Tanpa Kata

Mayhtt
Chapter #16

Bakso Abang Man

“Shan, kayanya aku memang benar-benar jatuh cintalah,” senyumanku terhenti saat seonggok daging menempel di keningku.

“Waaah pantaslah, keningmu pun panas. Kayanya harus cepat-cepat ke rumah sakit jiwa ajalah, Shan. Jangan lama-lama makin parah nanti.”

“Shaniar aku serius.”

“Ia aku juga serius. Nanti aku mau cari rumah sakit jiwa yang pas. Kalau bisa yang dekat ke rumahku, biar bisa kujenguk kau tiap hari.”

Aku berhenti dan melotot. Dia malah dengan santainya menyeruput pop ice. Melihat ekspresiku yang memuakkan itu, dia pun berhenti menyeruput.

“Drew, ini sudah kelima kalinya kamu bilang aku jatuh cinta aku jatuh cinta.”

“Belum termasuk yang ada di dalam hatiku, kan, Shan?”

“Kamu itu masih 16 tahun, Drew. Masih kecil, belum pantas untuk sakit hati,” ucap Shaniar membuatku menaikkan alis.

“Sakit hati?”

“Ck! Aku mau cerita semua info yang aku dapat. Mendingan kita ke tempat biasa aja supaya ceritanya puas.”

“Ok, siap bos.”

Kami berbelok ke sebuah gang yang tidak searah halte. Duduk di bawah pohon rimbun teduh, sejenak penasaran pun hilang. Sudah 2 tahun tempat ini jadi tempat favorit kami curhat di luar sekolah. Taman bermain sekolah PAUD tidak jauh dari halte. Meski tidak setiap hari datang, tempat ini selalu berhasil meredam panas apapun yang sedang kami rasakan.

Suasana lumayan sepi karena murid-murid PAUD sudah pulang. Beberapa murid sekolah lain bermain-main di ayunan dan jungkat-jungkit.

“Ok. Sekarang kita udah disini. Apa info yang kamu dapat?” tanyaku tak sabar.

“Menurut info yang aku dapat, rumah kak David ada di jalan Nauli gang Raya No. 45. Dia anak kedua dari dua bersaudara, dia punya kakak perempuan dan....”

Stop! Stop! Stop! Shan, bisa langsung to the point aja nggak?”

“Bukannya itu juga point? Kan kamu suka sama dia, masa kamu nggak mau tau tentang riwayat hidupnya?”

“Soal itu ceritakan nanti aja. Aku cuma penasaran dengan kata-katamu tadi yang bilang aku belum pantas untuk sakit hati. Sakit hati kenapa?”

Lihat selengkapnya