Tanpa Kata

Mayhtt
Chapter #53

Paling Berharga

“Kenapa harus kelas olimpiade Biologi?”

“Enggak tahu. Cuma Biologi yang gampang.”

“Kenapa bukan ekskul lain aja?”

“Sejak kapan aku suka ekskul? Kalau sekolah nggak mewajibkan murid kelas satu ikut ekskul, aku mana mau ikut kegiatan apa pun. Males. Mending main game di rumah. Kak Dave ikut ekskul apa dulu waktu kelas satu?”

“Relawan Sekolah.”

“Oooo yang anggotanya siap siaga membantu kapan pun di mana pun itu, kak?”

David menganggukkan kepalanya sambil tetap konsentrasi memainkan stick game. “Aku ketuanya dulu.”

“Kereeeen.”

“Tadinya mau ikut basket....”

“Nooooo. Jangaaan. Big No. Nanti aku lapor om, liat aja.”

“Hahahaha...” David tertawa mengelus-elus kepala Agitha. Sore itu mereka berdua bermain game di rumah Agitha. David sudah berjanji akan meluangkan minimal sekali sebulan waktunya hanya untuk Agitha. Syarat dari Agitha agar mau menyudahi perjodohan mereka.

“Betah di sini?”

“Betah. Udaranya nggak jauh beda sama Bandung. Malah di sini lebih dingin kayanya. Apalagi pagi-pagi kalau mau mandi. Airnya dingin kaya es.”

“Udaranya juga jauh lebih bersih.”

“Pemandangannya juga bagus. Masih banyak pohon-pohonnya.”

“Nggak mau balik ke Bandung lagi?”

“Ya, tergantung. Kalau kak Dave balik ke Bandung lagi, aku juga ikut.”

“Emang nggak kangen sama om tante?”

“Enggak. Aku maunya sama kak Dave. Titik.”

Dave tersenyum senang mengusap-usap kepala Agitha lagi. Dia sudah menganggap Agitha seperti adiknya sendiri. Manja dan cerianya Agitha bagi Dave adalah manjanya seorang adik pada kakak laki-laki. Meski Agitha tidak memahami, tapi hanya sebatas itulah rasa yang bisa diberikan David.

“Lagian, Om Bagas sama Tante Karin terlalu baik sampai-sampai aku nggak tega jauh-jauh. Mereka juga belum punya anak, makanya pas tahu mau kesini, mereka malah yang maksa-maksa mama papa supaya diizinkan.”

“Hmm...pantas kamarnya sampe harus di dekor ”

“Kok, kakak tahu?”

“Tante Karin minta tolong cariin barang-barang kesukaanmu.”

“Trus kakak bantuin?”

“Bantuinlah. Itu warna cat tembok kamar kamu aku yang pilih. Boneka-bonekanya juga.”

“Iiiishhh, pantesaan. Aku bingung Tante Karin tahu dari mana warna sama boneka kesukaanku. Kirain mama papa yang kasih tahu.”

“Siapa dulu dooong.”

Lihat selengkapnya