“Terimakasih saya ucapkan pada anak-anak kami yang sudah berlatih keras untuk acara Pensi kita ini. Saya mengucapkan terimakasih juga untuk pembimbing-pembimbing dan segenap orang yang membantu acara ini berhasil nantinya. Saya sangat senang karna kemajuan dari tiap-tiap bagian mengalami kenaikan yang signifikan seperti tabel permintaan terhadap buku tulis di tahun ajaran baru hahaha....” Lelucon pak Arga tidak ditanggapi baik oleh sebagian kami siswa-siswa yang hadir di aula.
Ketegangan saat gladi resik baru selesai masih tersisa banyak di benak kami masing-masing. Terutama aku yang sempat melakukan kesalahan beberapa kali. Berawal dari aku yang tremor karena gugup berhadapan dengan ratusan mata di depan pentas. Lalu suaraku serak waktu baru saja mengucapkan dialog dan ada beberapa kesalahan fatal lainnya. Membuatku sama sekali tidak dapat menerka bagian mana yang lucu dari lelucon pak Arga. Pikiranku sudah jauh menerawang berharap waktu berputar lebih cepat agar aku bisa cepat cepat pulang. Ingin rasanya menarik diri, membuang jauh ke ujung dunia dan tidak kembali lagi.
“Kemajuan itu terlihat dari gladi resik yang cukup memuaskan. Cuuuukup memuaskan. Meski begitu memang ada sedikit atau beberapa hal yang masih perlu perbaikan. Saya tidak bermaksud untuk mengecilkan hati kalian tapi saya ingin mengkhususkan di bagian hiburan utama yaitu, drama.” Sontak jantungku berdegup kencang. Memang ada anak drama lain yang melakukan kesalahan juga tapi tidak sefatal kesalahanku yang membuat sebagian orang menyoraki kami. Aku tidak kuat membawa keranjang berisi makanan untuk Raja sisingamangaraja dan akhirnya duduk terjatuh.
“Masih ada banyak hal yang perlu dibenahi, ya, bu Silaban. Mungkin karna baru pertama kali jadi masih gugup. Biasalah. Bapak maklum. Memang pada dasarnya itulah tujuan gladi resik ini dilakukan. Agar kita bisa menemukan kelemahan-kelemahan kita yang pastinya nanti saat hari-H saya harap kesalahan-kesalahan itu sudah tidak dilakukan lagi. Alias perfecto,” jari telunjuk dan ibu jarinya melengkung membentuk huruf O dan di arahkan kepada kami bagian drama yang duduk di kursi barisan depan.
“Apa kita semua bisa berjanji melakukan pertunjukan yang perfecto saat acara nanti?”