Aku memaksa bagian cerita ini masuk ke dalam tirai gelap di dalam tidurku, pada hari itu. Berharap tirai hitam bisa mengikis sedikit demi sedikit rasa sakit. Akan tetapi, setiap kali menutup mata, aku tetap tidak bisa menentramkan rasa janggal. Seperti marah, gelisah tak tentu.
Setiap awan yang berjejer di langit memiliki artinya tersendiri tergantung siapa yang melihatnya. Ada makna di setiap bentuk dan posisinya kata mereka yang bisa melihat segala arti. Terutama mereka yang hatinya sedang mencari jawaban gelisah hati.
Aku pernah melihat “awan” yang sangat bagus. “Awan” itu ditemani “awan” yang sama bagusnya juga. Mereka serasi dan sepertinya memang waktu itu adalah waktu yang sangat tepat untuk awan-awan itu. Namun bagiku, itu tidak tepat jika dilihat dari momenku. Artinya, walau hatiku mengatakan mereka berdua memang serasi, aku berharap kesempurnaan momen itu hanya sementara saja. Seperti awan-awan yang terlihat indah namun seiring berjalannya waktu mereka memencar dan tidak menyisakan apapun.
Cemburu itu sebegitu anehnya.