padaku alamatnya Thalia! Kami langsung ke sana juga. Sabrina kemungkinan ada di sana!!" Vincent keluar dari parkiran Cafe.

"Apa maksudmu Vincent???" Tanya Thalia sambil mengirimkan lokasi villa Hugo.

"Kami barusan bertemu dengan Ibu Zack yang baru tiba dari Amerika, dia--dia menceritakan tentang Zack. Aku tidak tau harus bagaimana mengatakan ini kepadamu." Vincent menoleh kepada Robert yang memberi tanda kepadanya.

"Apa Vin??? Apa maksudmu??" Thalia mulai mendesak.

Telpon terputus, Thalia mencoba menelpon kembali Vincent, Laura yang duduk di sebelahnya menatapnya dengan bingung dan khawatir.

"Kenapa Tha?? Vincent ngomong apa??"

"Dia bersama Robert menuju villa Hugo juga saat ini, dia mengatakan sesuatu tentang Ibu Zack dan bahwa Sabrina kemungkinan berada di villa Hugo saat ini." Thalia mengerutkan kening, telpon Vincent sedang sibuk.

Setelah telponnya kepada Thalia terputus, Vincent segera menelpon Fiona mengabarinya dengan singkat tentang Zack dan alamat villa dimana kemungkinan Sabrina berada.

"Ibu Zack sudah menceritakan kepada Polisi semuanya, alamat itu berikanlah kepada Lionel, minta dia berikan kepada Polisi rekan kakaknya. Aku menelpon Lionel tadi tetapi tidak diangkat." Pesan Vincent.

"Ini sungguh tidak masuk diakal soal Zack Vin, berhati-hatilah, jangan masuk sebelum Polisi tiba." Fiona berkata dengan cemas.

"Kami pasti berhati-hati Fio, Thalia dan Laura sedang menuju ke sana, kami tidak bisa membiarkan mereka begitu saja. Thalia pasti nekad karna ini soal---Hugo." Kata Vincent prihatin.

"Aku tidak bisa membayangkan hancurnya Thalia begitu tau kenyataannya Vin, ini sungguh tidak tertahankan." Fiona bergumam sedih.

"Ya kuharap Thalia kuat, aku akan berkonsentrasi Fio, semoga semua berjalan dengan lancar ya. Bye sayang." Pamit Vincent.

"Hati-hatilah, bye sayang." Tutup Fiona.

Fiona langsung menghubungi Lionel yang bereaksi sama sepertinya, Lionel tidak membuang waktu, dia segera menghubungi kakaknya, Julian. Mereka tidak boleh membuang waktu karna tidak ada seorang pun yang bisa mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan oleh Zack lagi.

David sedang bersiap-siap bersama seluruh tim. Atasan Vernon, dari bagian kriminal yang akan memimpin langsung kali ini. Karyawan Perusahaan Hugo tidak ada seorangpun yang tau akan keberadaannya dan dari pengecekan telpon ruangan Hugo tercatat panggilan telpon terakhir adalah ke perusahaan kontraktor.

Dari pengembangan kontraktor itulah mereka mendapatkan alamat villa yang baru selesai direnovasi. Karna ada kemungkinan Hugo yang ternyata adalah Zack membawa Sabrina ke villa tersebut, maka rencana operasi langsung dimatangkan dan sekarang bersiap menuju lokasi.

Pesan masuk dari Julian kepada David menguatkan dugaan tersebut. David langsung mengonfirmasi bahwa tim kepolisian sedang menuju ke sana dan agar teman-teman Zack menahan diri sampai kepolisian tiba.

Robert yang menelpon kembali Thalia, Vincent sedang berkonsentrasi penuh menyetir dengan kecepatan tinggi tetapi terukur. Jalanan sudah gelap saat mereka meluncur, dari maps diketahui mereka akan tiba di tujuan pada pukul 21.30 alias 3 jam lagi.

"Halo Thalia, ini Robert. Dengarkan aku, kami berada dibelakangmu, pada saat kalian sampai di villa jangan turun dulu, tetap di mobil dan ambil jarak dari villa. Polisi juga sudah menuju ke sana."

"Ada apa Rob?? Aku butuh penjelasan apapun itu." Tanya Thalia.

"Siapkan hatimu Thalia, ini memang sesuatu yang sangat mengguncangkan tetapi ini adalah kenyataannya. Zack seperti yang kamu tau telah mengalami kecelakaan dashyat, dia menjalani pengobatan dan operasi di Singapura, dan menyamar sebagai---Hugo."

"Dia kembali sebagai Hugo untuk mendekatimu dan membalas dendam kepada kita semua, Thalia???" Robert terkejut mendengar tawa Thalia.

"Jangan bercanda Rob!! ini adalah sesuatu yang mustahil, ini pasti akal-akalan Adam dan Zack untuk menjebak Hugo. Tidak mungkin mereka adalah 2 orang yang sama!! Aku bersama Hugo selama 3 tahun, aku yakin dia bukan Zack!!!" Thalia menyangkal keras.

"Ada apa Tha?? Itu Robert?? Biar aku yang bicara dengannya." Terdengar suara Laura berbicara dengan Thalia.

"Halo Rob?? Ini Laura. Apa yang terjadi??" Suara Laura yang sekarang terdengar.

Robert lalu menceritakan tentang kisah yang disampaikan oleh Ibu Zack kepadanya dan Vincent. Laura berseru terkejut, tepat saat notif telpon selular berbunyi dari grup IPA-3.

(Lionel): Guys, Polisi sedang menuju ke villa. Kalian berhati-hatilah.

(Dion): Villa apa? Ini soal apa Lio??

(Lionel): Vincent dan Robert belum sempat mengabari kalian. Mereka menuju villa dimana Sabrina kemungkinan berada.

(Lionel): Ini ada sesuatu yang sangat tidak terpikirkan oleh kita semua. Zack ternyata melakukan operasi plastik setelah kecelakaannya dan dia mengubah namanya menjadi--Hugo.

(Alicia): Kamu bercanda Lio!!!

(Lionel): Sayangnya Ibu Zack sendiri yang menceritakan kepada Polisi dan kepada Vincent serta Robert.

(Sonny): Mereka berdua sangat berbeda, penyamarannya sungguh sempurna, tetapi bagaimana tidak ada yang menyadarinya??

(Derrick): Zack tidak mempunyai keluarga di sini, karyawannya tidak ada seorangpun yang mengenal Zack, dan Hugo adalah seorang sosok yang sempurna dan sukses, tidak ada yang meragukannya.

(Georgina): Thalia, apakah kamu baik-baik saja?

(Laura): Aku bersama dengannya saat ini, Thalia tetap mempercayai Hugo, dia akan bertanya langsung kepadanya.

Laura memandang Thalia dengan hati teriris, Thalia dengan wajah sepucat kertas bersandar dengan mata terpejam. Dia tetap mempercayai Hugo dan tidak akan terpengaruh oleh siapapun, biarpun Ibu Zack sendiri yang mengonfirmasi bahwa putranya, Zack adalah Hugo.

Laura menggenggam tangan Thalia memberinya kekuatan, menyadari betapa dinginnya tangan Thalia. Laura membiarkan Thalia menenangkan dirinya, dia bisa merasakan kehancuran Thalia, yang bahkan cukup kuat untuk tidak jatuh pingsan ketika mendengar kabar itu.

Pria yang dicintainya, yang diimpikannya menjadi suaminya kelak ternyata adalah pria yang dibencinya dan sering dihina olehnya. Ini sungguh suatu pembalasan yang kejam.

Laura bersyukur dia menemani Thalia saat ini, walaupun belum percaya 100% tetapi hati Laura juga berbisik bahwa Ibu Zack tidak mungkin berkomplot dengan Adam untuk menjebak Hugo. Selama ini Hugo juga sangat tertutup soal keluarganya.

Perjalanan malam itu terasa panjang, semua menempuh perjalanan dengan pikiran dipenuhi kecemasan, kebingungan dan kekhawatiran. Di airport, Viktor yang dijemput sopirnya begitu memasuki mobil langsung menelpon Fiona.

.

Lihat selengkapnya