Tanpa Kata

Mayhtt
Chapter #2

Drama Pensi

Aku masih ingat apa yang membuatku masuk ke dalam cerita cinta Tanpa Kata. Tanganku teracung tinggi menunjuk langit-langit kelas sekaligus menunjuk takdir cinta masa SMAku.

“Ee...siapa saja yang belum berpartisipasi di Pensi kita ini? Tunjuk tangan dulu.” Logat batak ibu Silaban alias ibu Gempal (nama panggilan untuknya di kalangan murid) benar-benar sekental kopi Sidikalang.

Tau kopi Sidikalang, kan? Kopi khas yang berasal dari salah satu daerah tertinggal di Indonesia. Googling saja kecamatan Sidikalang, kabupaten Dairi, Sumatera Utara. 4 jam jauhnya dari kota Medan.

Siang itu ibu Gempal datang ke kelasku, kelas 11-A, untuk mendata siapa saja yang berminat ikut berpartisipasi dalam drama perjuangan pahlawan Sisingamangaraja. Drama yang akan dipertunjukkan pada saat sesi hiburan Pensi perayaan HUT RI di SMA kami, SMA Darma Bangsa. Aku dan beberapa teman-teman sekelas yang lain mengacungkan jari telunjuk ke udara. Suasana siang yang terik di jam terakhir pelajaran membuat kami tidak bersemangat.

Ai na boha do halakon!1” ( Ada apa dengan kalian ini?) Masih muda pun udah lemas. Mana semangatnya...mana!” Bentak ibu gempal sambil menghentakkan kakinya (itu adalah ciri khasnya bila sedang emosi atau bersemangat). Hentakan itu sukses membuat seluruh murid tertawa terpingkal-pingkal.

“Malah ketawa lagi kalian. Sudah-sudah, siapa di sini yang mau ikut kegiatan drama?” 

“Dramanya tentang apa bu?” celetuk “si Botak” Sahat. 

“Ya, tentang perjuangan pahlawanlah, anakku botak. Acara ini untuk memperingati hari kemerdekaan, masa kita mau buat drama tentang Cinderella?” Kelas pun kembali riuh dengan suara tawa, membuat pipi Sahat memerah.

Lihat selengkapnya